Pagi harinya, usai sarapan kami pergi ke sebuah pantai di daerah Kebumen, Pantai Menganti. Perjalanan yang kami tempuh pun cukup panjang. Saat sudah mulai masuk kawasan, jalannya berkelak-kelok, naik turun, kanan kiri hutan. Walaupun membuat perut sedikit mual dan pusing, tapi semua itu terbayarkan dengan panorama pantainya.
Di sana memiliki banyak spot foto, tak sekadar laut dengan pasir putih. Keindahan yang benar-benar luar biasa membuatku sulit untuk menggambarkan keindahannya dalam bentuk tulisan.
Aku membantu Ibu menggelar tikar di bawah pohon kelapa. Sementara Ayah,Mas Aray, dan Zulfi berenang di laut.
"Ibu kira si Aray suka sama kamu deh Nai," ucap Ibu tiba-tiba.
"Apa sih Ibu ini, ngaco deh."
"Ibu cukup ngerti hal-hal yang begituan."
"Karena Mas Aray baik ke Nai? Dia emang orang baik Bu."
"Yaudah, kita lihat nanti. Jangan kaget kalau tiba-tiba Aray ngelamar kamu."
Aku mengangkat sebelah alis.
Aku mengamati mereka yang tengah asik bermain pasir, membuat candi. Sangat bahagia. Aku tak pernah melihat Mas Aray sebahagia ini sebelumnya, tertawa lepas pun jarang.
Saat ini kuliahku sedang berada di penghujung semester tiga, dan saat ini, Mas Akbil sudah bersemayam di hatiku selama dua tahun. Dua tahun tanpa kepastian, dua tahun tanpa komunikasi, dua tahun yang penuh rindu.
'Kenapa hatiku demikian erat memeluk Mas Akbil, sementara mata belum saling beradu tatap.' Aku menghela napas panjang.
"Kenapa Nai?" tanya Ibu.Aku menggeleng sambil terus mengamati mereka.
Tak terasa hari sudah mulai sore, dan pengunjung semakin bertambah banyak. Sudah pasti mereka ingin menikmati senja di sini. Mengapa banyak orang menyukai senja, termasuk aku? Padahal aku tahu, senja tak pernah bertahan lama. Datang menyenangkan mata, pergi meninggalkan cerita. Walau sekejap mata, tapi dia tak pernah meninggalkan luka. Aku mempunyai banyak cerita indah bersama senja, dan semakin indah ketika ada Mas Aray, aku sadar itu.Mas aray tak sekadar baik, tapi dia benar-benar baik.
Usai menunaikan Salat Asar, kami kembali ke pantai untuk menikmati senja bersama pengunjung yang lain. Hampir semua orang mengabadikan momen ini dengan berfoto, pun keluargaku.
"Coba Nai kalian foto berdua," ucap Ayah.
Aku pun menurut, mendekat ke Mas Aray dengan jarak lima puluh senti.
"Deketan lagi dong, ngga bagus ini di kamera."
Aku kembali menurut, sekarang jaraknya hanya sepuluh senti.
Setelah itu kami pulang. Tapi di pertengahan jalan kami berpisah karena aku dan Mas Aray harus kembali ke Tangerang.
Sekarang aku merasa sedikit canggung berada di mobil Mas Aray. Mas Aray diam, pun aku. Banyak yang berbeda dari Mas Aray sejak pendakian kemarin. Aku rasa dia terlalu lelah, terlihat dari wajahnya yang sedikit sayu.
"Makasih ya Mas," ucapku setelah cukup lama diam.
"Kembali kasih."
"Cape banget yah Mas?"
"Engga ko, aku menikmati. Mereka baik, menyenangkan pula. Pantes aja anaknya juga nyenengin."
Aku tersenyum ke arah Mas Aray, dia menoleh, ikut tersenyum.
***
"Gimana kemaren?" Tanya Maya saat di kelas.
"Gimana apanya?"
"Jadi diantar pulang sama Mas Aray?" Laila juga ikut bertanya.
Aku mengangguk.
"Tidur sama kamu?" Mutia menyeletuk.
"Ngaco!" Aku menimpuk dia dengan buku.
"Sama adikku,"lanjutku.
Mereka ingin tahu apa yang kami lakukan selama di rumah, aku pun menceritakan semua kecuali ucapan Ayah dan Ibu.
"Asik banget jalan-jalan sama orang tersayang." Kata Laila setelah aku selesai bercerita.
"Iya asik memang, bareng orang tersayang, kecuali Mas Aray."
"Loh kenapa? Kan calon suami."
"Kata siapa?"
"Udah lah, ngga usah pura-pura, kita tau ko kamu suka sama Mas Aray. Ya ngga?" Ucap Maya sambil meminta anggukan dari Mutia dan Laila. Mereka berdua mengangguk.
"Sok tau!"
"Aku sih berani njamin, besok Mas Aray melamar kamu," ucap Maya.
"Ya udah, kita lihat aja nanti."
"Kamu mau menerima?" tanya Laila.
Aku mengangkat bahu.
I don't know what will happen in the future. I don't even know how my feelings for Mas Aray or Mas Akbil will be, fade or strengthen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonders || END
Teen FictionZunaira, anak dari seorang perawat, tapi berusaha menjauhi jurusan berbau kesehatan. Suatu kegiatan membuatnya jatuh hati pada sosok perawat.Keterpikatan yang muncul sejak jumpa pertama,dalam perkenalan yang sepihak. Lantas terpisahkan oleh ruang...