Sebuah gerbang berwarna keemasan menjulang tinggi terbuka lebar menyambut kedatangan Verona. Debaran jantungnya kian terasa begitu mobil mereka berjalan memasuki wilayah keluarga Rubato. Nafas Verona tercekat begitu menyadari keluarga Rubato bukan tandingannya. Dilihat dari rumahnya saja, Verona merasa minder.
"Kamu harus terbiasa sama kehidupan mereka" perkataan mama Dinar membuat Verona tersadar dari lamunannya.
Verona hanya tersenyum tipis sebelum memalingkan wajahnya pada taman kecil di pekarangan rumah ini. Beberapa maid yang dilewati menunduk hormat dengan pakaian yang bisa dibilang formal.
Terlalu terhanyut dalam lamunannya membuat Verona tidak menyadari mobil yang mereka kendarain sudah berhenti. Mama Dinar merapikan penampilannya di cermin kecil sementara Verona hanya menghela nafas kasar.
"Kenapa ve?" tanya mama Dinar menyadari helaan nafas Verona.
Verona menggeleng pelan sembari merapikan gaunnya. Setidaknya ia harus meninggalkan kesan baik melalu penampilannya. Pintu mobil dibuka sopir, mama Dinar turun lebih dulu untuk membantu Verona.
Pintu mobil terbuka, dengan perlahan Verona keluar. Kursi roda sudah tersedia dan dengan sedikit penyesuaian Verona berhasil duduk. Kursi roda itu didorong mama Dinar bersamaan dengan pintu utama yang terbuka. Para maid berbaris membungkukan badan begitu kursi roda Verona melewati mereka. Rasanya sungguh canggung, apalagi ada beberapa maid yang terlihat sudah berumur harus membungkuk hormat dihadapan Verona.
Pandangan Verona meneliti setiap inci rumah ini dengan tatapan takjub. Bukannya norak, hanya saja Verona belum pernah kerumah orang lain sejak keluar rumah sakit. Dan rumah keluarga Rubato lebih besar dari rumahnya, bagaiamana mungkin Verona tidak takjub.
Suara langkah kaki membuat fokus Verona terlahikan pada sebuah koridor yang kini menampilkan seorang wanita berambut pendek dengan anggunya berjalan. Anna Kalthara Rubato—ibu mertuanya berjalan dengan senyum manis diwajah cantiknya.
"Selamat datang di rumah sayang" ujarnya ramah sembari menyerahkan buket bunga mawar merah pada Verona.
Verona tersenyum tipis menyambut kedatangan mertuanya itu. Bahkan buket bunga ini ditata dengan sangat indah.
Mama Anna menatap mama Dinar "Selamat datang juga Dinar" keduanya berpelukan sebentar.
Mama Dinar menyerahkan bingkisan yang memang disiapkan.
⌛⌛⌛
Tok...tok..tok
"Masuk!" suara berat mempersilahkan siapapun itu masuk.
Seorang wanita berpakaian formal masuk dengan beberapa file ditangannya.
"Maaf menggangu pak, ini jadwal anda untuk hari ini" ujarnya menyerahkan sebuah map pada atasannya.
Jevian Alvio Rubato, nama itu terukir jelas menandakan siapa pemilik ruangan ini. Suasana ruangan yang memang dingin karena ac semakin dingin dengan tidak adanya percakapan diantar atasan dan bawahan ini.
Sekretaris Jevian—Alice menelan ludah begitu suasana canggung begitu terasa. Walau sudah bekerja cukup lama sebagai sekretaris Jevian tidak membuat Alice dekat dengan atasannya ini. Kepribadian Jevian yang tertutup dan dingin membuatnya sulit didekati. Jadi jangan harap Alice memiliki kehidupan perkantoran seperti di film dimana atasan dan bawahannya menjalin asmara. Untuk berada di satu ruangan bersama bosnya ini saja membutuhkan banyak keberanian.
Alice kembali menelan ludah sebelum bicara "Nyonya Anna tadi menghubungi saya untuk mengatur ulang jadwal hari ini karena bapak harus menghadiri makan malam keluarga"
Tangan Jevian yang sibuk memeriksa dokumen terhenti dan kini matanya menatap Alice yang sudah terlebih dahulu menunduk.
"Makan malam?"
"I-iya, nyonya Anna sendiri yang meminta saya menyampaikan ini karena bapak tidak dapat dihubungi"
Mendengar penjelasan Alice membuat Jevian terdiam. Bagaimanapun ia tidak bisa menolak perintah mamanya.
"Baiklah, atur jadwal saya sebaik mungkin. Sekarang kamu boleh kembali bekerja"
Alice mengangguk lalu undur diri.
Sementara Jevian masih terdiam dan memikirkan sesuatu.
"Makan malam keluarga tiba-tiba? Ada yang aneh" gumamnya.
⌛⌛⌛
Suasana ruang tengah keluarga Rubato terasa menyenangkan. Nyonya Anna ini bisa dibilang pencair suasana. Walau Verona tidak mengingat apapun mengenai keluarga barunya ini, namun dari cara nyonya Anna bercerita membuat Verona bisa merasakan kehangatan keluarga mereka.
"Gimana kamu suka interiornya? Mama rubah interiornya sesuai selera kamu biar kamunya nyaman"
Perkataan mama Anna membuat pupil Verona membesar.
"Kenapa repot-repot sih ma" ujarnya dengan suara pelan masih canggung berbicara dengan ibu mertuanya ini.
"Iya An, pantesan kayak ada yang beda semenjak terakhir aku dateng" lanjut mama Dinar
"Gapapa kok, bisa dibilang ini simbol awal baru buat kita semua. Interior dirumah kalian juga mama ganti"
Verona terdiam berusaha mencerna kata "rumah kalian".
Mama Anna terkekeh "Kamu ngira kamu bakal tinggal disini ya"
Mama Anna dan mama Dinar terkekeh melihat ekspresi polos Verona yang mengangguk mengiyakan pertanyaan mama Anna.
"Yaampun sayang, kamu sama Jevian punya rumah sendiri. Tapi kalo bisa kamu sering-sering kesini temenin mama"
Cobaan apalagi ini!
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost and Found
RandomKejadian naas menimpa sepasang suami-istri ketika pesawat yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan dalam perjalanan liburan. "Apa takdir sedang mempermainkan kita?" Verona "Takdir justru menyatukan kita dalam kisah ini"