Zero terlihat bersemangat memasak daging ayam yang berada di hadapannya. Laki-laki itu dengan sangat gesit memasukkan bumbu yang sudah ia siapkan ke dalam panci yang sudah memanas karena terlalu lama di atas kompor.
Zera yang melihat suaminya memasak pun hanya bisa terdiam kaku. Seumur hidupnya, ia baru lihat kalau Zero pandai memasak ketimbang dirinya. Apa Zero pernah mengikuti kursus memasak? Sehingga laki-laki itu tampak santai saat memasak.
Berbeda dengan Zera yang setiap belajar memasak, bahan-bahannya selalu berserakan dimana-mana. Tetapi lihatlah Zero? Laki-laki itu sama sekali tidak meninggalkan jejaknya, walau hanya sehelai kulit bawang saja.
“Ekhemm, lagi ngapain lo?” tanya Zera melirik meja makan yang dipenuhi dengan berbagai makan-makanan.
Zero menoleh ke arah Zera. “Lo nggak lihat? Dari tadi gue mainin ini panci sama spatula?”
Zera mendengkus sebal. Gadis itu duduk di meja makannya dan langsung menyantap tumis kentang yang terlihat menggiurkan. Zera memejamkan matanya merasakan makanan yang ia makan sangat sedap dan rasanya pun sangat pas dimulut.
“Gila! Ini enak banget, ajarin gue masak dong!” seru Zera gembira seraya memakan tumis kentangnya dengan lahap.
Zero mematikan kompornya, dan berjalan ke arah istrinya yang sibuk memakan makanan buatannya. “Mau gue ajarin?”
Zera mengangguk-anggukkan kepalanya antusias. “Mau banget. Lo mau ngajarin gue bikin tumis kayak gini 'kan? Asli ini enak banget.”
Zero mengangguk-anggukkan kepalanya, sembari tersenyum miring. “Boleh-boleh aja sih, tapi ada syaratnya.”
Satu alis Zera terangkat pertanda ia sedang kebingungan atas perkataan Zero barusan. Laki-laki itu berjongkok di hadapan Zera, membersihkan sudut bibir Zera yang terlihat kotor. Perlakuan Zero kepada Zera membuat detak jantung gadis itu kian memburu.
“Syaratnya apa aja?” tanya Zera menahan rasa gugupnya.
Zero bangkit dari duduknya. Berjalan membelakangi Zera dengan tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya. Zera yang penasaran dengan syarat yang diberikan Zero kepadanya pun mulai mendekatinya.
Saat keduanya sudah sama-sama dekat. Barulah Zero mengeluarkan suaranya kembali, membuat kedua bola mata Zera ingin keluar tanpa adanya penghalang.
“Gue minta jatah.”
“What?!”
******
Kini keduanya sedang berkumpul di ruang keluarga. Zera menatap Zero tidak bersahabat, tentu saja Zera kesal dengan suaminya yang meminta jatahnya malam ini, tetapi dengan tegas Zera menolaknya karena tidak ingin membuat benih di dalam perutnya bersama Zero --- musuhnya yang kini berstatus sebagai suami sah-nya.
“Zera, Zero. Papah sudah belikan kalian rumah. Lebih tepatnya Oma kalian yang membelikan rumah itu. Katanya rumah itu adalah simbol warisan Oma untuk kamu Ze.”
Zera menatap Indra dengan melotot. “Nggak mau ah, Zera disini aja sama Mamah sama Papah. Entar kalau Zera kenapa-kenapa di rumah itu, gimana?”
“Gue yang akan jagain lo, kok. Tenang aja,” celetuk Zero yang duduk disebelahnya.
Zera mendengkus kesal melihat wajah Zero yang amat menyebalkan. “Pokoknya nggak mau, apalagi harus tinggal berdua sama dia. Nggak mau!”
Zero menghela nafas panjang. “Lo nggak harus khawatir, gue anak baik. Nggak mungkin macem-macem sebelum lo siap buat hmm-hmman sama gue. Kalau soal makanan? Gampang, gue bisa jadi chef handal buat lo, soal uang bulanan? Gampang, gue 'kan sekolah sambil kerja. Dan kesimpulan besar, hidup lo akan terjamin sama gue.”
Indra dan Yora menatap Zero bangga. Sedangkan Zera mendengkus sebal, seraya memikirkan bagaimana ia lolos dengan keinginan kedua orang tuanya itu. Yora mendekati Zera, sambil menepuk pundaknya pelan.
“Tuh dengerin Ze, kamu nggak akan hidup miskin sama Zero. Dia laki-laki idaman tau, hidup kamu pasti terjamin sama dia, toh Zero kerja di perusahaan Papahnya yang berada dimana-mana. Kamu udah besar, sudah waktunya Papah dan Mamah melepaskan kamu untuk hidup bersama suamimu.”
Mendengar nasehat dari Yora. Zera pun menganggukkan kepalanya pasrah. “Ya udah deh, Zera tinggal di rumah pemberian Oma, tapi nggak selama-lamanya 'kan?”
Yora terkekeh kecil mendengarnya. “Kamu ini, rumah itu sudah jadi milik kalian berdua. Nggak mungkin nggak ditinggalin selama-lamanya. Ya harus selama-lamanya dong, sampai Mamah punya cucu dari kalian.”
Zera melebarkan matanya kaget. “Hah? Dapet cucu? Ohh jadi, sampai aku punya anak gitu? Sama dia?”
Zero yang merasa ditunjuk-tunjuk oleh istrinya pun tersenyum manis, menanggapinya.
“Iya sayang, kamu bakalan tinggal sama aku untuk SELAMA-LAMANYA.” ucap Zero menekankan kata Selama-lamanya.
Zera terdiam kaku, menatap keluarganya yang tersenyum senang. Boro-boro bisa tenang, bibirnya saja terasa kelu untuk berucap. Kalau saja Tuhan berkehendak, mungkin Zera akan menghilang dari muka bumi ini, saking tidak maunya hidup bersama Zero.
°°°•••°°°•••°°°
01-08-2021.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is Ridiculous [SELESAI]
RomansaDijodohin sama tetangga sendiri? Dijodohin sama musuh sendiri? Dijodohin saat masih dalam kandungan? Bisa kalian bayangkan, bagaimana nasib Zera yang harus menikah dengan musuhnya sendiri yang bernama Zero - lelaki konyol yang pernah Zera temui di d...