Awake

1.9K 117 1
                                    

~HAPPY READING~

"Ini akan jadi yang terakhir buat kita"

"Cukup!! Aku cape ngadepin tingkah kamu yang kekanakan"

"Kamu disinipun engga ngerubah semua masalah kita!"

"Kamu engga boleh pergi"

"Aku bisa jelasin!!"

"Selamat tinggal"
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Kelopak mata yang hampir 3 bulan lamanya terpejam itu menunjukan pergerakan. Geraknya yang gelisah, menarik perhatian seorang wanita paruh baya.

"Sayang...kamu denger suara mama kan? Ayo bangun" tangan renta itu menggenggam erat tangannya.

Tubuh dengan berbagai kabel yang menopang hidupnya itu masih tidak bergeming. Namun pergerakan mata dan jemarinya menandakan hal baik akan terjadi.

Selang beberapa menit bergelut dengan dirinya sendiri, wanita itu perlahan membuka kelopak matanya yang terasa berat. Sinar lampu perlahan menerobos menyilaukan penglihatannya. Alisnya menekuk berusaha menangkal sinar tersebut.

Disaat bersamaan ia mendengar suara langkah kaki seseorang mendekat.

"Nona Verona anda bisa mendengar suara saya?" pertanyaan laki-laki dengan suara lembutnya itu memenuhi pendengarannya.

Wangi khas yang terasa tidak asing membuatnya mengernyit. Rasanya terlalu kaku untuk menggerakan tubuhnya. Hingga ia merasakan tangan dingin menyentuh dahinya dengan sarung tangan karet. Akhirnya setelah mengumpulkan kepingan puzzel mengenai tempat asing ini, ia menyadari dirinya berada di rumah sakit.

"Bagaimana keadaan putri saya dok?" lagi, wanita itu bersuara membuatnya menoleh pelan dengan tatapan bingung.

Dokter yang baru saja menyilaukan penglihatannya dengan senter mini itu, tersenyum tipis.

"Sementara kondisinya akan terus kami pantau, tapi sepertinya semua baik-baik saja. Saya permisi dulu nyonya Dinar" dokter dengan kaca matanya itu memilih undur diri.

Wanita paruh baya yang baru diketahui bernama Dinar itu mengelus dadanya lega. Tatapannya tertuju pada brangkar putrinya.

Setetes cairan bening meluncur begitu saja "Sayang akhirnya kamu bangun" tangannya tidak henti mengelus tangan mungil itu.

Mendengar penuturan wanita itu membuatnya mengernyit kebingungan. Siapa sebenernya wanita di hadapannya ini? Kenapa ia menangis?

"Kamu engga mau ngomong ya sama mama?" ujar nyonya Dinar dengan raut wajah sedih.

Mama? Apa wanita di hadapannya ini mamanya? Tapi kenapa ia tidak mengenalinya?

Ditengah kebingungannya, seorang pria paruh baya yang ia yakini suami wanita itu datang. Raut wajahnya terlihat terkejut ketika pandangan keduanya bertemu.

"Verona? Kamu sudah sadar nak?" tangannya terulur mengelus rambut wanita itu.

Tubuhnya yang masih terasa kaku, tidak bisa menepis tangan pria itu. Kepingan puzzle yang ia rasa sudah terpecahkan, kini terasa semakin rumit. Kepalanya terasa seperti ingin pecah. Dengan segala kekuatan yang perlahan kembali, tangannya menepis genggaman nyonya Dinar membuat wanita itu terkejut.

"Kenapa sayang?" tanyanya hati-hati.

"S-siapa ka-kalian?" kalimat yang ia ingin utarakan sejak tadi akhirnya lolos dari mulutnya dengan tersedat-sedat.

Lost and FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang