MHIR || 30.

9.2K 340 2
                                    

Ting nong!

“Ya siap—LO!”

Zero membekap mulut Dina yang hendak berteriak. Laki-laki itu menatap Dina dengan tatapan tajam. Bukan hanya itu, bahkan Zero menekankan telapak tangannya agar suara nyaring milik perempuan itu tidak terdengar oleh para tetangga terdekat.

“E-engap!”

Perlahan Zero melepaskan bekapannya. Menatap Dina dengan tatapan datar.

“Gila lo, Zer. Mau bunuh gue ya, lo?!” sentak Dina tidak terima atas perilaku Zero yang tiba-tiba membekapnya tanpa ada unsur yang jelas.

Zero memutar bola matanya malas. “Bukain pintunya. Zera sama Zefran ketiduran di dalem mobil.”

What?” Dina mengerjap-ngerjapkan kedua matanya cengo.

“Cek, lo kenapa malah bengong gitu, sih. Bukain pintunya bego!” gertak Zero tidak sabaran.

Dina mendengkus sebal, membuka pintu rumahnya lebar-lebar. Mempersilahkan Zero yang mengangkat tubuh Zera masuk ke dalam rumahnya.

“Eittsss Zera kenapa?!” tanya Dina panik.

“Ketiduran!” jawabnya ketus.

“Dimana kamar Zera?” tanya Zero ketika sudah sampai di depan anak tangga.

“Ke atas, belok kiri.” Instruksi Dina yang langsung di angguki olehnya.

Setelah menaruh Zera ke kamarnya, Zero kembali ke arah parkiran. Mengangkat Zefran yang sama terlelapnya seperti Zera kala itu.

Dina yang berada di bawah tangga pun hanya bisa menganga lebar, sampai akhirnya Zero bertanya kembali. “Kamar Zefran dimana?”

“Noh, sebelah Zera,” jawabnya dengan tatapan bengong.

Ketika selesai mengangkut keduanya, Dina menghalangi Zero yang hendak keluar rumah.

“Gimana ceritanya mereka bisa bareng sama lo? Apa jangan-jangan kalian CLBK?” tanya Dina memicingkan matanya penuh kecurigaan.

Zero memutar bola matanya malas. “Gue nggak sengaja lihat anak kecil maen mobil-mobilan sendirian di taman. Gue kira cuma dia sendiri, ternyata sama ibunya.”

Dina menganggukkan kepalanya. “Lanjut.”

Laki-laki berkumis tipis itu menghela napas panjang, mengambil oksigen yang belum terkumpul penuh. “Ya pas gue deketin ternyata itu Zera. Akhirnya gue kenalan sama anaknya — Zefran. anaknya mau pulang, Zera di bangunin nggak bangun-bangun, mungkin kecapean abis kerja langsung main. Makanya gue nganter mereka pulang.”

Dina menganggukkan kepalanya, paham. Memang sudah prediksinya seperti itu. Pasti Zera akan tertidur ketika sedang bermain bersama Zero, hal itu bukan sekali dua kali ia lakukan. Hampir setiap pulang kerja, jika Zefran bermain. Maka Zera berakhir tertidur pulas. Entah di rumah atau di luar rumah.

“Udah kan? Gue mau balik,” ucap Zero melangkahkan kakinya keluar.

“Ehh! Jangan dulu pulang. Gue mau nanya sama lo dulu sebentar!”

Zero menatap Dina dengan tatapan penuh pertanyaan. “Nanya apaan? Gue sibuk, buruan!”

“Bentar elah, lo sok sibuk banget sih jadi orang!” Dina menatap Zero sinis.

Laki-laki itu hanya bisa menghela napas panjang. Menunggu pertanyaan yang akan di lontarkan Dina kepadanya.

“Sejak kapan lo ada di sini?” tanya Dina dengan tatapan seriusnya.

“Seminggu yang lalu,” jawab Zero singkat.

“Alasannya?”

“Salah satu percabangan perusahaan gue ada di sini.” ujar Zero seadanya.

“Kapan lo mau pulang ke Jakarta?” tanya Dina membuat Zero bungkam.

Laki-laki itu menggeleng. “Nggak tau, kemungkinan dua bulanan lagi atau bulan depan.”

Dina menatap Zero selidik. “Lo nggak ada niatan lain 'kan?”

Lagi-lagi pertanyaan Dina membuat dirinya muak. “Nggak.”

“Ok kalau—.”

Belum sempat Dina bertanya, Zero lebih dulu keluar dari rumahnya tanpa berpamitan apapun. Mobil yang di kendarainya pun telah menghilang di luar gerbang.

“Iii Zero! Gue belum selesai ngomong!!” teriak Dina tidak terima atas ketidak sopanan Zero kepadanya yang notabenenya — tuan rumah.

Sedangkan di balik pintu kamar pribadinya. Zera terkekeh geli, melihat keluar jendela yang menampakkan mobil mewah milik Zero keluar dari kediaman Nicolaus Copernicus.

Ia menggigit bibir bawahnya, seraya membayangkan wajah Zero yang belum sempat ia tatap sepuasnya, karena Zero yang terlihat gelisah saat menggendong dirinya.

“Ya ampun Zera! Kamu mikirin apa sih!” kesal Zera memukul-mukul kepalanya.

Berbaring di kasur empuk miliknya seraya menutup wajahnya menggunakan bantal. Menepis pikiran aneh yang tiba-tiba terlintas kembali di dalam benak pikirannya.

“Gue kenapa sih?” tanya Zera pada dirinya sendiri.

•°•°•°•

My Husband Is Ridiculous [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang