Thirteen : Ramadan

12 1 0
                                    

Apa yang lebih ditunggu-tunggu oleh umat muslim selain datangnya bulan Ramadan? Bulan yang penuh berkah, yang mana terdapat malam yang demikian istimewa-Lailatul Qadr.

Minggu pertama di bulan Ramadan kami selalu ke rumah Nenek dari Ayah, sementara satu hari sebelum Ramadan selalu mengunjungi makam orang tua Ibu.

"Mba Nai...." Panggil Zulfi dari ruang tamu.

Aku tak menjawab, tapi segera mendekat. Hari ini kami akan ke rumah Nenek.

"Udah yuk." Ucapku setelah berada di ruang tamu.

Begitu memasuki mobil, Zulfi mengeluarkan cemilan yang ia bawa, katanya mumpung belum puasa.Sedangkan aku memilih membuka instagram, membaca kembali chat singkat dengan Mas Akbil. Namun, Zulfi mengacaukan keasikanku.

"Zul, diem dong! Perasaan mobilnya ngga sempit-sempit banget deh." Aku sedikit sebal karena Zulfi selalu menyenggol tanganku.

"Ah!Zulfi!"Seruku saat minuman Zulfi menumpahi hpku.

"Kan Mba udah bilang diem!" Kali ini aku marah.

"Maaf Mba...." Sesalnya.

"Kenapa si Nai?" Tanya Ayah karena merasa terganggu.

"Zulfi bikin hp Nai ketumpahan air."

"Ya udah sih tinggal dilap, ngga perlu marah-marah gitu." Ibu ikut bicara.

Aku menghela napas sebal.

"Loh ko gini?!" Seruku melihat tampilan instagram yang tidak biasa.

"Ah! Ke log out!" suaraku kali ini lebih keras.

"Ah Zulfi si! Mana lupa kata sandi lagi.Argh!" Aku melirik tajam ke arah Zulfi. Zulfi tertunduk ketakutan.

"Astaghfirullah Nai, ngga perlu sampai kaya gitu juga. Kasihan adikmu, dia kan ngga sengaja, lagi pula udah minta maaf." Ibu menoleh ke arahku.

"Iya Nai tau Zulfi ngga sengaja. Tapi karena ulahnya instagram Nai jadi ke log out,Nai lupa sandinya Bu..." Ucapku menahan segala gereget.Kemudian beliau diam.

Berulang kali aku mencoba memasukan kata sandi yang memungkinkan. Tapi nihil. Nomor hp untuk memverifikasi pun sudah tidak aktif. Ingin menangis sekali rasanya. Akhirnya aku memutuskan untuk membuat akun lagi. Aku kembali mem-follow instagram Mas Akbil.

'Semoga kali ini juga di-follback Ya Allah.'

Setelah aku mem-follow instagram Mas Akbil, aku kembali mencoba log in dengan akun instagram yang lama. Tapi nihil. Satu jam lebih aku berusaha tak membuahkan hasil.

***

Berhari-hari aku menunggu notif dari Mas Akbil muncul. Berharap hari ke tujuh bulan Ramadan Mas Akbil follback,rupanya tidak. Berkali-kali buka tutup instagram penuh harap, walau pada ujungnya masih dengan status yang sama.

"Kamu sebenernya ngapain sih Nai? Main hp mulu, mukanya lesu." Ucap Ibu yang ternyata memperhatikanku.

"Apa masih soal instagram?" Ayah menduga-duga.

Aku tersenyum kecut.

"Emang ada apa sih di instagram itu?" Tanya Ibu penasaran.

Aku hanya menghela napas panjang dan menggeleng.Kemudian ku lihat layar hpku menyala.

Akbilw04 baru saja menambahkan cerita.

Tanpa sadar kedua ujung bibirku tertarik. Dengan segera aku buka notif itu.

Ada dia dan satu temannya yang duduk di pemecah ombak. Mas Akbil mengenakan jaket berwarna hijau tua dengan sepatu berwarna coklat. Ada jam tangan di tangan kirinya. Posenya seperti hendak melompat.

Kemudian aku balas story-nya.

Zunaira_ : Terjun ka.

Baru dibalas setelah tiga puluh menit.

Akbilw04 : Nunggu air pasang.

Zunaira_ : Nanti kebawa dong.

Tapi Mas Akbil sudah off. Jawabanku selalu terngiang-ngiang, merasa ada yang salah dengan kata-kataku. Akhirnya aku mengirim pesan lagi.

Zunaira_ : Eh na'udzubillah. Jangan sampai deh.

Sore harinya baru dibalas.

Akbilw04 : Wkwkwk iya iya

Zunaira_ : Mudik ngga Mas?

Aku merubah panggilan, dari Ka menjadi Mas.

Akbilw04 : Iya mudik nih.

Akbilw04 : Zunaira orang mana?

Walaupun instagramku belum Mas Akbil follback, tapi aku merasa sangat senang dengan pertanyaan pertama darinya.

Zunaira_ : Cilacap.

Kemudian pesanku itu tak kunjung dibalas, padahal masih aktif. Seketika aku trauma, jika pada akhirnya hanya berubah status, dilihat. Berjam-jam aku menunggu dengan penuh kegelisahan. Usai menunaikan Salat Tarawih, aku segera membuka instragram.

'Cuma dilihat ternyata.' Aku menghela napas panjang. Itulah yang selalu aku lakukan jika merasa mempunyai beban.

Selama bulan Ramadan aku usahakan untuk memaksimalkan beribadah, walaupun menjumpai tanggal merah. Ada satu doa yang benar-benar aku hayati,

"Ya Allah, Engkaulah Pemilik segala hati, aku mohon, ketuklah pintu hati Mas Akbil untukku. Sampaikanlah bahwa aku sangat rindu. Ya Allah, Engkaulah yang Maha Membolak-balikkan hati, balikkanlah hatinya agar mencintaiku. Sungguh aku tak tahu bagaimana caranya untuk mendapatkan hatinya, selain dengan meminta kepada-Mu karena hakikatnya hatinya adalah milikmu. Semoga Engkau lekas mempertemukan kami. Kabulkanlah doaku Ya Allah, Engkaulah yang Maha Mengijabah doa." Tak jarang aku menangis ketika mengucapkan doa itu, saking rindunya.

Walaupun chat-ku hanya dilihat dan tidak ada kemungkinan untuk dibalas, tapi aku selalu membuka instagram dengan penuh harap. Hatiku tak cukup kuat untuk memendam semua ini, hingga akhirnya aku memilih untuk bercerita kepada Nana.

Naira : Na.

Aku menyertakan tangkapan layar chat-ku dengan Mas Akbil.

Naira : Cuma dilihat.

Disertai emoticon sedih.

Nana : Ya Allah, kamu masih suka sampai sekarang?

Naira : Mungkin begitu.

Nana : Kok bisa sih? Kalian aja ngga saling kenal.

Naira : Aku aja ngga habis pikir. Ah, gimana dong?

Nana : Udahlah lupain aja.

Naira : Sayang kalo mau dilepas.

Nana : Kasihan hatimu, Ra.

Naira : Ngga tau kenapa aku masih yakin, suatu saat nanti bisa ketemu.

Nana : Heran aku tuh, kok bisa sih kuat banget?

Naira : Aku cuma memaksakan diri, ngga sekuat yang kamu kira.

Nana : Ya ampun Ra.... Gereget aku sama kamu!

Aku menghela napas panjang berkali-kali. Menyesakkan sekali rasanya.

Yeah, i think so. It feels so unreasonable.

Wonders || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang