Tidur lelap Verona terganggu karena ia merasakan ada beban yang menimpa perutnya. Matanya yang terasa berat perlahan terbuka begitu merasakan cahaya masuk melalui celah jendela. Dengan perasaan yang masih terbawa kantuk, matanya melirik kearah perutnya dan melihat sesuatu yang janggal.
Tangan.
Hah?!
Dengan cepat kesadaran Verona terkumpul. Posisinya kini terduduk dengan pandangan yang terfokus pada benda yang masih di perutnya. Betapa terkejutnya Verona begitu melihat Jevian yang masih terlelap tenang dengan posisi menghadapnya. Verona terdiam memperhatikan Jevian, mulai dari alis, mata, hidung, hingga pandangannya jatuh pada bibir merah muda lelaki itu. Sepertinya Tuhan dalam kondisi senang saat menciptakannya. Wajahnya nyaris tidak ada celah untuk kata 'jelek'. Walau manusia tidak ada yang sempurna, tapi definisi sempurna yang Verona dapat lihat sekarang ada di Jevian. Dengan wajah ini siapapun bisa mendekat tanpa Jevian perlu berjuang. Apa lelaki ini pernah merasakan patah hati? Jika iya, perempuan mana yang mematahkan hati lelaki pemilik senyum manis ini?
"Udah puas liatinnya?"
Sontak Verona memberi jarak dengan memundurkan badannya hingga hampir terjatuh dari kasur. Namun dengan segap, tangan Jevian yang memang masih diperut Verona menahanpinggangnya agar tidak terjatuh.
Keduanya kini berada dalam jarak yang dekat, ditambah tangan Jevian yang menahan pinggang Verona membuat mereka terlihat berpelukan. Memang bukan pertama kalinya mereka dalam jara sedekat ini, tapi Jevian merasa ada gelenyar aneh dalam dirinya saat di dekat Verona. Sedangkan Verona terdiam tidak berkutik. Ingatannya tiba-tiba mengulang memori saat mereka di pesta. Matanya membesar begitu mengingat perilakunya saat mabuk.
"Kamu manis kalau senyum Je"
"Ada bolongnya disini"
"Senyum! Aku mau liat bolongnya!""Aaaaaaa" Verona reflek teriak dan menjauhkan dirinya.
Jevian yang terkejut dengan reaksi tiba-tiba itu hanya terdiam linglung.
"Kenapa?"
Sementara perempuan itu menepuk jidatnya dengan menggerutu "Stupid! Stupid!"
Jevian dibuat semakin bingung melihat Verona yang memukul-mukul kepalanya.
"Kepala kamu pusing lagi?"
Mendengar suara Jevian, Verona menoleh dengan tatapan lesu "Sstt kamu jangan ngomong dulu deh"
Bangkit dari duduknya, Verona berjalan cepat menuju kamar mandi meninggalkan Jevian yang kebingungan.
💐💐💐
Suasana ruang makan terasa canggung. Sejak keluar dari kamar mandi, Verona tidak berbicara sepatah katapun pada Jevian yang membuat lelaki itu gusar. Oma Deshara yang merasa ada yang ganjal, berdehem sebelum memulai percakapan.
"Oma udah cerita dikit tentang kejadian kemarin, tapi sebagai istri itu tugas kamu untuk bicara jujur ke suami kamu" Liriknya tertuju pada Verona yang masih mengunyah sarapannya.
Bukannya menjawab, Verona tetap menunduk namun membalas perkataan Omanya dengan anggukan kecil.
"Nanti aku cerita" Cicitnya yang hanya didengar Jevian karena mereka duduk bersebelahan.
Jevian hanya mengangguk lalu melanjutkan sarapannya.
"Ve ayo berangkat, hari ini kita ada meeting"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost and Found
RandomKejadian naas menimpa sepasang suami-istri ketika pesawat yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan dalam perjalanan liburan. "Apa takdir sedang mempermainkan kita?" Verona "Takdir justru menyatukan kita dalam kisah ini"