Sejak pengungkapan Zera dan Zero tadi sore, keduanya sekarang tengah menjalankan kewajiban suami istri yang didasari oleh cinta yang sesungguhnya. Mereka sudah berkomunikasi akan menjaga hatinya satu sama lain. Saling mencintai dalam suka maupun duka, tetap mempercayai satu sama lain.
Seperti sekarang, kedua pasangan suami istri itu tengah menikmati makan malamnya berdua di taman belakang rumahnya. Zero sendiri yang menyiapkan dekorasi indah itu untuk istri tercintanya. Ya, Zero sudah yakin akan perasaannya saat ini, kalau dirinya memang sudah jatuh cinta dengan pesona yang dimiliki Zeraniz.
“Ze, sekarang panggilannya aku-kamu yah. Jangan lo-gue terus, berasa kayak temen tau nggak, 'kan kita udah nikah. Panggilannya juga harus beda, kalau bisa sayang gitu.”
Zera menutup wajahnya malu-malu. “Ihh nggak ahh, malu.”
Zero terkekeh geli melihat ekspresi istrinya malam ini, sangat menggemaskan untuk dipandang. “Kan biar romantis, Yang.”
Zera mengembungkan pipinya yang merona kemerahan. “Lebay tau, mending lo-gue aja deh, udah kebiasaan juga.”
“Justru itu, Ze. Kita harus buang jauh-jauh kebiasaan buruk kita. Lagian kita udah dewasa, udah nikah loh, bentar lagi juga punya anak. Masa panggilannya masih lo-gue sih, gimana kalau anak kita nanyain. Mamah, kenapa bilangnya lo-gue? Padahal Mamah sama Papahnya temen aku selalu bilang aku-kamu,” ucap Zero menirukan suara anak kecil yang baru saja berusia lima tahunan.
Zera menggeembuskan napasnya panjang. “Oke deh, sekarang aku akan coba.”
Zero tersenyum senang. “Nah, gitu dong. Jadi enak 'kan dengernya juga.”
Zera mengangguk-anggukkan kepalanya pelan. Tangannya hendak mengambil minuman yang berada di mejanya, tetapi Zero malah berjongkok di hadapannya dan memberikan benda kotak yang berisikan cincin indah dan terang benderang, membuat Zera menutup mulutnya tidak percaya.
“Kam—”
“Ze. Aku tahu ini nggak ada apa-apanya, aku tau ini terlalu lebay, tapi percayalah. Aku benar-benar kehabisan ide untuk membuat kamu kejutan. Aku orangnya antimenstream, nggak suka bertele-tele. Jadi, aku kasih kamu cincin ini pertanda aku melamar kamu dengan rasa cinta. Cincin pernikahan kita itu tidak apa-apanya dengan cincin yang aku sertai dengan rasa tulus dan cinta yang amat dalam.”
Zero meraih tangan Zera, melepaskan cincin pernikahannya, dan menggantikannya dengan cincin yang dibawakan olehnya. Cincin pernikahan mereka disimpan untuk dijadikan kenang-kenangan, sedangkan yang dipakai sekarang adalah cincin yang terkait rasa cinta satu sama lain. Bukan paksaan seperti sebelumnya.
“Ini terlalu berlebihan, Ro. Kam—”
“Ini tanda aku lamar kamu dengan rasa cinta, Ze.” Zero mengulurkan tangannya menyuruh Zera agar berdiri bersamanya.
Saat sudah berdiri, Zero meletakkan tangannya di pinggang Zera. Sedangkan tangan Zera ia letakkan di pundaknya. Zero mencium kening Zera lama. “I love you, Ze.”
Zera tersenyum manis. “I love you to,” balasnya diiringi dengan tawa renyahnya yang membuat keduanya sama-sama bahagia dalam kegiatan sederhana.
Dan pada malam itu juga. Cinta keduanya dimulai, pernikahan yang didasari oleh cinta telah tumbuh dari hati keduanya, dan mereka berjanji akan selalu bersama sampai maut memisahkannya.
•••°°°•••°°°•••
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is Ridiculous [SELESAI]
RomanceDijodohin sama tetangga sendiri? Dijodohin sama musuh sendiri? Dijodohin saat masih dalam kandungan? Bisa kalian bayangkan, bagaimana nasib Zera yang harus menikah dengan musuhnya sendiri yang bernama Zero - lelaki konyol yang pernah Zera temui di d...