MHIR|| 28.

8.1K 305 0
                                    

Sepanjang perjalanan menuju apartemen rumahnya, Zero tidak henti-hentinya tersenyum. Apalagi membayangkan wajah mantan istrinya yang terlihat kesal sekaligus menggemaskan membuat dirinya ingin memakan wanita itu dengan bibir lancipnya.

“Aghhh ini gila! Membayangkan wajahnya saja sudah membuatku mabuk kepayang, apalagi jika wanita itu berada di dekatku setiap saatnya. Ku pastikan jantungku akan berhenti berdetak saat itu juga,” gumam Zero membanting stir mobilnya frustasi.

Jika dipikirkan olehnya kejadian tadi murni takdir Tuhan. Bahkan ia tidak menyangka jika wanita yang mengendarai mobil ugal-ugalan adalah mantan istrinya. Cukup konyol memang, padahal dulu Zero ingat sekali, Zera tidak menyukai mobil yang tidak menaati peraturan lalu lintas. Tetapi sekarang ia sendiri yang melakukan kesalahan itu.

Zero memarkirkan mobilnya dipinggir jalan, menelepon seseorang yang berada di sebrang sana. “Halo Jack, perpanjang jadwal meetingku saat ini. Sepertinya aku akan berliburan panjang di Paris.”

“Baik, Pak. Tapi bagaimana dengan perusahaanmu yang berada di Jakarta?”

“Kau tidak perlu khawatir tentang hal itu, asistenku yang akan menjaga kantor pusat. Biarkan aku refreshing sejenak, untuk menghilangkan beban pikiranku yang menumpuk.”

“Hmm oke, aku akan mengatur jadwal liburmu.”

“Thanks.” Jawab Zero singkat. Kemudian ia kembali melajukan mobilnya menuju apartemennya yang berada di Paris.

Sedangkan disisi lain Zera tidak henti-hentinya mengumpat mengenai kejadian tadi pagi. Ini gila! Mengapa Tuhan selalu mempermainkan dirinya? Luka dan Lara yang terkubur lama kian datang kembali.

Nalurinya saat ini tertuju kepada mantan suaminya. “Zero ... Bagaimana bisa laki-laki itu datang kembali dalam hidupku, setelah sekian lama aku berjuang mati-matian untuk mendapatkan kehidupan yang jauh lebih baik dari sebelumnya?”

Zera mengacak rambutnya frustasi, berharap kejadian ini hanyalah mimpi. Alih-alih matanya terpejam, bayang-bayang masa lalunya melintas ke dalam pikirannya.

Drrtttt ... Drrtttt ...

Handphonenya bergetar, pertanda ada seseorang yang menelponnya saat ini. “Nomor private?” gumam Zera merasa ragu untuk menerima telponnya.

“H-hallo ... Siapa ini?”

Terdengar hembusan napas yang panjang. Zera yakini orang yang menelponnya saat ini adalah seorang pria, terasa dari deru napasnya yang berat itu, apalagi ia menyalakan speaker handphonenya.

Hallo Nona, ku harap kau tidak melupakan janji kita tadi pagi. Ouh biar ku perkenalkan diriku kalau kau lupa, aku adalah korban yang kau serempet waktu itu, apakah kau ingat?”

Zera memutar bola matanya malas, laki-laki ini sangat menyebalkan. Bagaimana ia bisa mendapatkan nomor handphonenya secepat ini?

“Ya, aku ingat. Nanti akan ku transfer ke rekening punyamu.”

“Ah tidak-tidak. Nona, yang ku butuhkan bukan uang milikmu. Namun tanggung jawab darimu, dan yah. Aku tidak suka pertanggung jawaban secara online. Aku ingin kita bertemu secara langsung.”

“Aku tidak bisa, aku sibuk.” Tegas Zera tidak ingin menemui mantan kekasihnya untuk yang kesekian kalinya.

“Aku bisa menunggumu sampai kesibukanmu itu selesai.”

“Aku tidak bisa! Kau mengerti. Aku tidak ada waktu untuk membuang-buang waktuku hanya untuk bertemu denganmu, dan kau seperti mempermainkan diriku, katanya aku harus membayar ganti rugi sebesar lima puluh m, tapi sekarang kau mau tanggung jawab secara offline, ini sungguh konyol. Kau tau?”

Terdengar suara tawa dari laki-laki itu yang cukup membuat membuat Zera semakin kesal, setelah mendengar respon Zero seperti itu, Zera langsung mematikan sambungan teleponnya secara sepihak.

°•°•°•

My Husband Is Ridiculous [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang