MHIR || 04.

13K 634 0
                                    

Kesialan untuk mereka berdua untuk kesekian kalinya, karena sebuah perjodohan mereka, yang tidak lain dan tidak bukan adalah mereka sendiri. Zero memanyunkan bibirnya ke bawah, membuat Zera ingin menampar bibirnya laki-laki itu sekeras-kerasnya.

Bukannya kasih solusi, Zera malah masuk ke lubang yang sama. Bukan hanya itu, tetapi Zera sangat kesal karena takdir selalu mempermainkannya. Sekarang ia tahu, mengapa kedua orang tua Zero menertawainya.

“Ekhem, katanya nggak mau ketemu sama calon suaminya. Ehh ternyata udah datang duluan aja, emang ajaib anak kamu, Dra,” celetuk Yora yang baru saja datang ke meja yang kini diduduki olehnya.

Naumi terkekeh membuat Zero mendelik. “Beneran, Zera ngomong kayak gitu? Lah, tadi katanya mereka udah saling suka loh. Malahan mereka udah pacaran. Iya 'kan?”

Zero menyenggol lengan Zera agar cewek itu membantunya. Ia mencondongkan tubuhnya, lalu berbisik. “Ra, lo dong yang jelasin ke mereka. Kalau kita nggak pacaran.”

Zera menatap Zero tajam. “Lo mau bikin gue malu? Gue nggak mau. Itu solusi biadab lo, jadi lo sendiri yang harus jelasin ke mereka, kenapa harus gue?”

Mendengar balasan jutek dari Zera membuat Zero menghela nafas panjang. Apakah ia harus menjelaskan kepada Naumi dan Gero, kalau dirinya berbohong? Lalu bagaimana kalau perjodohan ini tetap berjalan walaupun Zero sudah menjelaskan kebohongannya.

“Jadi gini Mah, Pah. Kita itu sebenarnya—”

“Kalian udah pacaran 'kan? Bagus banget. Jadi kita nggak perlu nunggu lama-lama lagi, ya Mah buat nikahin mereka,” ucap Indra memotong ucapan Zero yang hendak menjelaskan.

Kedua anak remaja itu mengerjap-ngerjapkan matanya polos. Zero saja hampir lupa dengan pembahasannya tadi, saking kagetnya mendengar kata 'Nikahin'.

“Bener tuh, kayaknya waktu yang tepat kapan ya? Nggak usah rame-rame kayak artis gitu, resepsinya biasa aja. Sederhana tapi berkualitas,” ucap Naumi antusias.

Gero menganggukkan kepalanya. “Betul tuh, Mah. Undangannya jangan banyak-banyak, lagian mereka nikah diam-diam 'kan?”

Indra menganggukkan kepalanya menyetujui. Sedangkan kedua anak remaja itu, hanya bisa saling pandang dengan tatapan kebingungannya.

“Kalau soal resepsi gampang, aku udah atur semuanya dari bulan-bulan lalu. Jadi kalau mau nikah besok pun, bisa jadi. Tinggal telepon Nina mereka bakalan langsung sah,” ujar Yora melipat kedua tangannya di depan dada.

Nina adalah salah satu pengusaha di bidang butik pernikahan dan desainer ternama di Indonesia, kebetulan dia juga adalah sahabat Yora dan Naumi semasa SMA. Jadi mereka gampang untuk menikahkan kedua anaknya tanpa harus mengurusi resepsi pernikahan ini-itu.

“Lebih cepat, lebih baik. Jadi, kapan kita nikahkan mereka?” tanya Gero bersemangat.

“Besok!” seru Indra dan Yora berbarengan.

“Hah? Besok?!” beo Zera memegangi pelipisnya yang terasa sakit.

Sedangkan Zero hanya diam, seperti orang yang kerasukan. Naumi menepuk-nepuk pipi Zero agar tersadar. “Hey, kamu kenapa, kok malah ngelamun?”

“Zero nggak mau nikah, sama nenek sihir Mah,” cicit Zero melirik Zera dengan tatapan sinis.

Zera pun membalas tatapan musuhnya tak kalah sinis. “Kalau sendainya gue bisa milih perjodohan antara kambing sama Zero, mungkin gue milih kambing, daripada setan berkulit buaya, kayak dia.”

“Heh, lo ngatain gue kulit buaya? Lampir?”

“Kenyataan!” sentak Zera melipat kedua tangannya di depan dada. Berdecih sinis ke arah Zero yang memelototinya galak.

Brakh.

Zero menggebrak mejanya sampai-sampai para pengunjung yang berada disana menatapnya aneh. Zera yang berada di samping Zero hanya menjulurkan lidahnya mengejek, membuat emosi Zero kian memuncak.

“LO!” bentak Zero hendak menampar pipi Zera. Tetapi Indra menahan pergelangan tangannya.

“Tampar Zera, maka kamu akan mati ditangan saya. Nikah atau mati? Pilih salah satunya,” kata Indra dengan aura dinginnya.

Zero meneguk salivanya susah payah. Gero yang melihat anaknya was-was pun hanya bisa tersenyum tipis. Ia tahu Indra hanya main-main dengan ucapannya, tetapi tidak tahu kalau Zero yang menanggapinya.

“Mati!” ceplos Zero memejamkan matanya.

Bugh.

Bugh.

Bugh.

“Nikah atau mati!” sentak Indra masih bisa menahan emosinya yang berapi-api.

Zero mendengus sebal. Ternyata Indra tidak main-main dengan ucapannya, Zero lemah kalau soal tonjok menonjok. Ia pasrah dan hanya Tuhan yang tau, apa kehidupan Zero kedepannya.

“Nikah.”

Zera berlonjak kaget dengan ucapan Zero barusan. Ia melayangkan tatapan permusuhannya dengan Zero. Namun laki-laki itu hanya bisa berdiam diri, menikmati alur hidupnya yang menyedihkan.

•••°°°•••°°°•••

24-07-2021

My Husband Is Ridiculous [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang