- 2.3 -

72 8 3
                                    

Awal abad ke-13

"Dasar anak lemah tidak berguna! Ayahmu bersusah payah melawan manusia dan kamu dengan santainya memainkan alat musik untuk menyenangkan manusia!?"

Lyra kecil yang tidak dapat menahan tangisannya pun menangis sejadi-jadinya.

"M-maaf Ibu... l-lain kali... hiks... L-Lyra... akan-"

"LAIN KALI APA!? Kamu lihat sendiri manusia-manusia kejam itu, kamu ingin ditangkap oleh mereka? Kegiatanmu hanya bermain musik dan kamu bahkan berani mengundang anak manusia ke rumah ini!? Menjijikkan."

Lyra kembali menangis dan mengusap matanya berkali-kali. Sekeras apapun Lyra menangis, tidak ada yang datang untuk memberinya kehangatan dan menenangkannya.

Sang ibu menjambak rambut Lyra dan mengangkatnya.

"Berhenti bermain musik atau Ibu keluarkan kamu dari rumah! Sungguh memalukan, dasar anak setan," desis sang ibu.

Lyra hanya dapat mengangguk-anggukkan kepalanya sebelum dia dilempar dengan kasar oleh ibunya. Lyra segera berlari ke kamarnya dan mengunci pintu kamarnya.

Langsung saja Lyra bersembunyi di dalam selimutnya. Tetapi tidak lama setelah itu, dia mendengar suara ketukan dari jendela kamarnya.

Lyra kecil yang ketakutan pun memegang selimutnya dengan erat dengan air matanya yang terus mengalir. Rasa sakit pada kepalanya membuatnya menangis lebih keras lagi, tetapi suara ketukan itu tidak kunjung hilang.

Lyra memegang kepalanya dan menatap keluar jendela, seekor burung gagak sedang sibuk mematuk jendela Lyra. Dia memutuskan untuk bangkit dan mengusap matanya sebelum mengusir burung gagak tersebut.

Burung gagak tersebut segera terbang dan hinggap pada pundak seorang laki-laki tampan yang sedang menatap Lyra dengan mata merah velvetnya.

Lyra segera menutup jendelanya dan kembali menyembunyikan dirinya di balik selimut. Dia menangis selama berjam-jam dan itu membuat sang ibu sangat marah.

Sang ibu mendobrak pintu kamar Lyra dan memukul Lyra berkali-kali sebelum akhirnya dihentikan oleh sang ayah dan kakak laki-lakinya yang baru saja selesai berburu.

Sang kakak memasuki kamar Lyra dan menyuruh sang ibu untuk keluar dari kamar. Sang kakak segera membuka selimut Lyra dan menarik kerah baju Lyra.

"Kalau kamu akan terus menangis seperti ini, lebih baik kamu keluar dari rumah ini dan lenyap dari hadapan keluarga ini! Kami tidak pernah menganggapmu sebagai keluarga karena KAMU TIDAK BERGUNA!" ucap sang kakak sambil menghantam kepala sang adik pada tembok kamarnya.

Lyra berteriak kesakitan dan memohon pada kakaknya untuk melepaskannya.

"T-tolong l-lepaskan kak... s-sakit..."

"Apa? Melepaskanmu? Aku akan melepaskanmu ketika kamu menjadi vampir yang berguna bagi keluarga ini, musikmu itu SAMPAH!"

Sang kakak kembali menghantam kepala sang adik pada tembok kamarnya sampai kepala sang adik berdarah.

"Kamu hanya beban bagi keluarga ini," ucap sang kakak sebelum menghantam kepalanya untuk terakhir kalinya.

Tetapi sang kakak tidak dapat menggerakkan tangannya tepat ketika dia ingin menghantam kepala Lyra. Pemilik mata velvet itu menatap sang kakak dengan tatapan tajam sebelum mematahkan tangannya.

Mendengar kerusuhan tersebut, orang tua Lyra segera berlari ke atas hanya untuk menemukan jendela kamar yang rusak, sang kakak dengan lengan yang patah dan sang adik yang sudah menghilang.

Lyra ingat malam hari itu, malam bulan purnama itu menerangi wajah sang pemilik mata itu. Lyra memeluknya dengan erat dan membisikkan ucapan 'terima kasih' dengan suaranya yang kecil dan lemah.

Second Sight || Markson (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang