MHIR || 08.

12.7K 588 7
                                    

Sehabis dari kamar mandi. Zero mengganti pakaiannya, lalu berkacak pinggang di depan ranjang kamar Zera. Terlihat istrinya sedang tidur pulas tanpa gangguan sama sekali, hal itu membuat Zero menatapnya malas.

Laki-laki menarik selimut yang dipakai oleh Zera ke bawah. Namun tetap saja Zera tidak bangun-bangun, Zero menghela nafas panjang, mendekatkan wajahnya di wajah Zera yang masih terlelap dalam tidurnya.

“WOI! BANGUN LO!” teriak Zero tepat ditelinga Zera.

“Hah!” Napas Zera tersengal-sengal karena kaget dengan suara Zero yang cukup nyaring. Gadis itu mengucek-ngucekan matanya yang terasa berat. “Ishhh siapa sih yang gangguin gue tidur!”

“Gue,” jawab Zero melipat kedua tangannya di depan dada. Zera melirik Zero sinis, baru saja ia hendak berprotes. Namun seketika ia ingat kalau sekarang dirinya sudah menikah dengan Zero kemarin malam.

Laki-laki itu berjalan pelan, mendekati ranjang Zera yang dipenuhi oleh bunga mawar karena mereka baru saja menikah. Zero menatap Zera dongkol. “Harusnya lo bangun duluan, siapin sarapan, beres-beres, nyuci, belanja. Bukannya tidur sampe siang begini.”

Zera memutar bola matanya malas. “Ogah! Gue bukan babu yang sering ngurusin pekerjaan rumah. Kalau mau sarapan, sarapan aja kali. 'kan di meja makan ada, gitu aja repot.”

Zero menghela nafas panjang. Melihat ke sekeliling kamarnya yang berantakan. “Tapi lo 'kan istri gue? Harusnya lo yang nyiapin semua kebutuhan gue, termasuk pakaian gue.”

Baru saja Zera menutup matanya kembali. Zero menarik tangannya untuk bangun membuat Zera mengerucutkan bibirnya kesal. “Tapi gue bukan babu atau sekertaris lo, yang apa-apa harus disiapin.”

“Karena lo istri gue sekarang. Itu kewajiban lo sebagai istri, pekerjaan rumah dan segalanya lo yang ngurus.” Zero menjeda ucapannya sebentar. “Termasuk ngurusin gue,” sambungnya tersenyum miring.

Zera menggeleng-gelengkan kepalanya. “Ogah, mending gue ngurusin ayam, daripada ngurusin elo.”

Selimut yang tadinya berada di lantai, dengan cepat Zera ambil kembali, dan memakainya tanpa memperdulikan tatapan mendelik dari suaminya.

“Ehhh, kenapa tidur lagi? Istri durhaka lo, nggak mau ngurusin suami.”

Zera menutup telinganya rapat-rapat. Lalu berteriak dibalik selimutnya. “GUE BUKAN ISTRI LO! GUE NGGAK MAU NGURUSIN SIAPA-SIAPA! GUE MAU TIDUR!!”

Zero mengelus-elus dadanya, sabar. Melihat sikap Zera yang bodo amat terhadapnya, Zero pun keluar dari kamar, berniat untuk memasak sendiri tanpa bantuan Zera yang kini menjabat sebagai istrinya.

Gini amat punya istri. —batin Zero.

******

Zera melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga. Sehabis bangun tidur ia tidak melihat Zero di kamarnya, mungkin laki-laki itu kesal dengan Zera yang tidak mau menurutinya. Dari tangga kamarnya, terlihat Yora dan Indra sedang berbincang-bincang ria.

“Wihh ada apa nih ketawa-ketawa, kayaknya seru banget,” celetuk Zera yang baru saja datang dari kamarnya.

Yora menghentikan tawanya. Menatap Zera dengan tatapan menyebalkan. “Ngapain kamu bangun? Udah tidur aja sana sampai Zero yang ngurusin pekerjaan dapurnya selesai. Dan pekerjaan ngurusin 'istrinya' juga kayaknya.”

“Maksud Mamah apa?”

Zera mengernyitkan dahinya bingung, apalagi saat Yora menekankan kata 'istrinya'. Hal itu membuat Zera sempoyongan memikirkannya. Saat Zera hendak mengeluarkan suaranya, tiba-tiba Zero datang dengan cemilan serta minuman yang berada di tangannya.

“Ini Mah, gorengannya,” ucap Zero tersenyum tipis.

Yora membalas senyuman menantunya, dan mengambil gorengan yang dibuatkan olehnya. “Makasih ya, ehh kamu mending ke dapur lagi, kayaknya ikannya udah mateng.”

Zero menganggukkan kepalanya. “Iya Mah, ini juga Zero mau ke dapur lagi. Ehh sebentar lagi kita makan sama-sama yah, cobain masakan aku juga.”

Yora menganggukkan kepalanya semangat. Begitupun dengan Indra yang memakan gorengannya sambil menaikan jempol ke atas, memberi kesan mantap.

“Pasti kita cobain. Iya nggak Pah? Memang menantu idaman kamu Ro, tapi sayang sekali istrinya kurang bersyukur.” Sindir Yora melirik ke arah Zera sinis.

Zero hanya membalasnya dengan kekehan kecil, lalu setelah itu Zero kembali ke dapur. Sedangkan Zera menghentak-hentakan kakinya kesal. “Ihh Mamah, kok malah ngerespon omongan Zero. Sedangkan omongan anaknya di anggap angin lewat.”

Yora hanya diam tidak membalas ucapan sang anak. Sedangkan Indra celingak-celingukkan sebelum berkata, “Kayak ada yang ngomong ya Mah? Tapi siapa?”

Zera mengerjap-ngerjapkan matanya polos. Sedetik kemudian Zera menghentak-hentakan kakinya kesal, dan berlari ke arah dapur. Namun sebelum itu, Zera sempat berteriak. “Papah nyebelin! Mamah apalagi?!”

Yora dan Indra cekikikan melihat Zera yang marah kepadanya. Awalnya juga memang mereka ingin bercanda dengan Zera, tetapi gadis itu terlalu baperan sehingga Papah dan Mamahnya mencuekinya segitu saja, dia sudah marah berlebihan.

“Sering-sering kita kerjain Zera Pah, biar dia nggak keenakan jadi istri,” ucap Yora terkekeh geli.

Indra menganggukkan kepalanya menyetujui. “Bener tuh Mah, biar sadar kalau dia bukan anak kecil lagi yang harus dimanjain. Dia udah besar, dan udah punya rumah tangga sendiri.”

•••°°°•••°°°•••

30-07-2021

My Husband Is Ridiculous [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang