-HAPPY READING-
Butiran salju turun menutupi jalanan kota Melbourne membuat hawa mendingin. Pemandangan putih yang perlahan mengubur lingkungan sekitar membuat seorang gadis tertarik menikmati bagaimana endapan air dalam bentuk kirstal es itu turun.
"Look at the snow Je!" soraknya girang begitu hujan salju perlahan turun.
Sedangkan yang dipanggil baru saja datang dengan pakaian yang sudah rapi siap untuk kuliah. Tangannya yang sedang merapikan kerah kemejanya terhenti begitu melihat wajah girang gadis di hadapannya. Ujung bibirnya tertarik dan memunculkan lubang diantara pipinya.
Tapi matanya melebar begitu menyadari pemandangan dari balik jendela yang sudah hampir dipenuhi warna putih.
"What? It's snowing outside?" Kepalanya mendongak memastikan yang turun benar-benar salju.
Gadis dihadapannya mengangguk semangat "Yes!!"
Jevian menepuk dahinya "Jalanan pasti licin ketutup salju, gimana cara kita kuliah?"
"Bolos aja gimana?" ujarnya diakhiri kekehan yang mendapat sentilan di dahi.
"No! Inget janji kita buat lulus tepat waktu and spent our lives without homework"
Penglihatannya menangkap ekspresi kecewa gadis itu karena gagal mendapat alasan untuk membolos. Tangannya terulur mengelus rambut blonde panjang itu.
"Aku males kuliah Je" rengeknya seperti anak kecil yang membuat Jevian terkekeh.
"Katanya mau ke Indonesia ketemu keluarga aku, ya harus lulus kuliah dulu Ze"
"Kenapa harus nunggu lulus? Your family already know about us. Aku cuma perlu ijin buat nikahin anak tunggal mereka kan? I can ask them now"
Pernyataan konyol itu membuat Jevian tergelak. Entah apa yang ada di pikiran gadis ini hingga membuatnya melayangkan pernyataan itu. Bagaimana mungkin seorang gadis melamarnya bahkan nekat mengubungi keluarganya untuk restu menikah. Ya memang hanya Zetta yang bisa. Gadis blasteran Korea-Australia itu bisa melakukan segala hal untuk mendapatkan yang dia inginkan termasuk menghabiskan sisa hidupnya menua bersama Jevian.
"Marriage isn't a simple thing Ze, masih terlalu awal buat rencanain pernikahan"
Zetta mencebikan bibirnya "Tapi kamu janji nikahnya harus sama aku, promise me?" Ujung kelingkingnya ia ulurkan yang langsung dibalas Jevian.
"Oke, ganti baju yang lebih tebel dulu aku tunggu disini"
Gadis itu mengangguk mengerti dan melenggang menuju ruang pakaiannya. Dalam hati ada sedikit perasaan kesal karena harus mengganti fashion nya yang ia sudah siapkan selama 1 jam itu. Zetta menyukai musim salju, tapi musim salju sepertinya membencinya. Hawa dingin yang menusuk tulang selalu membuat Zetta terkapar tidak berdaya di kasur seharian. Perpindahan cuaca dari musim gugur ke musim salju membuat tubuhnya tidak siap dan berakhir dengan istirahat sepanjang hari. Dibeberapa kejadian buruk selalu terjadi saat musim salju. Zetta menghitung berapa kali kejadian buruk menimpanya saat musim salju, dan ia berhenti menghitung di angka 50.
Setelah menghadapi perang batin dengan gaya pakaiannya yang sesuai cuaca hari ini, Zetta memutuskan tidak merubah fashionnya. Hanya menambahkan Coat berbulu dan sepatu boat selutut sudah membuatnya merasa lebih hangat.
Namun itu menurutnya, karena pada kenyataannya Jevian tidak menyukai bagaimana pakaian yang ia kenakan terlalu terbuka untuk musim dingin.
"Ze, pakaian kamu terlalu terbuka"
Jevian menghampirinya dan mengeratkan jaket bulu yang hanya menutupi bagian atas tubuhnya. Bagaimana Jevian tidak suka, atasan putih tanpa lengan dan rok hitam diatas lutut itu begitu memperlihatkan kulit seputih susu milik Zetta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost and Found
RandomKejadian naas menimpa sepasang suami-istri ketika pesawat yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan dalam perjalanan liburan. "Apa takdir sedang mempermainkan kita?" Verona "Takdir justru menyatukan kita dalam kisah ini"