Kedua remaja yang bernama Zera dan Zero ini sedang termenung di taman dekat rumahnya. Mereka berjalan-jalan menyusuri danau kecil layaknya seorang sahabat, tetapi nyatanya mereka musuh besar yang sudah terpendam dari dalam mereka masing-masing.
Zero menatap Zera yang berada di sebelahnya dari atas sampai bawah. Ia mengetuk-ngetuk dagunya berpikir, apa saja yang harus ia lakukan supaya perjodohan kedua orang tuanya bisa batal begitu saja. Tetapi sepertinya itu mustahil, karena Zero tidak tahu harus apa sekarang?
“Ra, lo punya solusi nggak? Buat batalin perjodohan Mamah sama Papah gue?” tanya Zero menjatuhkan pantatnya ditumpukan rumput yang mengering.
Zera mengikuti Zero yang duduk di atas rumput sambil memandangi danau yang berada di sebelahnya dengan tatapan datar. “Nggak tau, gue juga lagi mikir. Lo punya ide nggak sih? Gue suka lemot kalau mikirin soal beginian.”
Zero mendengkus sebal. “Boro-boro punya ide. Mikir omongan Mamah aja bikin otak gue buyar.”
Gadis itu menghela napas sabar. Apakah tidak ada cara lain untuk membatalkan perjodohannya? Lama berpikir, akhirnya Zero pun tersenyum sumringah, menandakan dirinya telah menemukan ide yang pas untuk membatalkan keinginan bodoh dari kedua orang tuanya.
“Gue tau, apa yang harus kita lakuin!” seru Zero beranjak dari duduknya.
Zera mendongakkan kepalanya menatap Zero dengan tatapan bingung. “Ide apa? Awas jangan yang aneh-aneh lo, entar kena karma.”
Zero memutar bola matanya malas. Ia sudah berpikir keras mengenai ide ini, dan dengan gampangnya Zera bertanya ide apa? Mana bawa-bawa karma lagi. Membuat Zero ingin menendang Zera ke Antartika saja.
“Gue yakin, ide gue ajib banget. Lo harus kasih beratus-ratus ribu, karena ide yang ada di otak ganteng gue ini mahalnya kebangetan.” Zero melipat kedua tangannya di depan dada, menyombongkan dirinya sendiri.
Zera mendengkus sebal melihat musuhnya yang sangat percaya diri. “Kebanyakan dakwah lo, udah buruan. Apa ide-nya?”
Zero mencondongkan tubuhnya ke sebelah kanan, menatap Zera dengan tatapan lengah. “Lo punya muka pas-pasan, tapi boleh lah. Gue sewa buat pura-pura jadi pacar gue.”
Zera menatap Zero galak. “Apa lo bilang?! Gue jadi pacar lo? OMG! Gue nggak mau!” teriaknya begitu nyaring.
Zero menutup telinganya rapat-rapat, karena tidak mau mendengar teriakan Zera yang seperti kerasukan setan dari kerabatnya Fir'aun. Zero mengelus-elus dadanya sabar.
“Tenang dulu, Ra. Belum juga gue ceritain, udah maen teriak-teriak aja.”
Oke, sekarang Zera yang memutar bola matanya malas. “Ya udah. Kenapa lo mau jadi pacar bohongan gue? Kalau gue, jujur nggak mau. Ya kali gue pacaran sama buaya.”
“Terserah deh, lo mau hina gue ini-itu. Gue nggak peduli sama sekali, yang terpenting sekarang adalah perjodohan. Gue akan bantuin lo buat bersandiwara di depan orang tua lo sebagai pacar lo, agar perjodohan lo batal. Dan gue?” Tunjuk Zero pada dirinya sendiri. “Ntar lo yang bantuin gue, buat gagalin perjodohan ini karena alasan udah punya pacar. Yaitu gue. Ngerti nggak lo?”
Zera menatap Zero cengo. Namun sedetik kemudian, ia menganggukkan kepalanya mengerti. Walaupun tidak paham semuanya. Tetapi Zera tau apa yang dimaksud Zero sekarang.
“Ya udah, kapan kita buat sandiwara pacarannya?”
Zero mengetuk-ngetuk dagunya berpikir. “Sekarang juga boleh.”
“Hah? Nggak kecepatan?” tanya Zera mengernyitkan dahinya heran.
Zero tersenyum manis melihat wajah Zera yang sedikit kesal karena pendapatnya terlalu cepat. Tetapi kalau ditunda-tunda, maka Zero juga yang akan kena getahnya.
“Lebih cepat, lebih baik,” balas Zero dengan bangganya.
*****
Malam pun tiba. Dan disinilah mereka berada. Di sebuah restoran Vanca tempat Zero dan keluarganya berkunjung. Zero sudah diberitahu oleh kedua orang tuanya agar menemuinya di restoran tersebut karena akan membicarakan tentang perjodohannya dengan sahabat lamanya Naumi —sang Mamah Zero.
Zera menyenggol lengan Zero. “Lo yakin, hari ini kalian akan kenalan? Gimana kalau Tante Naumi nggak percaya? Secara kita suka berantem mulu. Dan aneh nggak sih? Kalau kita tiba-tiba pacaran?”
“Lo tenang aja. Gue udah ngerangkai kata-kata yang pas buat malam ini. Malahan gue udah latihan dari tadi sore,” ujar Zero tersenyum tipis.
Zera mengangguk-anggukkan kepalanya patuh. Semoga saja rencananya itu berhasil, kalau sampai rencana yang Zero kasih gagal. Maka Zera akan membuah kehidupan Zero tidak tenang, selama laki-laki itu masih hidup di dunia.
Tidak lama kemudian kedua orang tua Zero sudah sampai. Mereka langsung berjalan ke arah Zera dan Zero dengan tatapan yang gembira, seperti sudah memenangkan lotre dadakan.
“Loh Zera, kok kam—”
“Nah ini dia Mah, yang akan menjadi pendamping hidup Zero. Iya 'kan sayang?” Zero memotong ucapan Naumi seraya merangkul pundak Zera erat.
Zera yang menjadi pemeran utama dalam persandiwaraan itu menundukkan kepalanya, mengiyakan. “Iya Tante, jangan jodohin Zero sama siapa-siapa ya, kan Zero cuma punya Zera.”
Naumi mengernyitkan dahinya seraya menahan tawa, membuat Zera dan Zero saling pandang satu sama lain karena kebingungan. “K-kalian nggak tau, kalau kalian itu dijodohin?”
Zero mengedikkan bahunya acuh. “Udah, 'kan Mamah sendiri yang bilang, kalau Zero bakalan dijodohin. Tapi Zero nggak mau, cukup Zera aja yang jadi pacar aku sekarang.”
Zera mengiyakan ucapan Zero. Sedangkan Naumi sudah tertawa lepas hari ini. Gero— suami Naumi pun tidak kalah ngakaknya dengan istrinya itu.
“Mamah kenapa ketawa?” tanya Zero kebingungan.
Naumi menghentikan tawanya. Menyenggol lengan Gero, agar suaminya yang menjelaskan kepada mereka. “Begini Zera, Zero. Kalian 'kan sudah dijodohin dari lahir, dan ini jodoh kamu Zero. Ini dia Zera, yang kamu bilang pacar kamu. Dan Papah sangat bahagia karena kalian saling mencintai tanpa ada unsur pemaksaan satu sama lain.”
Zera mengerjap-ngerjapkan matanya kaget. Ternyata yang dijodohkan olehnya adalah Zero? Tetangga nakalnya dan lebih parahnya, dia adalah musuhnya.
Zero meneguk salivanya gelagapan. “J-jadi ... Zera yang akan dijodohin sama Zero?”
“Yap, benar sekali.”
Mampus!
•••°°°•••°°°•••
24-07-2021
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is Ridiculous [SELESAI]
RomanceDijodohin sama tetangga sendiri? Dijodohin sama musuh sendiri? Dijodohin saat masih dalam kandungan? Bisa kalian bayangkan, bagaimana nasib Zera yang harus menikah dengan musuhnya sendiri yang bernama Zero - lelaki konyol yang pernah Zera temui di d...