Lunch Box

441 79 2
                                    

~HAPPY READING~

Verona sudah selesai merapikan barangnya dengan bantuan maid. Untuk tatanan kamar, Verona belum berani mengubahnya karena takut Jevian tidak setuju.

"Nyonya gitar ini diletakkan dimana?" maid yang membantu Verona datang membawa gitar.

"Biar saja aja yang ngatur posisinya, makasi ya" Verona memeluk gitar kesayangannya itu.

Ia memang hendak membawanya, tapi mama Dinar sempat melarang. Bukan Verona namanya jika tidak keras kepala. Setidaknya ia tidak merasa kesepian jika gitar ini bersamanya.

Tok! Tok! Tok

"Masuk"

Bi Tuti ternyata "Nyonya besar ada dibawah, nyonya"

Mendengar itu membuat Verona refleks memperbaiki penampilannya "Muka saya engga kucel kan bi?"

"Nyonya selalu cantik gimanapun keadaannya" kekeh bi Tuti

Verona tersenyum kecil lalu mengambil tongkatnya dan berjalan ke ruang tengah. Benar saja, mama Anna sudah disana dengan secangkuir teh yang pasti buatan bi Tuti.

Mama Anna menoleh begitu mendengar suara langkah dari arah tangga. Tangannya merentang siap memeluk menantunya itu.

"Good to see you here, Ve" terjadilah pelukan antara mertua dan menantu yang membuat beberapa maid tersenyum.

Keduanya saling melempar senyum "Lihat kamu sekarang berasa vibes istri orangnya" mama Anna terkekeh dengan perkataannya sendiri.

"Kan memang istri orang, nyonya" bi Tuti datang dengan camilan dan teh untuk keduanya.

"Iya si bi, tapi berasa kayak pengantin baru lagi hihi"

Verona hanya tersenyum tipis mendengar gurauan mama Anna dan bi Tuti.

"Sekarang suami kamu mana?"

"Jevian?" tanya Verona dengan wajah polosnya membuat mama Anna tersenyum geli.

"Iyalah sayang emang kamu punya suami berapa sih"

Verona menyadari pertanyaan bodohnya "Tadi langsung ke kantor katanya ma"

"Loh! Mama udah suruh asistennya ganti jadwal biar kalian bisa lunch bareng, kenapa malah di kantor tu anak?"

"Ve engga tau ma, keliatannya Jevian juga buru-buru. Mungkin ada kerjaan mendadak, engga masalah kok"

Mama Anna mengibaskan tangannya "Mama yang masalah! Istrinya baru pulang bukannya ditemenin dulu malah ditinggal ngantor" ketus mama Anna yang berusaha menghubungi Jevian.

"Lihat! Ditelfon juga engga diangkat. Awas aja kalo ketemu mama nanti"

Verona memegang lengan mama Anna untuk meredam amarahnya "Udah ma, engga usah dimarahin. Mungkin emang lagi ada kerjaan mendadak"

"Ve, kamu jangan bela dia. Disini kamu sebagai istri juga harus pegang kendali, jangan mau dikendaliin sama suami. Walaupun dia anak mama, mama engga segan marahin atau hukum dia kalau perbuatannya ke kamu kelewatan. Kamu juga harus gitu, ngerti?"

Verona menunduk mendengar nasihat mama Anna. Bagaimana bisa pegang kendali, jika hubungan mereka saja masih secanggung ini. Verona belum pernah bicara berdua dengan Jevian sejak bertemu  pertama kali.

"Gini aja, bawain dia lunch box ke kantornya biar kalian makan bareng"

Verona terkejut "T-tapi ma"

"Ve hubungan kamu sama Jevian harus mulai dari pendekatan lagi. Hal-hal sepela kayak makan bareng bisa ngebantu. Percaya deh sama mama"

Verona mengangguk dan membiarkan tangan mama Anna mengelus puncak kepalanya.

Lost and FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang