"Ain't percfet bestfriend but always available when you need"
.
.
.
.
.~HAPPY READING~
Di kamar bernuansa putih dengan sentuhan minimalis, korden yang terpasang melambai-lambai tertiup angin. Matahari perlahan bergerak seiring suasana yang mulai gelap.
Wanita dengan rambut yang diikat asal itu terlihat serius memperhatikan berbagai foto dalam sebuah album tua. Buku tebal dengan sampul kecoklatan itu seperti saksi bisu perjalanan hidup seorang Verona. Didalamnya berisi semua kenangannya semasa kecil. Setiap fotonya dihiasi senyum manis Verona dan raut bahagianya.
Setelah melewatkan bab masa kecilnya, ia terdiam begitu sebuah foto 3 remaja menarik perhatiannya. Ketiganya nampak tersenyum bahagia pada kamera dengan tangan yang saling merangkul. Verona yakini mereka adalah sahabatnya. Karena di halaman selajutnyapun didominasi foto mereka. Mulai dari pose serius hingga pose konyol membuat Verona terkikik geli. Ada satu foto yang menarik, sepertinya diambil saat ulang tahunnya yang ke-17. Jika dilihat, hanya pesta sederhana dengan kue dan camilan lain tapi raut wajah mereka menunjukan kebahagiaan. Verona terlihat cemberut dengan wajah dipenuhi krim putih seperti kumis. Sedangkan seorang lelaki merangkulnya dengan senyum manis. Foto mereka bertiga dengan gaya yang belum siap justru terlihat bagus.
Buku itu tidak terisi lagi dan berhenti dengan foto kelulusan SMA mereka. Ada raut kecewa begitu menyadari foto itu menjadi yang terakhir dan Verona bisa merasakan perbedaan foto itu dari foto mereka sebelumnya. Entahlah, senyum mereka terasa palsu dan dipaksakan. Tidak ada rangkulan dan wajah konyol menghiasi foto itu. Hanya pose formal dengan mereka yang masing-masing membawa bucket bunga.
Helaan nafas keluar begitu saja saat Verona menutup album itu. Fakta baru yang ia ketahui, Verona memiliki dua orang sahabat yang entah siapa namanya. Namun sebuah pertanyaan muncul dibenaknya. Apa sahabatnya tidak datang menjenguknya? Atau mereka tidak mengetahui kondisinya?
Lamunan Verona buyar ketika suara ketukan terdengar bersamaan dengan mamanya yang masuk dengan segelas susu hangat.
"Lagi apa?" mamanya meletakkan nampan berisi susu dan beberapa butir obat yang membuat Verona mual.
Verona menutup mulutnya begitu mamanya menyodorkan segelas susu dan obat. Kepalanya menggeleng dengan tatapan memelas, berharap mamanya mengerti dan meletakkan kembali benda pahit itu.
"Kamu ini kayak anak kecil aja, minum obatnya terus tidur" mamanya meletakkan gelas dengan sedikit dihentakkan hingga menimbulkan suara.
Mamanya hendak keluar namun terhenti karen panggilan Verona.
"Ma...veve boleh minta tolong?"
⏳⏳⏳
"Dokter Jevan!" seru Verona ketika matanya tidak sengaja menangkap tubuh tegap dokter itu.
Dokter Jevan yang tengah berada di kasir mengedarkan pandangannya mencari sumber suara yang terasa familiar. Matanya menyipit karena kacamata yang tertinggal. Namun keberadaan Verona di pojok terasa mencolok penglihatannya. Langkah panjangnya mendekat dengan sesekali melambaikan tangan pada wanita yang belakangan ini menjadi teman berceritanya. Setelah Verona bangun dari komanya dan menjalankan perawatan, mereka menjadi lebih dekat. Dokter Jevan selalu menyempatkan waktu untuk menjenguk Verona dan menghabiskan waktu dengan mengobrol bersama.
Senyum tipis menghiasi wajahnya begitu Verona menyambutnya dengan senyum manis. Penampilan Verona dengan kaos dan celana jeans membuatnya seperti remaja. Rambut panjangnya dibiarkan tergerai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost and Found
RandomKejadian naas menimpa sepasang suami-istri ketika pesawat yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan dalam perjalanan liburan. "Apa takdir sedang mempermainkan kita?" Verona "Takdir justru menyatukan kita dalam kisah ini"