Three of Us

306 44 1
                                    

-HAPPY READING-

"I like you"

Angin berhembus menerpa kedua pasang remaja yang kini dilanda keheningan setelah pengakuan mengejutkan dari salah satunya.

"Lucy?"

Juna memperhatikan Lucy yang terdiam begitu mengucapkan kalimat keramat itu. Bahkan mata bulat itu terus menghindarinya. Tubuhnya bergerak gelisah.

Lucy menghembuskan nafas kasar "Huh! I know it's crazy, but i just can't hide it anymore Jun"

"Lo kenapa?"

Lucy mengangkat kepalanya dan menemukan raut kebingungan di wajah Juna. Sepertinya lelaki itu tidak menganggap serius perkataannya barusan. Padahal dengan susah payah ia menekan gengsinya.

"I said that before, I like you Jun!"

Juna menggeleng pelan "No! It's a joke right?"

"Gue serius Jun. Gue sempet ragu sama perasaan gue tapi sekarang gue yakin kalau gue suka sama lo" Lucy mengatakannya dengan sekali helaan nafas.

Juna semakin menggeleng keras, bahkan kini ia mundur beberapa langkah "Cy, gue gak tau harus bereaksi kayak gimana"

"Lo gak perlu bereaksi, Lo cuma perlu jawab yes or no?"

"For what?"

Pertanyaan Juna membuatnya frustasi, poninya yang selalu rapi itu diacak sembarang.

"I like you! Gue lagi confess ke Lo, so what is your answer Juna?"

Juna menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Setelah beberapa detik terdiam, akhirnya Juna bersuara.

"I like someone else"

Bagai disambar petir di siang bolong, senyum yang selalu terpatri di bibirnya menghilang. Jawaban Juna sangat tidak terprediksi.

"Who?" Ujarnya dengan suara tercekat.

"You don't need to know"

Keduanya kembali dilanda keheningan, hanya angin lewat yang sesekali terdengar.

"Sorry" Juna angkat bicara.

Lucy hanya tersenyum tipis "It's okay. I'll wait for you"

"No, please don't wait for me Cy. I don't want to hurt you"

"But you already did it" cicitnya.

Ditengah terik matahari yang menyinari lapangan belakang sekolah, pernyataan cinta Lucy terbang bersama hempasan angin.

Juna bangkit dari duduknya "Kalo gak ada yang diomongin lagi, gue duluan ya"

Bersamaan dengan punggung Juna yang perlahan menghilang, air mata Lucy menetes. Rencananya mengajak Juna ke lapangan belakang sekolah agar tidak ada yang melihat momen special ini. Nyatanya itu merupakan keputusan yang tepat mengingat bagaimana Juna menolaknya tanpa mempertimbangkannya dulu. Jika ada yang melihatnya, kehidupan sekolah menengah Lucy akan penuh olokan. Bagaimana seorang gadis secantik Lucy menyatakan perasaannya dan ditolak.

Lucy mengulum bibirnya "So, it ended up just like this?" Ujarnya merutuki dirinya sendiri.

Dan ya, kejadian di lapangan belakang sekolah itu seolah menjadi akhir dari kedekatan yang selalu mereka perlihatkan. Mereka yang selalu terlihat lengkap kini berjalan sendiri-sendiri. Juna dan Lucy membangun tembok masing-masing dan saling menutup diri.

Lost and FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang