Zera dan Zero telah sampai di rumah yang di maksud oleh kedua orang tuanya. Rumah itu cukup megah dan indah, namun tetap saja kalau tinggalnya bersama orang yang tidak dicintainya, rasanya sangat beda dan tampak biasa-biasa saja.
Melihat Zera yang masih diam mematung di dekat mobil miliknya pun Zero mendekat ke arahnya. Laki-laki itu dengan santainya meraih tangan Zera, dan menggenggamnya erat.
“Ini rumah kita, ayo masuk. Katanya lo ngantuk, mau tidur.” Sindir Zero menatap Zera menggoda.
Zera memutar bola matanya jengah. Kakinya melangkah maju memasuki rumah barunya, tangan yang digenggam oleh Zero pun terlepas karena Zera sudah ingin masuk ke dalam rumahnya. Sedangkan Zero membawa beberapa kopernya di dalam bagasi.
Setalah semuanya selesai. Zera langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang lembut dan nyaman. Matanya membuka menatap langit-langit kamarnya.
Tanpa permisi, Zero pun merebahkan tubuhnya di samping Zera. “Nggak kerasa ya Ze, kita udah gede aja. Nggak nyangka juga kita bakalan nikah kayak gini.”
Zera mendengkus sebal. Gadis itu melirik ke Arab suaminya dengan mata memalas. “Lo seneng nikah sama gue?”
“Nggak,” ketus Zero beranjak dari tidurnya. “Ada seneng ada nggak nya sih. Gue seneng karena gue bisa kabur dari kejaran para cewek-cewek yang deketin gue karena status gue yang udah nikah sama lo, dan gue nggak senengnya karena lo musuh abadi gue.”
“Kalau gue nikah sama lo, nggak ada seneng-senengnya, yang ada sial mulu. Contohnya, gue harus belajar ngurusin lo dan harus mematuhi peraturan lo, padahal gue nggak mau. Tapi kata Mamah. Itu KEWAJIBAN SEORANG ISTRI UNTUK SUAMINYA. Nyusahin gue aja lo,” ketus Zera menekankan kata kewajiban seorang istri untuk suaminya.
Zero tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Zera yang diiringi decakan halusnya. “Nah, lo tau 'kan sekarang kewajiban seorang istri itu apa aja. Dan sekarang gue mau minta jatah, lo harus kabulin, karena gue suami lo.”
Zera menganga lebar. Ia memukul kepala Zero seraya beranjak dari duduknya. “Noh jatah!”
Zero meringis kesakitan. “Ze, kok lo mukul gue sih? Kan gue minta jatah, bukan pukulan.”
Zera seakan tuli dengan ucapan Zero saat ini. Gadis itu melangkahkan kakinya menuju lantai bawah tanpa membalikkan badannya, menatap Zero yang tengah menghela nafas panjang.
Gini amat punya bini, batin Zero.
*****
Kini Zera tengah menyiram bunga-bunga yang baru saja ditanam olehnya. Sedangkan Zero sedang berolah raga di halaman rumahnya membuat Zera selalu mencuri-curi pandang kepada Zero yang terlihat sangat sexy saat keringat laki-laki itu bercucuran hingga mengenai dagunya.
“ZE! JOGING YUK!” teriak Zero berlari-lari kecil ke arah istrinya yang masih setia menyiram tanaman barunya.
“Nggak ah, capek.” Tolak Zera membalikkan badannya tidak mau melihat tubuh Zero yang terlihat hot saat ini.
Zero mendesah pelan. Dengan sengaja laki-laki itu menginjak selang yang berada di hadapannya agar Zera tidak bisa lagi menyiram bunga-bunganya. Zera menatap Zero horor. “Bisa nggak, kaki lo singkirin. Airnya nggak keluar-keluar Zero!”
Zero bersiul dengan kedua matanya yang diputar-putar ke atas seakan-akan tuli dengan teriakan Zera yang terlihat marah kepadanya. Oke, sekarang Zera menyerah.
Gadis itu melemparkan selangnya mengenai wajah Zero. “Gue mau pulang ke rumah Mamah, bye!”
Sontak saja Zero langsung melebarkan matanya. Bahaya kalau Zera pulang ke rumah Mamahnya dengan kemarahan yang terpendam seperti itu. Pasti Yora akan bertanya ini-itu tentang mereka berdua. Dan Zero tidak mau menjelaskan masalah terbelit-belit layaknya orang yang mempunyai banyak beban.
“ZE! TUNGGUIN!”
°°°°••••°°°•••°°°
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband Is Ridiculous [SELESAI]
RomanceDijodohin sama tetangga sendiri? Dijodohin sama musuh sendiri? Dijodohin saat masih dalam kandungan? Bisa kalian bayangkan, bagaimana nasib Zera yang harus menikah dengan musuhnya sendiri yang bernama Zero - lelaki konyol yang pernah Zera temui di d...