MHIR || 01.

23.4K 878 10
                                    

Zera berjalan menuruni tangga, berniat untuk pergi ke sekolahnya. Sedangkan di meja makan terdapat kedua orang tuanya yang tengah menyantap sarapannya bersama-sama. Zera duduk di sebelah Yora —Mamahnya, dengan tangan yang mengambil sepotong roti dari piringnya.

“Makannya pelan-pelan sayang,” ucap Yora memperingati.

Zera menyengir kuda. “Lama Mah, bentar lagi juga Zera berangkat. Ehhh kayaknya udah telat deh, Zera duluan ya Mah, Pah!”

Belum sempat Indra melontarkan ucapannya. Zera sudah lebih dulu mencium lengannya dan berlalu keluar rumah. Yora yang melihat putrinya seperti itupun menggelengkan kepalanya. “Nggak terasa ya Pah, Zera udah besar.”

Indra menganggukkan kepalanya. “Benar kamu, dan nggak lama lagi, kita akan kehilangan dia untuk Zero.”

Yora tersenyum kecut mendengar ucapan suaminya itu. “Iya, apa Zera akan bahagia kalau kita beritahu sekarang? Aku nggak tega lihat dia sedih. Apalagi Zero 'kan selalu bilang, kalau Zera adalah musuhnya.”

Indra terdiam sejenak. “Itu dulu, mungkin sekarang tidak lagi. Mereka sudah dewasa, pasti mereka akan bersahabat lagi kayak dulu.”

“Semoga saja,” balas Yora membersihkan makanannya sampai akhirnya Indra berangkat ke kantornya untuk bekerja.

*****

Zero berdecak sebal, karena waktunya ke sekolah tinggal beberapa menit lagi. Sedangkan angkutan umum belum saja terlihat sampai sekarang, padahal biasanya jam enam pun sudah terparkir manis di halte bus.

Lama menunggu angkutan umum. Akhirnya angkot berwarna merah pun datang dari arah kanan. Langsung saja Zero berlari untuk menghentikan angkot tersebut, setelah selesai menyetop angkot. Zero segera menginjakkan kakinya memasuki angkot tersebut, namun tiba-tiba ada sebuah tangan yang menghalanginya.

“Gue duluan yang naik, gue telat lima menit,” ujar Zera yang baru saja datang dari rumahnya ke halte.

Zero melotot tidak terima. “Enak aja main masuk-masuk, gue duluan yang nyetopin ini angkot, jadi harus gue duluan juga yang masuk.”

Zera menggeleng-gelengkan kepalanya tidak terima. “Bacot lo, kemarin juga gue yang nyetopin ini angkot. Terus ujung-ujungnya malah elo duluan yang masuk.”

“Gue duluan, awas!” bentak Zero menepis tangan Zera yang berada di pintu angkot. Gadis itu tidak mau kalah, ia mengigit tangan Zero dan memasuki angkotnya dengan cepat. “Bang maju!”

“Ehh, tunggu!” teriak Zero langsung memasuki angkutan umum itu.

Zera celingak-celingukkan mencari kursi yang kosong. Tetapi tidak ada satupun kursi yang kosong membuatnya hanya berdiri sambil memegangi pintu angkotnya. Begitupun dengan Zero yang berada di sebelahnya.

“Geseran Ze, gue nggak kebagian tempat,” ketus Zero mendorong bahu Zera agar gadis itu menggeser.

Zera menatap Zero horor. “Emang disini, lo aja yang nggak kebagian tempat? Gue juga sama kali. Udah berdiri aja, kayak gitu.”

Zero mendengkus sebal. Dengan jahil, laki-laki itu menarik ikat rambut Zera sehingga rambut gadis itu terurai bebas. Zera yang mengetahui itu melebarkan matanya kaget. “Lo apa-apa sih, balikin ikat rambut gue!”

“Nggak, sebelum lo minggir dari sana,” ucap Zero memainkan ikat rambut Zera.

Akibat terlalu kesal, Zera menginjak kaki Zero sehingga laki-laki itu meringis kesakitan. Tidak mau kalah dengan aksi Zera, Zero pun menarik tas ransel Zera sehingga gadis itu terjatuh ke bawah.

Semua penumpang yang melihat itupun kaget. Apalagi sekarang Zera menonjok pipi Zero karena kesal. Dan terjadilah aksi tonjok menonjok di dalam angkot membuat semua penumpang yang berada disana berteriak heboh.

Bugh.

Bugh.

“Sekali lagi lo main-main sama gue, gue bikin muka lo bonyok dari atas sampe bawah!” Tegas Zera menarik kerah baju Zero membuat lelaki itu menarik rambut panjangnya balas dendam.

“Berani sama gue, gue potong rambut panjang lo ini, biar pendek kayak Dora. Mau?” Goda Zero mengeluarkan gunting kecil yang berada di dalam saku celananya.

Zera menendang selangkangan Zero kasar, dan menonjok wajahnya bertubi-tubi. “Mati lo!”

Neng udah neng.

Aduh itu cowoknya kasian.

Buset dah, tenaga kuli neng.

Awas kena bogem.

Banyak lagi komentar para penumpang yang berada di angkot tersebut membuat sang sopir menghentikan angkotnya, membuat Zera dan Zero saling berpelukan karena sopirnya mengerem mendadak.

“KELUAR KALIAN!” bentak Sopir tersebut murka.

Zera melepaskan pelukannya dengan kasar. “Keluar lo!”

Zero tertawa renyah mendengar bentakan dari Zera. Laki-laki itu menarik tangan Zera agar keluar dari angkot bersamanya. “Bukan gue atau lo, tapi kita sayang.”

Plak.

Zera menampar pipi Zero dengan tatapan bengisnya. “Sekali lagi lo panggil gue sayang, siap-siap balik dari sekolah tinggal nama.”

Zero terkekeh tanpa menyadari angkot yang mereka tumpangi tadi sudah melaju dengan cepat tanpa memperdulikan keduanya yang masih setia beradu mulut. Zera membalikkan tubuhnya hendak menaiki angkot, tetapi angkotnya sudah hilang dari jalanan membuat Zero tertawa terpikal-pikal.

“Ha ... Ha ... Kenapa? Nyari angkot?” tanya Zero mengejek.

Zera menatap Zero sinis. “Ini semua karena lo. Coba kalau lo nggak main-main sama gue, pasti kita nggak bakalan berakhir di jalanan kayak gini. Mana sekolahan masih jauh lagi.”

Laki-laki itu mengedikkan bahunya acuh. Ia berjalan melewati Zera begitu saja. Zera yang melihat tubuh Zero kian menjauh pun berdecak sebal. “ZERO! TUNGGUIN GUE!”

Zero berusaha tidak peduli dengan teriakan dari Zera, membuat emosi gadis itu kian memuncak. Dengan senyuman jahatnya, Zera pun melepaskan sepatunya dan melempar sepatu tersebut hingga mengenai punggung Zero.

Bugh!

Zero langsung sempoyongan mendapatkan pukulan keras dari punggungnya. Belum sempat Zero membalikkan badannya, ia sudah melihat Zera yang mengacungkan jari tengahnya, sembari menjulurkan lidahnya mengejek.

“ZERO!” panggil Zera keras.

Zero mendengkus sebal. Padahal jaraknya sudah dekat, tetapi gadis itu terus saja memanggil namanya. “Apa?!”

“Lihat gue,” ucap Zera mengacungkan jari tengahnya untuk yang kedua kalinya. Zero menggeram kesal dan mengambil sepatu gadis itu yang berada di bawah tanah. Dengan sengaja Zero melempar sepatu gadis itu sehingga terpental menyebrang jalan raya.

Zera yang melihat itupun melotot kaget. Lalu ia melihat Zero yang terkekeh kecil seraya mengacungkan jari tengahnya, meniru kelakuan Zera kepadanya tadi.

“FUCK YOU ZERANIZ!” seru Zero diiringi dengan tawa ngakaknya.

Sial.

•••°°°••••°°°•••

22-Juli-2021.

My Husband Is Ridiculous [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang