34. Diujung Tanduk

264 6 0
                                    

Arra pingsan dan langsung dibawa ke UGD, Saga sangat panik tak karuan, sedangkan ibunya hanya duduk diam tanpa rasa bersalah. Saga mondar-mandir menunggu kabar dokter yang menangani Arra.

"Ga, Mama kenapa ya nggak ngerasa sayang lagi sama Arra? Apa karena kamu-"

"Stop!!!!" teriak Saga yang membuat orang-orang disana menoleh singkat melihat mereka.

"Mama sadar nggak sih kalau sifat mama ini udah nggak bisa ditoleransi lagi? Aku tau mama tinggal sendirian sekarang, tapi apa mama nggak bisa biarin aku bahagia? Mama sebentar lagi punya cucu loh, apa mama nggak seneng?"

Ibunya hanya menatap Saga dengan wajah menahan marah.

"Mama tuh sebenernya kenapa sih?"

"Mama cuma nggak mau kamu punya rasa kasih sayang yang berlebihan ke dia, mama butuh kamu," jawab Ibu Saga.

Saga terkekeh meremehkan ucapan ibunya. "Berlebihan? Bukannya itu udah jadi tugas aku sebagai suaminya? Dulu bunda sama ayah Arra lebih posesif lagi daripada ini, tapi orangtua mereka setuju aja, mama butuh apa? Kasih sayang aku? Aku kasih semuanya buat mama, tapi mama harus tau situasi kondisi, Mah."

"Mama mau pulang," ucapnya sambil meninggalkan Saga.

Saga menghela nafasnya berat.

Tak lama setelahnya, dokter keluar dari ruangan UGD dan segera memberitahukan kondisi Arra pada Saga.

"Gimana, Dok?" tanya Saga.

Setelah dokternya menjelaskan semuanya bahwa Arra tidak boleh terlalu banyak pikiran dan kekurangan makanan bergizi, Arra pingsan karena terlalu stress, maka bisa berdampak terhadap bayi yang sedang ia kandung.

Saga pun masuk untuk melihat Arra yang masih belum sadar tapi sekarang kondisinya sudah baik-baik saja, begitu juga dengan anak mereka yang sudah berusia 5 (lima) bulan.

"Ra, sayang, kita kayaknya nggak bisa tinggal bareng mama.." ucap Saga dengan pelan sekali, ada rasa sedih, takut, semua campur aduk.

"Aku sayang kamu, tapi aku sayang mama juga." Saga menidurkan kepalanya di dekat lengan Arra.

★★★

Kini mereka bisa pulang dan menyiapkan hati untuk bertemu Ibu Saga, terutama untuk Arra.

"Aku takut, Ga," ucap Arra sambil memegangi perutnya.

Kondisi saat ini hujan deras dan angin kencang, mereka sudah didalam mobil sejak 30 menit yang lalu.

"Nggak apa-apa, ada aku. Nanti kamu langsung naik keatas aja ya, biar aku yang ketemu mama."

"Perasaan aku nggak enak banget, Ga, aku kayak.. hmm.. aku yang bikin kamu jadi berantem sama mama, aku nggak bisa, Ga, kayak gini terus," kata Arra sambil menoleh ke arah Saga.

"Ra, udah ya.. Kamu mendingan tidur, masih agak jauh nih soalnya," bujuk Saga.

"Nggak bisa, sekarang bayangin deh kalo kamu jadi aku, orangtua aku nggak suka sama kamu, mereka nyindir kamu tiap hari, mereka maki-maki kamu, mereka benci sama kamu, tanggepan kamu apa? perasaan kamu gimana?"

"Raa,"

"Apa?"

"Cukup bahas ini, kita bahas lagi kalo udah di rumah ya," pinta Saga.

"Aku lagi hamil loh, Ga, anak kamu, anak kita, kalau nantinya terjadi apa-apa sama kita gimana?"

Saga membelokkan mobilnya ke arah kiri dan berhenti tiba-tiba.

"Ga!?! Gila apa ya? Kalo ada mobil yang tiba-tiba nabrak gimana?"

"Bisa nggak bicara kamu dijaga? Aku dan kamu nggak akan terjadi apa-apa, dan kalopun terjadi sesuatu sama kita, aku yang akan tanggungjawab," ucap Saga.

"Aku nggak bisa jamin," jawab Arra.

Saga memegang tangan Arra sambil menunduk. "Aku sayang kamu, Ra, tolong banget bisa nggak kasih aku waktu buat mikirin ini semua? Aku ngerti kamu ngerasa nggak enak didepan mama, ngerasa dibuang, ngerasa nggak pantes, tapi please.. kasih aku waktu, ya?"

Arra juga sangat sayang pada Saga, ia hanya membuang muka dan melepaskan tangan Saga. "Jalan, Ga. Aku capek mau istirahat."

Sesampainya mereka di rumah, terlihat ibunya ternyata tidur disofa dengan kondisi tv menyala. Arra langsung buru-buru menaiki anak tangganya dengan cepat, sedangkan Saga mengambilkan selimut untuk ibunya lalu pergi menyusul Arra.

"Kamu mau mandi dulu nggak, sayang?" tanya Saga.

"Iya, Kamu?" jawab Arra singkat.

Saga mengangguk. "Sama, tapi kamu aja duluan deh, aku mau lurusin kaki dulu."

Arra langsung ke kamar mandi dengan membawa pakaian ganti serta handuk tanpa menjawab pernyataan Saga tadi.

Saga tiba-tiba mendapat pesan dari bundanya Arra.

bunda Ra :
Ga? Kamu udah tidur? Gimana kondisi Arra selama hamil?

bunda Ra :
Kalo mama kamu? Katanya tinggal bareng kamu ya karena perceraian kemarin?

bunda Ra :
Maaf yaa kalo Arra ngerepotin, semoga kalian akur-akur yaa hehe, maaf kalo bunda ganggu..

Saga :
malam bunda, ngga kok saga blm tidur
ini masih ngobrol brg sama arra

Saga :
iya bunda, mama tinggal
brg aku skrg bun.. tapi ini arra ngga merepotkan sama sekali kok, udah jd tugas aku buat jagain arra

bunda Ra :
Ya ampun, seneng bunda bacanya 🥰

bunda Ra :
Ya udah, lanjut dehh hehe salam buat arra sama mama yaa

Saga :
siapp bunda 😉

Saga tiba-tiba meneteskan air matanya. Ia merasa bersalah karena Arra anaknya sudah dibentak-bentak oleh mertuanya sendiri yang dimana itu mama Saga. Pasti bunda Arra bisa saja marah kalau tahu kondisinya seperti apa.

"Ga, udah tuh. Gantian mandi," suruh Arra.

Saga langsung buru-buru menghapus air matanya. "Oke."

Arra pun yang sudah beres dengan kegiatan malamnya, langsung mengambil ponselnya.

Arra :
bun, besok kakak mau ke rumah ya

bunda :
Loh? Kenapa tbtb amat kak?

bunda :
Bareng sama Saga sama mertuamu?

Arra :
engga, arra aja hehe

bunda :
Kamu jgn bikin bunda kepikiran deh

bunda :
Tapi yaudah bunda tunggu yaa nak

Arra :
ok bunn hehe

"Arra cuma kangen bunda sekarang," kata Arra sambil menahan tangisnya.

★★★

halo halo! selamat hari raya idul fitri 1445H yaaa! makasi buat kalian yg masih setia baca cerita ini hehehe love you guys😻

kali ini segini aja dulu, bsk akan ada lanjutannya lagi yg lebih seru.. bismillah hehe

selamat membaca 😻💗

Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang