Guest

535 80 0
                                    

Kursi roda yang selalu menemani Verona tergantikan dengan dua buah tongkat yang siap menopang berat tubuhnya. Verona secara perlahan mulai melatih kakinya dengan menggunakan tongkat. Kaki sebelah kirinya mengalami proses penyembuhan yang pesat. Terakhir di periksa, dokter tua yang mengawasi keadaannya memberitahu bahwa dalam beberapa bulan Verona bisa benar-benar berjalan.

"Huh" Verona mendudukan dirinya di ayunan kayu setelah belajar berjalan. Hanya beberapa langkah tapi membuatnya lelah. Tangannya digunakan menyeka bulir keringat di dahi.

Sebuah kain putih disodorkan kehadapannya membuat Verona menongak. Ternyata Ghita yang datang bersama maid dengan nampan.

"Kenapa engga diambil? Tanganku pegel lho kak" ujarnya dengan wajah cemberut.

Verona menerima kain itu namun bukan itu mengelap keringatnya, ia hanya meletakkan kain putih itu. Sementara Ghita sibuk menata makanan pada nampan yang dibawa maid.

"Baby aku ngidam makanan manis" perkataannya membuat penglihatan Verona terfokus pada perut Ghita yang sedikit membuncit.

"Tapi engga enak makan sendiri, makanya aku nyari kakak" tangannya menyendok sebuah kue red velvet.

"Kakak makan juga dong, kan aku bilang engga mau makan sendiri"

Dengan canggung, Verona menyendok kue berwarna merah itu dan memakannya. Jujur, sejak datang kerumah ini Verona tidak diizinkan makan makanan yang katanya pereda stress ini. Padahal saat dirumah sakit, dokter Jevan selalu diam-diam membawakannya macaron. Mengingatnya membuat Verona tersadar ia tidak pernah menghubungi dokter itu sejak terakhir bertemu di cafe.

"Aku kaget waktu tau kakak hilang ingatan, aku kira cuma ada di film aja" kekeh Ghita terdengar seperti menggoda kondisi Verona.

"Ada yang lucu?" ketus Verona dengan wajah datarnya membuat Ghita terdiam.

Tanpa Verona sadari, Ghita mendecak kesal "Udah lupa ingatan aja tetep ngeselin!"

Ghita bangkit dari duduknya "Aku masuk dulu kak"

Verona hanya menatapnya tanpa berniat menyahut. Sepeninggalan Ghita, Verona bisa bernafas lega. Ibu hamil itu sungguh cerewet. Ia bisa merasakan, Ghita bukan tipe adik ipar yang bisa bergaul dengan kakak iparnya. Dari penampilannya yang mencolok saja Verona bisa tahu Ghita hanya wanita dari keluarga kaya yang dimanjakkan bak tuan puteri. Kalian bisa bayangkan perilakunya bukan?

Walau memiliki kehidupan yang hampir sama dengannya, Verona bisa merasakan perbedaannya dengn Ghita. Saat sampai dirumah ini, Ghita sudah bersikap seperti bos dan memerintahkan para maid seenak hati. Ia tahu Ghita sedang berbadan dua, tapi bukankah wanita hamil harus banyak bergerak juga? Dari bangun pagi sampai tidur lagi, Ghita selalu dilayani para maid.

Ting!
Suara ponsel mengalihkan perhatian Verona. Lucy mengiriminya pesan.

Lucy
|Gue udah dapet nomor Juna
|Lo chat langsung aja ya <3

Me
Thanks|

Setelah pertemuannya dengan Lucy, Verona meminta nomor sahabat prianya itu. Namun Lucy bilang ia sudah lost contact dengan Juna setelah lulus.

Dengan senyum tipis jari Verona menari diatas keyboard hingga menghasilkan rangkaian kalimat. Saat akan menekan tombol kirim, ada perasaan ragu dalam dirinya. Setelah berbagai pertimbangan, pesan itu terkirim pada sahabatnya yang jauh disana.

Me
Hai jun, ini gue Verona|
Gue engga tahu mau ketik apa, tapi|
gue harap lo balas pesan gue

"Nyonya Verona!" seru seorang maid membuat Verona meletakkan ponselnya.

Lost and FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang