Our house

444 76 3
                                    

~HAPPY READING~

Pandangan Verona menyusuri setiap inci rumah dengan gaya minimalis ini. Namun nihil tidak ada satu ingatanpun yang muncul. Ia jadi semakin takut jika amnesianya ini akan bersifat permanen.

Setalah berjalan beberapa langkah dari pintu utama, Verona sampai di ruang tengah. Tidak ada yang spesial dari ruang tengah ini, namun matanya menangkap satu foto yang berukuran cukup besar. Langkahnya mendekat hingga kini berada tepat didepan foto itu. Foto pernikahannya dengan Jevian.

Dadanya bergemuruh mengingat fakta bahwa ia sudah menikah dan kini akan menghabiskan harinya dengan pria bernama Jevian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dadanya bergemuruh mengingat fakta bahwa ia sudah menikah dan kini akan menghabiskan harinya dengan pria bernama Jevian. Tangannya yang bergetar berusaha menyentuh foto itu namun gagal. Ia terlalu takut menerima kenyataan bahwa foto itu diambil beberapa bulan lalu sebelum kecelakaan. Pernikahannya memang belum genap setahun kata mama Dinar. Senyum difoto itu terasa hambar, entahlah atau mungkin hanya perasaannya saja.

Ternyata bukan cuma foto besar itu, ada beberapa foto berbingkai lebih kecil diatas meja yang berjajar rapi. Mungkin ini foto prewedding mereka. Tapi bukankah mereka bertemu sejak kuliah? Kenapa tidak ada satupun foto di kampus?

"Ekhem"

Suara deheman Jevian membuat Verona mengurungkan niatnya untuk melihat lagi foto yang dipajang.

"Barangmu udah ada di kamar, kalau perlu bantuan panggil maid" Jevian melirik arloji dipergelangan tangannya "Aku harus ke kantor" setelah mengatakan itu, Jevian berlalu saja.

Singkat dan jelas. Bahkan sepanjang jalan kesini, tidak ada percakapan diantara keduanya. Ah! Jevian hanya menyodorkan ponselnya saat mama Anna menghubungi dan memberitahu alasannya tidak ikut menjemput Verona. Mama Anna harus membantu papa Juan untuk urusan bisnis di Amerika.

Verona kembali melirik rumah ini lagi dan menghelas nafas. Ia tinggal di rumah yang besar hanya dengan Jevian dan beberapa maid. Jujur saja rumah ini terlalu besar membuat Verona lelah terutama dengan kondisi kakinya yang belum sembuh total.

"Nyonya, biar saya antar ke kamar" Seorang maid yang terlihat berumur menyapa Verona dengan ramah.

"Kata nyonya besar, saya harus memperkenalkan diri lagi" maid tadi membenarkan pakaiannya "Perkenalkan nama saya Tuti, saya disini akan membantu nyonya dan mengurus rumah"

Verona mengangguk "Iya salam kenal saya Verona"

Bi Tuti terkekeh "Nyonya engga perlu perkenalan lagi kan saya udah kenal"

Ah! Verona baru menyadari kebodohannya. Bi Tuti pasti mengenalnya, yang hilang ingatan hanya dia bukan seisi dunia.

Keduanya hanya terkekeh. Verona merasa bi Tuti membawa suasana hangat yang terasa sudah lama hilang dari hidupnya. Tertawa hanya karena hal sepele seperti ini sudah sangat jarang Verona rasakan.

"After you mrs. Rubato" Apa katanya tadi? Mrs. Rubato? Verona merasa asing dengan nama itu tapi nama itu kini akan melekat menjadi nama belakangnya. Bukan lagi Verona Grace Silount tapi Verona Grace Rubato.

Lost and FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang