MHIR|| 25.

9K 325 3
                                    

Kedua orang tua Zera sangat syok mendengar kabar kalau menantunya itu berselingkuh. Zera tidak pernah keluar kamar setelah kejadian buruk menimpanya, bahkan masuk sekolah pun tidak. Padahal hari ini adalah hari kelulusannya. Para guru-guru pun sudah banyak menelponnya beberapa kali, tetapi Zera abaikan begitu saja.

Seminggu ini pun ia tidak nafsu makan, padahal di dalam perutnya ada rahim yang harus ia jaga. Kakinya melangkah ke arah jendela, melihat seseorang yang sudah semingguan ini menghampiri rumahnya dan memohon-mohon agar seseorang membukakan gerbangnya.

"Zera ... Mamah tau kamu masih mencintai Zero. Tolong dengarkan dia sebentar, kasihan dari kemarin ia sudah berusaha dan berjuang buat kamu, Ze. Mamah bisa lihat ketulusannya." Yora yang tiba-tiba datang ke kamar Zera pun langsung melayangkan nasehatnya.

Seakan tidak peduli, Zera hanya berdehem pelan. "Dia udah kelewatan, Zero berhak mendapatkan penderitaan itu ... oh ya, tolong sampaikan kepada Papah, aku ingin segera bercerai dengannya."

Yora terdiam kaku. "A-apa?! Bercerai?"

Zera menganggukkan kepalanya. "Ya, dan setelah itu aku ingin ikut ke Paris bersama Dina. Aku ingin hidup bersama Tante Saena dan Om Nicol."

Yora terdiam sejenak. "Apa kamu yakin, Ze? Paris bukan negara yang sembarangan. Apa kamu bisa hidup tanpa kami?"

Zera menatap Yora tajam. "Aku serius, Mah. Aku ingin memulai kehidupan baru, tanpa Zero dan tanpa siapapun. Aku disana tidak sendirian. Ada Om Nicol dan Tante Saena yang akan menjagaku."

Yora menghembuskan napasnya. "Ya sudah terserah kamu. Lalu bagaimana dengan hari kelulusanmu siang ini?"

Zera menggeleng-gelengkan kepalanya sebagai jawaban. "Bilang sama pihak sekolah aku tidak ingin menghadiri pesta apapun. Bilang saja aku sedang sakit, atau Papah yang akan menemuinya. Dan mengurus kelulusan sekolahku."

"Apa disana kamu akan kuliah?" tanya Yora berharap Zera akan melanjutkan pendidikannya di negara lain.

Zera menganggukkan kepalanya. "Kemungkinan besar iya. Dan setelah lulus kuliah, aku akan melanjutkan bisnis Papah yang berada di Amerika dan Australia."

Yora memeluk tubuh Zera terharu. "Mamah tidak menyangka kalau akhirnya akan begini. Maafkan Papah dan Mamah yang udah bikin kamu tertekan. Seharusnya Mamah tidak menjodohkan kamu dengan orang yang salah."

Zera hanya bisa tersenyum kecut. "Tidak apa. Semuanya sudah direncanakan oleh Tuhan. Sekarang aku hanya bisa menjalaninya, dan meneruskan kehidupan aku yang berbeda dari sebelumnya, do'akan saja aku Mah, aku tahu, hanya do'a darimu lah yang akan membuat kehidupanku lebih sempurna."

Sedangkan diposisi lain Zero mati-matian memohon kepada Satpam yang menjaga gerbang rumah Zera agar membukakan gerbang itu untuknya. Terakhir kali ia datang ke rumah Zera hanya di hadiahi banyak pukulan oleh Indra dan di usir olehnya.

Bahkan kedua orang tuanya pun sudah pindah ke Swiss hanya karena reputasinya sudah hancur oleh kelakuan Zero. Bukan itu saja, bahkan seluruh media pun sudah tau bagaimana Zero melecehkan Naila yang sekarang sedang berada di rumah sakit jiwa karena terkena gangguan mental.

Zero senang mendengar kabar Naila yang masuk rumah sakit jiwa. Tetapi ia juga bersedih karena Zera sudah mengajukan gugatan cerai kepadanya. Bahkan orang tuanya pun sudah membiarkan Zero begitu saja, dan naas tidak dipedulikan lagi oleh keluarganya.

"ZERA AKU MOHON! BUKA PINTUNYA! AKU BISA JELASIN SEMUANYA! AKU DAN NAILA TIDAK MELAKUKAN APA-APA! INI HANYALAH KESALAH PAHAMAN DI ANTARA KITA! ZERA TOLONG!" teriak Zero tidak punya malu.

Pak Satpam yang berada di depan gerbang pun tidak henti-hentinya mengusir Zero. "Den, mending pulang aja. Non Zera nggak ada di rumah. Tuan 'kan kemarin sudah bilang. Jangan ketemu Non Zera lagi."

Zero menggeleng-gelengkan kepalanya. "Nggak Pak, saya akan tetap disini sampai Zera datang menemui saya."

"Den-."

Tind!

Suara klakson mengagetkan mereka. Lalu keluarlah Indra dari mobilnya. Tanpa mengatakan apapun, Indra melayangkan pukulannya kepada Zero.

"Sialan kamu! Apakah kamu tuli Zero! Saya sudah usir kamu beberapa kali, kenapa masih berada disini?! Apa saya harus bunuh kamu dulu? Hah!"

Zero terduduk lemas. Ia menundukkan kepalanya, lalu berusaha meminta maaf kepada Indra. Namun Indra menepis tangannya secara kasar. "Saya mohon Pah, Saya sangat mencintai Zera. Dia hidup saya. Hari itu saat saya bersama Naila, itu hanya rekayasa. Naila pun sudah berada di rumah sakit jiwa setelah kejadian itu-."

"Ya! DIA GILA KARENA KAMU!" bentak Indra mengepalkan tangannya. "Dia gila karena dilecehkan oleh kamu, dan bahkan kamu menghianati anak saya!"

Zero menelan ludahnya susah payah. "Pah, tolong dengarkan saya. Demi Tuhan! Saya tidak pernah menghianati Zera. Saya sayang kepadanya, saya cinta kepadanya! Percayalah demi Tuhan! Saya sangat mencintainya!" tekan Zero penuh semangat, walau pada akhirnya Indra tidak akan percaya.

Seakan muak dengan pengungkapan Zero. Indra langsung melempar sebuah lembaran surat kepada Zero. "Tanda tangani surat cerai ini. Dan jauhi anak saya!"

Deg!

Dunia Zero seakan runtuh. Ia tidak bisa menceraikan Zera hanya kerena masalah ini, ia akan berusaha memperbaikinya. Tetapi kenapa dunia seakan tidak berpihak kepadanya?

"Pah saya-."

"Terserah apa maumu. Besok, kau harus datang ke pengadilan dan menceraikan Zera, setelah itu jauhi anak saya kalau kamu masih mau hidup di dunia ini!"

Indra mendorong tubuh Zero sehingga laki-laki itu ambruk di dekat gerbang. Indra segera memasuki mobilnya dan masuk ke dalam rumahnya. Sedangkan Zero menangis tanpa suara dengan kertas yang masih berada di genggaman tangannya.

Ia memukul gerbang rumah Zera membuat tangannya berlumuran darah dan merobek kasar surat cerai tersebut.

"ZERA! AKU SANGAT MENCINTAIMU AGHHH!!" teriak Zero menendang gerbang rumah Zera hingga Pak Satpam yang melihatnya bergidik ngeri.

Zero terduduk lemas dibawah gerbang, sesekali ia tersenyum miris, meratapi hidupnya yang terlihat menyedihkan.

Sedangkan dari arah jendela kamar Zera. Gadis itu menangis sesenggukan, betapa hancurnya Zero saat ini. Meskipun ia berkata ingin cerai dengan Zero, namun jauh di dalam hatinya. Ia sangat mencintai suaminya itu, namun semuanya terlambat. Ia sudah tidak mempercayai lelaki itu lagi.

Maafkan aku Zero. Aku memang mencintaimu, tapi aku juga membencimu. Ketahuilah, di dalam ragaku, ada bayimu yang harus aku jaga. Dan pastinya dia akan hidup tanpa ada penderitaan yang kamu buat sendiri. Aku akan membesarkannya tanpa campur tangan darimu.

•°•°•°•

My Husband Is Ridiculous [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang