MHIR || 07.

12.1K 617 9
                                    

Usai acara pelaminan. Mereka langsung beristirahat di kamarnya masing-masing. Namun, saat Zera ingin melangkahkan kakinya menuju kamarnya, tiba-tiba Yora menahan pergelangan tangannya membuat Zera menoleh ke arah Mamahnya dengan tatapan bingung.

“Kenapa? Mah. Zera capek banget seharian salamin orang-orang. Zera mau istirahat,” ucap Zera menguap, pertanda ia sudah mengantuk.

“Zero mana? Kamu ajak dia ke kamar yang di atas,” ujar Yora menatap anaknya dengan gelengan kepala beberapa kali.

Zera melihat ke kanan dan ke kiri. Tatapannya jatuh kepada Zero yang kini tengah mengobrol bersama Papahnya—Indra. “Tuh, lagi gosip kali.”

Yora menghembuskan napasnya lelah. “Kamu ajakin ke atas gih, dia juga pasti capek seharian ini salaman mulu.”

Zera tertawa renyah mendengar ucapan Mamahnya itu. Konyol, yang benar saja Zera akan tidur sekamar dengan Zero? Bisa perang dunia tiap malam.

“Nggak ada bantahan Zera, sekarang kalian sudah menikah. Dan kamu sebagai istri dari Zero harus tetap bersama, entah itu di rumah, di kamar, dan tempat umum.”

Mendengar ucapan Yora membuat mulut Zera menganga lebar. Apakah Mamahnya ini sudah tidak tahu isi pikiran Zera hari ini? Perlu diketahui Zera paling tidak suka di atur-atur seperti ini. Namun karena yang mengatur adalah Mamahnya sendiri, Zera bisa apa?

“Ya udah iya,” ketus Zera berjalan ke arah Zero yang sedang mengobrol bersama Papahnya.

****

Ketika sudah berada di dalam kamar yang sama. Mereka sama-sama bungkam tidak mengeluarkan suara. Bahkan rasanya Zero ingin menenggelamkan wajahnya ke lautan dalam, saking tidak enaknya diem-dieman di dalam satu ruangan yang sama dengan istri barunya itu.

“Lo udah mandi 'kan? Berarti sekarang tinggal tidur. Dan lo, boleh tidur di bawah,” ketus Zera melempar bantalnya ke bawah lantai yang sudah disiapkan karpet kecil di pinggiran ranjangnya.

Zero menganga lebar. “Enak aja, gue yang tidur di kasur, lo dibawah. Lagian Mamah Yora udah ingetin gue buat tidur satu ranjang sama lo. Kenapa harus pisah ranjang sih?”

“Heh, kenapa lo bilang? Enak aja. Ya kali gue tidur bareng sama lo. Ehh inget ya, walaupun kita mahram, tapi gue nggak mau tidur-tidur sama buaya. Apalagi sama lo! Najis naudzubillah,” ujar Zera memutar bola matanya malas.

Zero hanya bisa mendengus sebal melihat kelakuan istrinya yang tidak berkemanusiaan. Namun apakah bisa Zero melawan? Tentu tidak. Karena jika ia melawan, maka jam istirahatnya akan berkurang banyak.

Akhirnya Zero mengalah dan tidur di bawah ranjang dekat Zera. Sedangkan cewek itu langsung membaringkan tubuhnya dengan nyaman, tanpa ada gangguan apapun dari ranjangnya yang terasa nyaman.

Tetapi keduanya sama-sama tidak bisa tidur. Entah kenapa, tetapi keduanya sama-sama bergelut dengan pemikirannya masing-masing, sehingga Zera bangkit dari tidurnya.

“Ro, kalau nanti lo jadi duda. Apa lo mau nikah lagi atau—”

“Baru juga nikah, udah minta cerai aja.” Potong Zero berusaha memejamkan matanya rapat-rapat.

Zera mengedikkan bahunya acuh. “Emang nggak bisa ya, kita cerai sekarang? Sumpah baru setengah hari sama lo aja. Mata gue udah perih.”

“Lah? Apa hubungannya gue sama mata lo?” tanya Zero menaikan satu alisnya bingung. Memangnya ada apa dengan mata Zera? Sehingga gadis itu melihatnya langsung perih.

Zera menggigit bibir bawahnya gugup. “Perut lo yang bikin gue perih.”

Zero melihat arah pandang Zera yang melihat ke bawahnya. Dan terlihatlah perut kotak-kotak Zero yang membuat Zera merasakan matanya memanas dan perih. Zera yang melihat ekspresi Zero kian berbeda pun langsung bersembunyi dibalik selimutnya yang tebal.

“Lo!”

Zero langsung membuka selimut Zera kasar. Zera yang tidak mau melihat perut kotak-kotak Zero pun tetap bersembunyi dibalik selimutnya.

“Zero geli ha ... ha .... Zero! Berhenti!” teriak Zera seraya tertawa terbahak-bahak karena Zero menggelitiknya terus-menerus.

Zera yang tidak kuat dengan gelitikan Zero pun membuka selimutnya, hendak membalas perbuatan Zero. Tetapi laki-laki itu malah menahan tangannya, sehingga ia terjatuh mengenai bantal. Alhasil Zero menindih Zera agar cewek itu tidak bisa bergerak lagi.

“Mata lo perih? Lihat ini 'kan?” Goda Zero memperlihatkan perut kotak-kotaknya.

Zera menutup matanya membuat Zero terasa geram. Saat ingin menyingkirkan tangan Zera yang menutupi wajahnya, tiba-tiba ada seseorang yang membuka pintu kamarnya membuat keduanya menoleh bersamaan ke arah pintu kamarnya yang terbuka lebar.

“Maaf, kalian sedang ... ahhh sudahlah, mamah cuma mau ngingetin sama Zero, jangan keras-keras mainnya.” Setelah mengucapkan itu Yora menutup pintunya sambil cekikikan.

Zera dan Zero saling pandang sesaat. Tersadar dengan yang mereka lakukan, Zera langsung mendorong tubuh Zero sehingga lelaki itu terjungkal kebelakang.

Bugh.

•••°°°•••°°°•••

27-07-2021.

My Husband Is Ridiculous [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang