Party(2)

385 75 6
                                    

~HAPPY READING~

"Kamu kenapa diem aja?" Ghita menoleh memperhatikan wajah suaminya.

Varrez hanya diam dengan tatapan yang terfokus pada satu objek didepannya—Verona. Kakaknya itu terlihat tidak sehat. Wajahnya yang memang putih terlihat berbeda dengan kerutan diwajahnya.

"Rez? Kamu kenapa?" Ghita mengikuti arah pandang Varrez.

"Kak Veve kenapa? Mukanya pucet"

Varrez bangkit dari duduknya dan hendak menghampiri kedua pasangan itu tapi posisinya yang berada diujung membuatnya kesulitan menembus kerumunan para tamu yang datang. Tubuhnya terhuyung kesana kemari saat berusaha mencapai titik tengah. Langkahnya terhenti saat melihat Jevian merangkul Verona untuk menghindari kerumunan.

Ia merasakan pundaknya disentuh "Kak Jevian keliatan peduli sama kak Veve, kamu engga usah khawatir"

Varrez hanya menoleh dan merangkul pundak Ghita agar tidak terdorong kerumunan "Siapa juga yang khawatir"

⌛⌛⌛

"Sorry?" Verona memastikan pendegarannya tidak salah menangkap. Pria dihadapannya ini menawarkan untuk menari?

"I guess everyone does that" Tangannya menunjuk beberapa pasangan yang bergerak menikmati alunan lagu.

Verona megikuti arah pandang pria itu namun pandangannya sedikit kabur membuatnya beberapa kali mengerjapkan mata. Tanpa sengaja matanya beradu dengan mata Jevian yang sejak tadi memperhatikannya, tentu saja Verona tidak menyadari itu.

"So...you wanna dance with me?" Tangan pria itu terulur dihadapan Verona. Risih tentu saja ia rasakan karena mereka baru bertemu.

Saat Verona akan menolak permintaan pria itu, ia merasakan rangkulan dipinggangnya.

"Sorry, she is my wife" Jevian tersenyum tipis mengikis jarak diantara keduanya.

Verona yang mulai merasa ada yang aneh dengan dirinya hanya diam saat Jevian merengkuhnya lebih dekat mungkin mereka nyaris berpelukan. Ia dapat melihat senyum tipis Jevian yang berhasil mencetak lengkungan indah disana.

"Manis" Batinnya sembari tersenyum kecil.

Sementara pria tadi nampak terkejut dengan kedatangan Jevian "Oh sorry, I didn't mean that. I just you know—"

"That's okay, let's go baby" Jevain memotong perkataan pria itu dan membawa Verona menjauh dari meja bar.

Jevian mengajaknya duduk disalah satu sofa yang agak jauh dari kerumunan tamu. Setidaknya menjauh dari pria genit itu.

Sejak tadi Jevian memperhatikan gerak-gerik Verona dari jauh—bahkan segelas vodka yang Verona tegak tanpa berfikir panjang. Jevian sempat panik melihatnya, tapi ia tidak bisa berkutik karena masih membahas kelanjutan proyeknya. Namun matanya tidak lepas sedikitpun dari Verona yang kini terdiam sendiri di meja bar. Perhatiannya sempat teralihkan karena beberapa kolega bisnis yang datang menyapa. Bola matanya membesar begitu melihat seorang pria menghampiri Verona dengan tatapan yang sangat ketara bahwa pria itu tertarik pada istrinya.

"Saya permisi dulu" Jevian pergi dari kumpulan pria berjas itu dan menghampiri meja bar.

Verona menunduk merasakan kepalanya berat sedangkan Jevian duduk disebelahnya. Jevian tahu Verona mulai pusing karena minuman itu tapi ia memilih diam.

Lost and FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang