20. Di rahasiakan

1K 64 4
                                    

Malam yang berganti pagi dengan membuat Arra terburu-buru bangun dari tidurnya, gadis itu baru tidur selama tiga jam, pikirannya bergelut dengan acara pernikahannya yang akan dilaksanakan pada dua minggu kedepan. Apa yang akan ia lakukan sebagai seorang istri nanti, dan apakah akan berjalan lancar? Mungkin iya dan mungkin tidak.

Hari ini Arra harus sekolah, ujiannya sebentar lagi, dan ia harus kembali fokus belajar agar lulus dengan nilai yang baik.

"Ternyata bener ya, kalau mau nikah pasti pusing sendiri mikirinnya, gue masih muda kenapa udah mau nikah aja sih?" gumam Arra seraya memasukkan buku-bukunya ke dalam tas ranselnya.

"Bunda sama ayah aja nikah pas mereka kerja, sedangkan gue? Belum lulus aja udah mau nikah." Arra menghela napas pelan. "Heran deh, kok bisa sih mereka punya pikiran gue harus nikah sama Saga sekarang?" lanjutnya lagi.

Disela-sela ucapannya, ketukan pintu terdengar.

"Kak, berangkat sama gue. Gue tunggu," ucap Arial.

Arra hanya mengangguk-angguk paham, dan tak lama kemudian ia turun dengan mengenakan tasnya dan sepatu.

"Kok bukan Saga?" tanya Arra.

"Emang kamu mau ketahuan nikah muda?" tanya Gaffa balik.

Arra langsung berpikir keras. "Tapi kan sekedar berangkat bareng aja orang-orang juga nggak bakal nebak sejauh itu kali, yah?"

"Nggak nurut?"

Arra menghela napas pelan. Kalau sudah begini, ia akan takut dengan gertakan ayahnya. "Iya, yah."

"Yaudah berangkat, salim sama bunda," suruh Gaffa.

Setelah mencium kedua tangan Gaffa dan Zara, Arra pun langsung berangkat bersama Arial menggunakan mobil.

"Lo kenapa sih? Lagi nggak enak badan?" tanya Arial.

Arra menoleh, "Nggak."

"Terus? Kenapa kayak banyak pikiran terus lemes gitu?"

"Banyak omong deh, udah nyetir aja," ucap Arra kesal.

Arial menahan tawa, "Oh, gue tau, gara-gara mikirin nikah? Ya kan? Wailah, lebay lo, nikah enak kali nggak belajar, nggak numpuk tugas, nggak numpuk PR, bisa main terus, kalau lo pasti duit ada dari suami, terus—"

"Ssttt!!! Ih, mulut lo udh kayak petasan! Eh, lo pikir nikah seenak itu? Lo liat aja tuh bunda sama ayah, tiap hari sibuk ngurusin kita, ayah sibuk kerja, bunda sibuk masak, belum lagi ambil raport, dateng rapat, ini itu. Nah gue? Gue juga bakal ngerasain itu yang gimana capeknya, cuma... Ya, terlalu cepet aja, gue nggak mau nyia-nyiain masa muda gue yang belum bisa bahagiain bunda sama ayah," ucap Arra.

Arial terdiam sejenak. "Panjang juga pikiran lo. Hem, iya juga sih, lo lulus aja belum, tapi dua minggu lagi lo bakal nikah, kita pisah dong? Yah, nggak ada temen berantem deh," kata Arial dengan suara kecil.

Arra tertawa keras. "Ha-ha-ha, takut gue tinggal? Yal, yal, baru tau lo bisa sweet juga, oh jadi ini sebabnya Keyla mau sama lo." Arra meledek dengan menyenggol lengan Arial.

"Udah jangan bahas Keyla, kan lagi bahas lo tadi," jawab Arial.

"Iya-iya, udah sampe sini aja, mau ke warung bentar," pinta Arra.

Arial menahan tangan Arra, "Eh! Inget, jangan sampe temen-temen lo tau, nggak semua hal bisa lo ceritain ke temen lo."

"Iya, bawel deh, gua juga tahu. Yaudah, bye!"

Setibanya Arra di kelas, teman-temannya langsung menghampiri Arra dengan terburu-buru. "Ra! Lo balikan?" tanya April.

"Apa sih? Nggak. Gosip dari mana?"

Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang