" ini masih pagi Cantika "
- Kelvin Surendra Pratama
" Bagaimana keadaan nya Evin? " Rachel senantiasa mendampingi putrinya, duduk di samping Queen yang tengah di periksa oleh putra keduanya.
" Queen hanya kelelahan. Untuk lukanya tenang saja, ini tidak akan infeksi. Mungkin akan sedikit sakit, terlihat sedikit memar dan juga bengkak. Abang akan menyiapkan resep obatnya nanti. "
kevin Surendra Pratama abang kedua Queen. Di umurnya ke 22 tahun ia sudah menjadi seorang dokter di rumah sakit milik keluarganya, yaitu A'R Hospital. Rumah sakit milik keluarga Alexander.
Rambut hitam legam, perawakan tinggi tegap, hidung mancung, bibir yang sedikit tebal, rahang tegas, dan parasnya yang rupawan membuatnya di gandrungi kaum hawa di tambah ia adalah sosok yg ramah dan sopan itu menjadi nilai plus baginya.
Wajahnya beda dengan saudara lainnya, ia lebih dominan berwajah Indonesia dari sang nenek, yaitu Prita hanya saja sang nenek sudah tidak ada.
Kevin, yg akrab di sapa Evin ini seorang psychopath bahkan keahlian dalam kedoktetan tak jarang ia gunakan pada mangsanya. Bedah membedah adalah sesuatu hal yang begitu menyenangkan baginya.
" Lalu kenapa tangan Queen di perban? " Ray menatap kedua tangan putrinya heran. Apa yang terjadi dengan putrinya? Ini bukan yang namanya jatuh dari tangga tapi sudah seperti habis tauran saja.
Queen meringis mendengar ucapan Rey. Ini gara-gara abangnya. Ngapain coba di perban orang cuma luka kecil kok. Gerutunya dalam hati. Kevin terlalu lebay menurutnya.
" Kedua tangan Queen luka dad. Dan aku lihat lukanya masih baru, yaudah aku perban. " Jawabnya tanpa beban. Lelaki itu dengan santainya mulai membereskan alat-alat dokter miliknya.
" Queen. " Suara rendah milik Ray terdengar, sang daddy yang kini menatap putrinya tajam. Matanya memicing, mencoba menggali apa yang ada dalam tatapan putrinya itu.
" Ini namanya bukan jatuh dari tangga. Tapi kamu ka— "
" Luka ini Queen dapet karna Queen sendiri. " Queen memalingkan wajahnya, menyela Ray dengan berani. Padahal mah hatinya udah takut duluan. Wkwk
" Kenapa? Baby kenapa lukain diri sendiri? " Rachel dengan sabar bertanya. Tangannya kini mengelus tangan mungil putrinya yang luka. Dia menatapnya sendu. Ini pasti sakit. Fikirnya.
Queen menggeleng, enggan menjawab. Biarlah mereka mengira dia kesal atas kedatangannya yang tak di sambut atau apalah itu. Queen sungguh kesal.
" Adek marah? " Kevin berlutut di dekat kasur. Menggenggam salah satu tangan adiknya. Ini tidak berlebihan, dia hanya tak ingin luka yang di dapat adiknya infeksi. Di kening adiknya pun kini terdapat plester penurun panas. Queen bersikukuh tak ingin di infus, Kevin hanya menghela napas lelah.
" Maaf. Maafin Daddy sayang.. "
" Daddy gak bermaksud gak nyambut kedatangan kamu. Dad— "" Aku udah ngantuk. " Queen menyela kembali, suaranya terdengar lemah. " Kepada Queen pusing. " Alibinya.
" Maaf sayang. " Ray mengecup puncak kepala Queen sayang, dia menunduk dalam. Ini salahnya, memang salahnya. " Good night baby. " Setelahnya Ray beranjak, meninggalkan kamar putrinya.
Queen yang melihatnya menatap kepergian Ray sendu. Niat hati ingin menjahili Ray, malah dia yang kena. Ray sudah pasti akan ikut mendiaminya. Hah. Queen menghela napas pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm A Queen
Teen FictionIni bukan cerita tentang murid baru yang jatuh cinta pada most wanted atau murid baru yang di klaim oleh orang yang gak kita kenal, ini juga bukan cerita tentang permusuhan, benci, yang berujung jadi cinta atau persahabatan yang berujung jadi cinta...