"Mark? Mark Tuan?"
Mark membuka matanya dengan perlahan dan melihat Ryan yang sudah menyiapkan sarapannya.
Mark melakukan perlawanan yang cukup lama dengan vampir yang bernama Ryan ini sampai dia memasuki kamar ini pun dia masih melawannya.
Karena terus menerus melawannya, tenaganya juga terkuras banyak. Ketika Ryan memintanya untuk tidur, dia langsung tertidur dengan nyenyak di kasur yang empuk ini.
Kamarnya sangat luas, king size bed dengan TV besar juga sofa serta beberapa rak buku muat di dalam kamar tersebut. Ada meja kerja dan kamar mandi pribadi, tempat ini sangat elit untuk ukuran manusia.
Mark berusaha untuk duduk dan menatap Ryan dengan tatapan yang masih setengah bangun.
"Ini sarapan dari Jackson, makan saja dulu," ucap Ryan sembari menaruh makanan tersebut di atas nakas.
"Jackson? Dia di sini?" tanya Mark sembari menatap Ryan penuh harap.
Ryan menggelengkan kepalanya.
"Kamu terus memanggil namanya semalam. Karena itu aku berusaha cari dia dan meminta bantuannya untuk menenangkanmu dengan cara apapun selain ke tempat ini," ucap Ryan merasa bersalah.
"Oh.."
Mark masih merasa kecewa karena Jackson tidak datang ke tempat itu. Tapi, setidaknya makanan itu dapat melepaskan sedikit rindunya pada vampir itu.
"Maaf aku belum memperkenalkan diri. Ryan Cartelius," ucap Ryan.
Mark menganggukkan kepalanya.
"Thanks, Ryan," ucap Mark sembari tersenyum.
Ryan tersenyum kembali pada Mark dan berniat untuk meninggalkan kamar tersebut.
"Wait!"
Ryan membalikkan tubuhnya dan menatap Mark.
"Kenapa kamu menolongku? Bukankah kamu salah satu dari kelompok vampir kemarin?" tanya Mark sembari menatap vampir itu.
Ryan terdiam sejenak kemudian menghela nafasnya. Dia duduk di samping Mark dan mulai menceritakan masa lalunya.
"Aku hanya mata-mata. Aku tidak membantu mereka, tanyakan saja pada Jackson apa yang terjadi saat unitnya berusaha menyelamatkan pasien yang ada di lantai 3. Lagi pula, aku sudah berteman dengan manusia selama beberapa tahun aku hidup," ucap Ryan sembari mengingat Jaebum.
Mark menganggukkan kepalanya mengerti. Dia memakan sesuap sarapannya kemudian menatap Ryan lagi.
"Eum.. sudah berapa lama kamu hidup? A-aku hanya ingin tau umurmu saja.." tanya Mark sedikit terbata. Aura di sekitar Ryan membuatnya merinding.
"20 tahun. Untuk ukuran vampir, aku masih dianggap sebagai anak kecil," jawab Ryan.
"Really? Aku kira kamu sudah hidup beratus-ratus tahun," ucap Mark dengan tatapan tidak percayanya.
"Kita seumuran kalau begitu."
Ryan terkekeh, "Baguslah aku memiliki teman sebaya. Jangan remehkan aku hanya karena umurku."
"Tidak mungkin aku yang notabenenya manusia meremehkanmu yang seorang vampir," balas Mark sembari tersenyum kemudian melanjutkan sarapannya.
"Manusia sepertimu sering meremehkan para vampir," ucap Ryan sembari menatap Mark.
"Kalau aku meremehkan para vampir, mungkin aku sudah tidak ada di sini sekarang?"
Ryan kembali terkekeh, "Baiklah, kamu menang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Sight || Markson (DISCONTINUED)
Fanfiction"Struggle for the win, find the balance." "I won't let go of the light called 'you'." I'm gonna win this fight. Vampir dan manusia telah hidup berdampingan selama berabad-abad. Tetapi, kasus pembunuhan kejam dimana pelakunya yang diduga sebagai vamp...