- 1.25 - ⚠

318 19 4
                                    

"Mark."

"Mark..."

"I'll be gentle..."

Tangan dingin Jackson mulai menjelajahi dada Mark.

"S-seunie..."

Mark berusaha untuk membuka matanya walaupun dia mulai terbuai dalam sentuhan Jackson.

Jackson menatap Mark dengan mata merahnya dan tersenyum.

"You want me to fuck you?"

Mark tidak menjawab Jackson karena dia sibuk menikmati setiap sentuhan Jackson pada juniornya.

Jackson menyisir rambutnya ke belakang dan mengarahkan juniornya ke lubang Mark tanpa berhenti mengocok junior Mark.

"Pelan-pelan, seunie..."

"Baiklah..."

Jackson memasukkannya dengan perlahan tetapi rasa sakit itu membuat Mark meringis kesakitan.

Aku tidak menyangka mimpiku benar-benar akan terjadi.

- - - -

Beberapa jam setelah latihan

Setelah beberapa jam berlalu, Jackson belum juga menyadarkan diri. Hal itu membuat Mark sedikit panik.

Beberapa jam berdiam di sebelah Jackson dan menunggu vampir itu bangun membuat Mark sedikit lelah. Dia memutuskan untuk berbaring di sebelah vampir itu dan mengistirahatkan tubuhnya beberapa saat.

Ketika langit malam mencapai titik tergelapnya, Jackson terbangun.

Suasana malam menyambut hangat diri Jackson. Dia membuka matanya dengan perlahan dan meringis kesakitan ketika dia berusaha untuk bangun.

Luka pada perutnya belum sembuh total dan dia dapat merasakan kepalanya yang berputar.

Jackson menoleh ke arah Mark dan melihat Mark yang sedang tertidur lelap membelakanginya.

Tengkuk Mark terlihat sangat mulus yang membuat Jackson menelan ludahnya dengan kasar.

Mark masih setia berdiam dalam tidurnya. Dia masih belum ingin bangun dari alam mimpinya.

Jackson berusaha untuk tidur membelakangi Mark, dia berusaha keras untuk tidur kembali tetapi rencananya tidak berjalan.

Jackson tidak berhenti mengganti posisi selama satu jam terakhir sampai jam menunjuk angka 2. Dia memutuskan untuk bangun dari tidurnya dan pergi ke kamar mandi.

Dia melihat wajahnya di cermin yang terbuat dari kaca khusus agar bayangan vampir dapat terlihat. Wajahnya lebih pucat dari biasanya dan dia tidak memakai sehelai benang pun pada bagian atas tubuhnya, hanya ada perban yang menutupi perutnya.

Jackson membuka perban tersebut dan terlihat bekas luka dari sabit Mark. Dia mengelus bekas luka tersebut dan mengernyitkan dahinya.

Apakah ini karena api dari sabit Mark...? Kenapa ada bekas..., batin Jackson.

Jackson menghela nafasnya dan memeriksa taringnya yang sudah mulai tumpul. Dia mencari-cari barang yang dapat dipakai untuk mencabut taringnya.

Untungnya dia selalu menaruh sebuah tang di kamar mandinya. Dia mengambil tang tersebut dan menarik nafas panjang sebelum mencabut taringnya.

Second Sight || Markson (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang