Nice To See You Again

400 65 6
                                    

-HAPPY READING-

Seorang pria berambut hitam legam duduk menikmati kopinya ditemani suasana yang selalu ia rindukan. Cafe yang tidak terlalu banyak pengunjung merupakan hal kesukaannya—sisi intovertnya yang sedang mendominasi. Harusnya ia merasa senang karena kembali ke tanah air setelah sekian tahun di negara orang. Tapi nyatanya, senang itu bukan hadir karena udara familiar Indonesia tetapi karena teringat kenangan manis sebelum semua semuanya rumit.

Tangannya bergerak merangkai kata demi kata disebuah buku yang berisi karya tulisnya. Buku usang yang menyimpan berbagai perasaannya itu tidak pernah dibiarkan menjadi tontonan orang lain—hanya dia dan Tuhan yang mengetahui isinya.

"Juna?" suara familiar yang menyebut namanya membuat pergerakan tangannya terhenti 

Mereka beradu tatap sepersekian detik sampai Juna menampilkan senyum lebarnya. Wanita dengan penampilan formal itu menghampirinya dengan senyum merekah.

"Is that you?" tanya Verona tanpa kedip menatap lelaki di hadapannya ini.

Juna terkekeh pelan "Yes, it's me Grace"

Keduanya saling melempar senyum dengan mata yang terkunci pada satu sama lain.

"Can I hug you?"  Juna menggaruk leher belakangnya yang tidak gatal begitu mulutnya secara lancang menanyakan pertanyaan itu.

Bukan penolakan yang ia dapat, tapi pelukan hangat. Dengan senang hati Verona mendekat dan memeluk lelaki pemilik senyum manis ini. Juna terdiam bingung apakah harus membalas pelukan ini karena bagaimanapun juga Verona sudah menikah dan memiliki suami. Namun apa salahnya memeluk sahabat yang sudah lama tidak bertemu?

"I miss you" gumamnya yang masih bisa didengar Verona.

"I miss you too" balas Verona sembari melepas pelukan keduanya.

Juna bingung "Lo ngomong gitu emang udah inget semuanya?"

Verona menggeleng pelan "I don't know, rasanya udah lama banget engga ketemu and it's feels nice to see you again"

💐💐💐

Jevian duduk gelisah dikursinya. Tangannya sibuk memaikan pulpen dengan sesekali mengecek ponselnya. Laporan dihadapannya terbuka tanpa niat untuk ia periksa. Setelah menerima panggilan mendadak itu, Verona langsung pergi meninggalkannya tanpa pamit dengan raut wajahnya yang terlihat bahagia. Ujung bibirnya naik membentuk senyum indah seolah dunia sudah menjadi miliknya. Siapa tadi? Juna? Nama itu terdengar asing. Selama pernikahan mereka tidak pernah sekalipun Jevian mendengar nama itu disebutkan. Bukankah itu nama untuk lelaki? Siapa lelaki itu yang bisa membuat Verona tersenyum lebar hanya dengan satu panggilan telefon? Perasaan ingin tahunya benar-benar mengganggu. Jevian tidak pernah sepenasaran ini dengan kehidupan pribadi Verona. Selama satu jam bergelut dengan pikirannya sendiri, Jevian berada dikeputusan akhir untuk tidak memperdulikan hal itu dan melanjutkan pekerjaannya.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk" serunya dengan pandangan yang terfokus pada rangkaian data dan diagram di laptopnya.

"Tuan Tio mengirim makan siang untuk dibagikan pada karyawan lain, bapak sendiri sudah makan siang?" Alice muncul dengan menenteng tas kain.

"Tio?" tanya Jevian meyakinkan pendengarannya.

Alice meletakkan tas itu dan berdiri dihadapan Jevian "Tuan Tio bilang sebagai ucapan terimakasih atas saran yang bapak berikan"

Lost and FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang