Meet Him

390 58 2
                                    

-HAPPY READING-

Ruangan dengan aroma obat yang menusuk penciuman itu membuat nyali seorang Jevian menciut. Segala ingatan buruk tentang ruangan itu kembali hadir bak mimpi buruk. Setelah kecelakaan yang menimpanya dan Verona, takdir membawanya kembali ke ruangan ini. Ruangan yang menjadi saksi antara hidup dan mati seseorang.

Niat awalnya mengunjungi Verona di yayasan karena ada perasaan khawatir melihat perubahannya pagi tadi. Namun siapa sangka perasaan khawatir itu menjadi kenyataan dengan berdirinya dia diambang pintu tempat Verona diperiksa. Entah apa yang terjadi didalam sana, Jevian hanya berharap bukan sesuatu yang buruk. Saat tadi melihat Verona mengerang kesakitan dan berujung pingsan dipelukannya, tanpa pikir panjang langkah lebarnya membawa Verona yang berada dalam gendongannya ke rumah sakit.

Jas yang tadinya melekat rapi ditubuhnya, sudah bersandar di kursi. Sedangkan kemeja putih yang ia kenakan sudah dipenuhi keringat dengan bagian lengan yang digulung. Rambut yang acak-acakan ditambah bulir keringat yang berjatuhan diwajah polosnya. Mungkin jika tidak dalam kondisi mendesak, Jevian bisa mengadakan photoshoot dengan penampilannya yang saat ini hot!

Shut up!

Tatapannya terfokus pada kaca yang menempel di pintu sehingga membuatnya bisa memperhatikan apa yang terjadi di dalam sana. Verona terbaring dengan wajah pucat dan seorang dokter berwajah serius sedang menggunakan alat perangnya.

Terhanyut dalam pikirannya membuat Jevian tidak menyadari dokter yang memeriksa Verona sudah berdiri dihadapannya

"Mr. Jevian?"

Jevian mengedipkan matanya sebentar lalu tersadar "Oh, I'm sorry i'm out of focus right know"

Dokter tadi mengangguk paham "Mari kita bicara di ruangan saya"

💐💐💐

"Hai Jun, long time no see ya" ujar Lucy terlihat biasa saja padahal jauh didalam lubuk hatinya ada perasaan aneh begitu melihat sosok Juna.

Juna? Her first love in highscool berdiri dihadapannya saat ini? Tanpa sadar Lucy yang saat itu menggenggam nampan berisi pesanan pelanggan, mengeratkan pegangannya seolah meluapkan perasaannya yang campur aduk. Senyum yang ia buat senatural mungkin sudah terpasang sejak ia sadar, lelaki berkemeja hitam itu memang Juna.

Juna terlihat berbeda, He looks more mature and hot in that shirt! Seorang Juna yang hidupnya terlihat penuh canda, kini terlihat seperti pengusaha muda yang cocok dijadikan menantu. Ada rambut-rambut tipis diantara hidung dan bibirnya. Kulitnya terlihat bersih walau tidak semulus wajah Jevian. Kenapa tiba-tiba menganalisa dan membandingkan penampilan Juna?

Dengan menekan gengsinya, Lucy berjalan mendekat mengantarkan pesanan itu lalu berdiri di meja tempat Juna duduk. Tempat yang strategis, berdekatan dengan jendela yang berhadapan langsung dengan jalanan.

"Boleh gabung?" Tanyanya sopan.

Lelaki itu tersenyum tipis. Senyum itu yang dulu menjadi kelemahan Lucy. Senyum itu masih sama, senyum yang membuat matanya menyipit bak bulan sabit.

"Duduk aja, sekalian ngobrol" ujarnya dengan suara serak basah khas seorang Juna.

Lucy tersenyum kikuk lalu duduk dihadapan lelaki itu.

"How are you?" Juna melontarkan pertanyaan basic yang akan ditanyakan seseorang saat lama tidak bertemu.

Lucy mengangguk kecil "As you can see, i'm still alive"

Lost and FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang