Another Secret(?)

420 74 4
                                    

~HAPPY READING~

"Terimakasih atas kerjasamanya tuan Jevian, sampai berjumpa besok"

Jevian dan direktur O'green—Ernesto Hrieya saling berjabat tangan setalah menyelesaikan meeting mereka. Pertemuan kedua pihak hari ini untuk membahas rancangan kedepannya tentang pembangunan taman diarea yang sering dilewati orang. Jevian merasa dengan membangun beberapa taman, membuat penyegaran bagi mata terutama kala lelah melanda.

Setelah rombongan O'green pergi, Alice langsung membersihkan meeting room dan memeriksa catatan kecil yang ia tulis selama berjalannya meeting. Menjadi sekretaris dari orang yang perfectionist bukanlah pekerjaan yang mudah. Alice harus berusaha lebih keras mengimbangi langkah Jevian yang terlanjur jauh. Namun begitu melihat cara kerja Jevian, membuat Alice menyadari sesuatu. Pria ini selalu menjalankan sesuatu dengan tekun. Sekali Jevian bergelut dengan dokumennya, tidak ada yang bisa mengganggu.

"Alice kalau meeting room sudah rapi, ikut saya"

Alice menoleh kearah pintu dan mendapati Jevian sudah berbalik. Dengan cepat Alice merapikan barangnya lalu menyusul bosnya itu.
.
.
.
.
"Tapi pak besok saya sudah ada janji" Alice menunduk tidak berani menatap mata bosnya.

Jevian hanya mengangguk "Baiklah, kamu bisa pergi dari ruangan saya"

Mendengar suara bariton Jevian membuat Alice meneguk salivanya "Maaf pak saya—"

"Saya tidak marah Alice, kamu bisa melanjutkan pekerjaanmu"

⌛⌛⌛

Jevian melonggarkan dasi yang terasa mencekik lehernya seharian ini. Langkahnya memasuk rumah disambut  maid yang dengan siap mengambil alih barangnya. Jas dan tasnya sudah di tangan bi Tuti, 2 kancing kemeja atasnya juga sudah terlepas. Jevian tampak mempesona dengan penampilannya yang sedikit berantakan. Arah matanya mengedar seolah mencari keberadaan sesuatu dengan tangan yang menggulung kemejanya sampai siku

"Verona dimana bi?"

Bi Tuti yang baru saja berbalik untuk menyimpan barang Jevian, memutar punggungnya lagi "Setelah dari kantor tuan, nyonya Verona belum keluar sama sekali" bi Tuti pamit begitu melihat anggukan Jevian.

Jevian terdiam ditempat. Apa ia harus ke kamarnya dan mengecek keadaan Verona? Bagaimanapun Verona masih dalam pengawasan dokter. Tapi rasanya sangat canggung jika tiba-tiba Jevian masuk. Dengan setengah frustasi Jevian mengacak rambutnya lalu melangkah menuju kamar.

Jevian mengetuk pintu 3 kali lalu mendengar sahutan dari dalam "Sebentar"

Pintu terbuka dan terlihatlah Verona dengan wajah segarnya, wanita itu pasti baru selesai mandi. Ujung rambutnya masih meneteskan air bahkan dibeberapa titik wajahnya juga masih basah. Verona hanya menampilkan ekspresi datar dan mempersilahkan Jevian masuk.

Begitupun dengan Jevian, pandangannya yang sempat menelisik wajah Verona kini menunduk dan berjalan melewati Verona. Keduanya dilanda kesunyian hingga pintu diketuk.

"Makan malam sudah siap tuan dan nyonya, silahkan turun jika sudah siap" bi Tuti menunduk hormat memberi ruang pada kedua majikannya.

Verona melangkah menuju meja riasnya. Suara hairdryer memenuhi kamar keduanya. Skincare routine tidak boleh terlewat, apalagi Verona sempat tertidur selama 3 bulan yang membuat kulitnya sedikit sensitif. Berbagai produk kecantikan berjajar rapi dengan satu cermin dihadapannya. Tangannya dengan cekatan meraih setiap produk dan memakainya. Tanpa disadari, setiap pergerakannya tidak luput dari penglihatan Jevian. Jevian seolah sedang melihat syuting iklan kecantikan dihadapannya. Tatapannya tidak lepas dari Verona.

Lost and FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang