-HAPPY READING-
Aroma khas rumah sakit menusuk indra penciuman Jevian. Langkah kakinya yang sedikit berlari menuntunnya ke ruang rawat inap Verona. Setelah perbincangannya dengan dokter selesai, ada rasa takut yang mendadak menghampirinya. Keadaan Verona memang tidak memburuk tapi bukan berarti membaik. Tangannya sedikit bergetar saat tiba didepan pintu kamar Verona. Tidak ada yang menyadari, Jevian memiliki trauma tersendiri dengan rumah sakit. Rumah sakit menjadi tempat yang paling ia hindari selama 4 tahun belakangan ini. Bahkan saat mengalami kecelakaan dan harus dirawat, Jevian memilih menyewa dokter pribadi dan melanjutkan perawatannya dirumah. Tapi kejadian mengejutkan tadi seolah membuatnya lupa mengenai kenangan buruknya di rumah sakit. Tuhan seolah menguji keberaniannya dengan mengirimnya kembali ke tempat ini.
Setelah mengambil nafas dalam, tangannya yang sudah menggenggam gagang pintu pun menarik pelan benda itu hingga terbuka. Pemandangan pertama yang ia lihat begitu menyayat hatinya. Verona memang terlihat cantik saat tidur, tapi tidurnya kali ini membuat Jevian gelisah. Ia memang masih melihat tanda-tanda Verona bernafas, tapi itu tidak cukup.
"Ve, kamu kenapa?" lirihnya memperhatikan wajah pucat istrinya itu.
Hening.
Jevian terhanyut dalam pikirannya sembari memperhatikan Verona yang setia memejamkan matanya. Kejadian tadi menyisakan syok yang masih belum ia bisa atasi. Beberapa kali tangannya masih bergetar dengan keringat yang mulai bercucuran.
Tangannya terulur mengusap pelan rambut Verona "Tidurnya jangan lama-lama ya"
Satu tetes air mata lolos dari kelopak matanya. Bayangan bayangan buruk yang sedari tadi menghantuinya tergambarkan lewat air matanya. Kepalanya menunduk namun tangannya masih mengusap pelan kepala Verona. Ada perasaan sesak di dada yang pernah menjadi temannya selama bertahun tahun.
"Je..." pintu kamar terbuka menampilkan mama Anna yang terlihat khawatir.
"Ma..." lirih Jevian begitu mamanya mendekat dan memeluknya.
"It's okay, everything gonna be okay. Verona pasti bangun, mana yakin itu" tangan mama Anna mengelus rambut Jevian saat putranya itu memeluk pinggang rampingnya.
Mama Anna benar benar dibuat terkejut saat mendapat kabar Verona dilarikan ke rumah sakit. Bukan hanya khawatir tentang menantunya, ke khawatiran terbesar justru pada Jevian. Dan melihat raut wajah putranya itu membuatnya sedih.
Keduanya terdiam memperhatikan putri tidur yang begitu tenang di ranjangnya.
💗
Malam itu terasa tenang, Verona menikmati waktunya sendirian di kamar bersama gitar kesayangannya. Jari lentiknya bergerak memetik senar yang kini mengeluarkan nada nada teratur. Matanya terpejam menikmati melodi yang berhasil ia ciptakan. Tidak ada beban yang mengganggu pikirannya, hanya ada ketenangan. Tapi benar kata pepatah, ketenangan ini hanya pendahuluan sebelum badai yang besar terjadi. Malam itu Jevian masih belum pulang kerumah, tapi Verona tidak merasa curiga karena nyatanya pria yang menyandang status sebagai suaminya itu lebih memilih lembur di kantor daripada tidur sekamar dengannya. Miris bukan?
Matanya melirik sekilas jam dinding yang menunjukan pukul 10 malam. Walau sudah mengetahui kebiasaan suaminya itu tetap ada perasaan khawatir yang menghantuinya setiap malam. Tangannya meraih ponsel yang sedari tadi ia matikan. Begitu terkejutnya dia begitu benda pipih itu menyala dan memperlihatkan banyak notifikasi dari Jevian. Tanpa fikir panjang, Verona menghubungi Jevian dengan perasaan cemas.
1 detik, 2 detik
Panggilan terhubung tapi tidak ada jawaban dari pemilik ponsel itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost and Found
RandomKejadian naas menimpa sepasang suami-istri ketika pesawat yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan dalam perjalanan liburan. "Apa takdir sedang mempermainkan kita?" Verona "Takdir justru menyatukan kita dalam kisah ini"