Pada abad ke-15
"Sudah, kamu boleh pulang, ini uangmu."
"Terima kasih."
Namja kurus itu menerima uang dari sang pemilik toko dan berjalan ke arah gang kecil. Dia melihat beberapa vampir yang merokok dan bersembunyi di sana tetapi dia tidak menghiraukan mereka.
Namja itu terus berjalan hingga dia tiba di kawasan kumuh dengan rumah-rumah yang sudah tidak layak ditinggali.
"Itu kak Aquila!"
"Kak Aquila sudah pulang!"
Anak-anak kecil itu berlari mendatangi namja yang bernama Aquila itu, mereka bahkan memeluk kaki pucat vampir itu.
"Bagaimana hari kalian?" tanya Aquila sambil mengusap kepala anak-anak tersebut.
"Baik kak! Apakah kakak baik-baik saja?" ucap anak yang bertubuh paling tinggi di antara semua anak.
Aquila mengangguk sambil tersenyum, dia menatap sekelilingnya yang sepi, lebih tepatnya terlalu sepi dibanding biasanya. Dia mengerutkan dahinya dan berjongkok agar anak-anak itu tidak perlu mengangkat kepalanya.
"Papa mama kalian di mana? Kenapa hari ini sangat sepi?"
"Uhm... mama sedang tidur, papa sedang memberi makan kuda," ucap seorang anak.
"Seharusnya kami tidak boleh keluar, tapi karena kakak belum pulang, kami diam-diam keluar dari rumah dan menunggu kakak," sambung anak yang lain.
"Hm? Kenapa kalian tidak boleh keluar rumah?"
"Papa bilang, di luar ada vampir jahat yang minum darah anak kecil!" celetuk anak lainnya.
Aquila menaikkan sebelah alisnya dan terkekeh.
"Kalian percaya dengan hal itu?"
Ada sebagian yang mengangguk, ada sebagian yang menggelengkan kepalanya. Aquila kembali tertawa kecil kemudian mengajak mereka kembali ke rumah masing-masing.
"Kalian seharusnya menuruti perkataan orang tua kalian, kakak yakin orang tua kalian pasti sangat khawatir sekarang."
"Ah mereka tidak-"
"Daniel! Apa yang mama bilang tadi!?"
Sang ibu mendekati anak yang paling tinggi di antara anak-anak lain itu, tidak lupa melototi Aquila sekilas--yang Aquila balas dengan senyuman ramah.
Ibu tersebut segera menarik tangan Daniel dan mengajak anak-anak lainnya untuk pergi meninggalkan Aquila. Namja itu dapat merasakan banyak pasang mata sedang menatapnya lewat jendela-jendela rumah kumuh itu.
Aquila hanya tersenyum kecil dan kembali ke rumahnya yang berada di ujung dan jauh dari rumah warga lainnya. Dia memasuki rumahnya dan berjalan ke arah mejanya.
Terdapat gelas yang terbuat dari kayu dengan cairan merah di dalamnya, Aquila mengangkat gelas itu tinggi-tinggi dan menuangkan cairan tersebut dalam mulutnya, tidak peduli dengan cipratan-cipratan yang mengotori wajahnya.
"Ah... andai saja aku dapat mencicipi darah anak-anak di tempat ini..."
Aquila membuang gelas tersebut dan membersihkan cipratan cairan yang ada pada wajahnya, kemudian dia merebahkan dirinya dan beristirahat sejenak hingga malam tiba.
Tetapi saat malam tiba, pintunya langsung saja digedor-gedor yang membuat Aquila mengerang kesal. Dia membuka pintu tersebut dan menemukan warga-warga tadi sedang membawa obor dengan beberapa peralatan pertanian.
"Vampir sialan! Gara-gara kalian, anak kami tidak dapat hidup damai!"
"Huh?"
Aquila mengangkat sebelah alisnya dan menatap anak yang bernama Daniel tadi, lehernya terdapat bekas gigitan dan wajahnya pucat, kini dia hanya dapat digendong dengan erat oleh sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Sight || Markson (DISCONTINUED)
Fanfiction"Struggle for the win, find the balance." "I won't let go of the light called 'you'." I'm gonna win this fight. Vampir dan manusia telah hidup berdampingan selama berabad-abad. Tetapi, kasus pembunuhan kejam dimana pelakunya yang diduga sebagai vamp...