25. Hari Pertama

1.8K 49 2
                                    

2 tahun kemudian

Arra bersiap berangkat ke kampus impiannya, terasa mimpi dan tidak mungkin, namun keadaan serta takdir berkata lain. Saga siap mengantar Arra ke kampusnya untuk pertama kali, cowok itu bekerja dengan ayahnya dan mengelola bisnis sendiri.

"Ra, kamu udah siap? Mobil aku panasin dulu ya?" Saga mengambil kunci mobil dan bergegas turun.

"Tunggu bentar, ih. Itu dasinya belum bener, sayang." Arra membuka dasi milik Saga dan mulai melipatnya secara telaten.

"Oh iya, Ra, jangan genit sama cowok-cowok disana, awas aja!" ancam Saga.

Arra menahan tawa. "Nggak lah," jawab Arra sambil merapikan kerah baju milik Saga.

"Bagus kalo gitu, ayo jalan." Saga menggandeng tangan istrinya.

"Ga, tadi aku denger kamu katanya lagi ada masalah ya di kantor papa?" tanya Arra seraya memasang seatbelt mobil.

"Kamu denger?" Saga mulai menyalakan mesin mobilnya dan mengatur giginya lalu bergegas pergi.

"Sekilas aja sih, kamu nggak mau cerita?" tanya Arra.

"Mau, tapi nggak sekarang. Kamu harus fokus dulu sama hari pertama kuliah, belajar yang bener, jangan genit-genit."

Arra bergumam. "Pasti."

"Kamu nggak sedih kan?" tanya Saga menoleh sebentar.

"Soal?"

"Waktu kita kehilangan -"

Arra memegang tangan Saga untuk menghentikan pembicaraannya. "Aku nggak papa, belum waktunya aja. Kan kita masih harus belajar, masih terlalu muda, jadi sama Tuhan dikasih waktu lagi."

Saga tersenyum. "Kamu bener, tapi aku pengen liat mukanya mirip aku atau mirip kamu, kayaknya sih mirip aku ya kalo cowok, sama gantengnya," kata Saga memuji.

Arra terkekeh. "Mirip aku lah. Kalo cewek nanti sama cantiknya kayak mamanya."

"Bisa aja kamu, dan mungkin sekarang dia lagi liat kita dari kejauhan," ucap Saga.

Arra mengangguk setuju.

"Omong-omong kamu kenapa ambil jurusan kedokteran?" tanya Saga penasaran.

"Simpel aja jawabannya, cuma karena aku mau nolongin orang-orang yang kadang nggak punya biaya buat ke rumah sakit. Mungkin aku bisa bantu dengan kasih persediaan obat ke mereka."

"Baik banget sih istri aku," kata Saga sambil mengusap kepala Arra.

"Loh itu kan emang pekerjaan dokter, sayang. Gimana sih?" Arra tertawa kecil.

Saga menggeleng sambil tersenyum.

"Eh tapi barang-barang suruhan kampus udah kamu bawa semua?" tanya Saga.

Arra kembali mengecek tasnya. "Kayaknya sih udah."

"Ok. Kalo kamu digalakin, disuruh-suruh, lawan aja."

Arra tertawa. "Ga, ini kan emang budaya kampus kalo ada mahasiswa baru. Tapi tenang aja, mereka nggak akan galakin aku selagi aku nurut."

"Iya, aku takut aja. Bekel kamu bawa kan?"

"Bawa kok."

Tak terasa mereka sudah sampai diparkiran kampus dan Arra segera turun lalu pamit.

"Yaudah aku turun ya, kamu semangat kerjanya, jangan genit sama cewek-cewek kantoran," ancam Arra.

"Siap, cium dulu," ucap Saga.

Arra mengecup pipi Saga dengan singkat sekaligus mencium tangannya.

Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang