MHIR|| 22

7.9K 307 3
                                    

“Udah siap?” tanya Zero ketika melihat istrinya yang tengah dandan di meja riasnya. Zero mengalungkan tangannya di leher Zera, melihat istrinya yang begitu cantik malam ini.

“Kamu pakai dress hitam yang agak ketutup kek, kalau ini pundak kamu kebuka. Aku nggak suka milik aku dilihat banyak orang,” lirih Zero membuat Zera terkekeh.

Gadis itu bangkit dari tempat duduknya, berjalan ke lemari baju, bersiap mengganti pakaiannya. “Apapun yang kamu inginkan, akan aku lakukan. Tunggu di ruang tamu, nanti aku ke bawah.”

Zero tersenyum menanggapinya. “Jangan lama-lama!”

“Iya!” balasnya dari kamar.

Zero melangkahkan kakinya menuruni tangga, menunggu istrinya yang mengganti pakaiannya dengan sabar. Memang perempuan, paling lama dalam melakukan perdandanan.

Tidak lama kemudian Zera pun keluar dari kamarnya, menemui suaminya yang terlihat lelah menunggunya. “Ayok berangkat.”

Zero mendongakkan kepalanya, menatap istrinya tanpa berkedip sekalipun. “Kita nggak usah ke pesta yah, kamu cantik banget hari ini. Mubajir kalau di bawa ke pesta.”

Zera tersenyum malu-malu. “Ihh apaan sih, ayok Zero!”

Zero tertawa geli melihat Zera yang salah tingkah akibat perkataannya. Tapi ketahuilah, Zero tidak rela jika istrinya akan menjadi bahan sorotan orang-orang karena penampilannya yang berbeda malam ini.

Tanpa membuang waktu lama lagi, keduanya sama-sama berangkat ke hotel grand, tempat Deni merayakan ulang tahunnya.

***

Keadaan hotel grand malam ini sangat ramai akan tamu undangan. Deni yang melihat teman-teman kelasnya baru datang pun menyambut dengan hangat, mempersilahkan para tamunya untuk menikmati sajian berbagai minuman dan makanan yang berada di atas meja.

Zero mengeratkan gandengannya di pinggang Zera, takut banyak orang yang melihat kecantikannya dan berniat merebutnya. “Tuh kan, apa aku bilang, kamu dilihatin orang-orang karena terlalu cantik.”

Zera mendelik tajam. “Apaan sih, Ro. Kamu tuh ya, berlebihan.”

“Berlebihan apa? Emang bener kok, kamu jadi bahan sorotan orang-orang, apalagi tatapan laki-laki disini, bikin aku pengen cokel mata mereka aja.”

Zera bergidik ngeri mendengar ucapan Zero yang semata-mata memperingati dirinya, agar tidak membalas tatapan para laki-laki yang menatapnya lapar.

Ketika mereka sudah berada di tengah pesta. Tiba-tiba Dina datang berbarengan dengan Ronal, what? Ronal? Bukankah Dina takut dengan lelaki itu? Tetapi kenapa sekarang ia datang bersama Ronal? Aneh.

“Loh Din, lo kesini sama siapa?” tanya Zera berpura-pura tidak tahu.

Dina melirik Ronal yang menatapnya datar. “Sama si muka tembok,” balasnya sedikit jutek.

Ronal yang mendengar jawaban Dina pun mendengkus sebal, sejujurnya ia tidak suka dipanggil 'muka tembok' namun mau gimana lagi, kalau sikapnya saja terlalu pendiam dan tidak mau bergaul dengan orang-orang sekitar.

Zera yang melihat ekspresi Ronal berubah masam pun tersenyum paksa. “O-oh iya, ehh Ro. Kita kesana yuk, aku mau nyobain kue cake nya.”

Zero yang mengerti pun menganggukkan kepalanya. “Ayok.”

“Din, Nal ... kita kesana dulu ya,” pamit Zera yang langsung di angguki oleh keduanya.

My Husband Is Ridiculous [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang