31. Berantem

260 6 0
                                    

Pagi harinya Saga berkemas tanpa bicara terlebih dahulu dengan Arra. Sedangkan Arra masih tertidur pulas dibawah selimut. Belum ada matahari muncul Saga sudah berkemas pakaian-pakaiannya, tak lupa pakaian Arra juga ia rapikan. Tak lama kemudian Arra terbangun saat mendengar adzan subuh, dan melihat Saga masih berkemas.

"Ga, Beneran pulang?"

Saga mengangguk tersenyum. "Solat subuh dulu yuk, habis itu kita jalan ke airport."

"Ga, ceritain dulu ada apa? Kamu dari kemarin nggak ngomong apa-apa loh, aku berhak tau, ada apa?"

Saga menenangkan Arra dengan memegang pundaknya sambil tersenyum. "Sayang, aku nggak mau bikin khawatir, sekarang kita solat subuh berjamaah dulu ya."

"Aku solat sendiri aja."

Saga hanya bisa menghela nafas pelan.

"Arra? Ayo dong kamu jangan kayak gini, aku serius bilang ini sama kamu, aku nggak mau khawatir," ucap Saga berusaha meyakinkan Arra.

*Bunyi gaduh

"Ra?"

Saga langsung bergegas menuju kamar mandi dan menemukan Arra sudah terduduk sambil memegang perutnya.

"Astaga, sayang kenapa? Sakit? Arra, sayang udah jangan dipikirin masalah aku, please jangan sakitin diri kamu, aku mohon, ayo ke rumah sakit sekarang."

Arra menepis tangan Saga. "Kamu bisa ya nggak cerita sama aku, tapi kamu cerita sama Hanna! WHAT'S WRONG WITH YOU, SAGA?!!!! KITA UDAH LAMA NGGAK BERHUBUNGAN LAGI SAMA HANNA, TAPI — aaak," ringis Arra.

Saga tidak mau berdebat lagi, ia langsung menggendong Arra dan membawanya ke rumah sakit. Sepanjang jalan Arra merasakan sakit diarea perutnya, Saga yang dengan setia menggenggam tangan Arra sambil mengucap kata maaf berkali-kali.

"Maaf ya, maaf aku salah. Maafin aku, Ra."

Setibanya di rumah sakit, Arra langsung ditangani dan di cek perutnya serta kondisi bayinya yang ada didalam.

"Dok, tolong istri saya," pinta Saga.

"Baik, Pak. Tolong tunggu disini ya."

Saga duduk sambil berpikir 'bagaimana Arra tahu kalau Saga cerita dengan Hanna soal orangtuanya yang sedang ada masalah' padahal ia cerita dengan Hanna di telfon dan itu malam hari, Saga yakin Arra sudah tidur saat itu.

"Maaf, Ra, maaf, anak Papa," gumam Saga. Air matanya jatuh satu-persatu.

Dokter pun keluar setelah memeriksa dan menangani Arra. "Kondisi istri bapak baik-baik saja, ini terjadi karena terlalu banyak pikiran dan untuk bayinya untung saja tidak ada masalah yang terjadi dan semua sehat-sehat saja, saya sudah beri obat untuk menenangkan istri bapak dan menjaga bayinya tetap aman. Itu saja, Pak."

"Terimakasih, Dok. Terimakasih banyak."

Dokter itu tersenyum lalu pergi.

Saga menghampiri Arra yang sedang dalam keadaan tidur karena pengaruh obatnya. Ia mengecup keningnya dan mengusap kepalanya sambil memandangi wajah Arra yang terlihat sekali kalau Arra lelah. "Maafin aku, Ra, mama sama papa mau cerai, aku nggak tau permasalahannya apa, tapi Hanna tau, makanya aku bisa cerita sama dia dan nanya-nanya karena dia tau semuanya. Aku nggak ada maksud apa-apa, Ra. I love you so much." 

"Ya Allah Arra, kenapa bisa begini, Nak?" tanya ibu Saga.

Saga yang tadinya tertunduk, langsung menoleh kearah mamanya. "Loh, Ma? Kok bisa disini?"

"Iya, tadi mama ke rumah kamu tapi kata tetangga kamu buru-buru bawa Arra ke mobil, jadi mama pikir kamu ada di rumah sakit deket sini, dan ternyata bener. Kenapa Arra?"

Nikah MudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang