- 2.4 -

59 6 4
                                    

Pada akhir abad ke-8

"Corvus sayang... ibu dan ayah akan keluar sebentar, jangan ke mana-mana ya..."

Corvus menganggukkan kepalanya, "Hati-hati ibu, ayah!"

"Jadilah anak yang baik," ucap sang ayah sambil mengelus-elus rambut Corvus.

Corvus tersenyum dan menganggukkan kepalanya dengan semangat sebelum orang tuanya keluar dari rumah.

Setelah pintu rumah ditutup, Corvus segera berlari ke loteng rumahnya. Dia mengeluarkan burung gagak peliharaannya dan mengelusnya dengan pelan.

"Aku takut... Aku terus menerus melihat api di sekelilingku..."

Burung gagak tersebut hanya berkoak menjawab kalimat Corvus. Corvus terkekeh dan memberikannya makanan.

"Aku ingin menyelamatkan mereka yang tidak bersalah... tapi kemanapun aku pergi, orang-orang selalu mengalami hal-hal yang buruk..."

Burung gagak tersebut menatap Corvus dengan mata hitamnya.

"Aku lapar...," ucap Corvus sembari memegang perutnya.

Tiba-tiba saja burung gagak tersebut terbang meninggalkan Corvus saat mendengar suara ketukan pintu. Corvus segera turun dari loteng dan membuka pintunya.

"Oh, halo adik kecil. Apakah orang tuamu di rumah?" tanya orang asing tersebut.

Corvus menajamkan matanya dan menggelengkan kepalanya, "Mereka ada di luar."

"Ah... baiklah, berikan ini pada orang tuamu, hadiah kecil dari kami," ucap orang misterius tersebut.

Corvus segera menepis pemberian orang itu dan menyerangnya. Corvus tau ketika dia membuka isinya, orang tersebut akan mengambil pasak kayu dalamnya dan menusuk jantung Corvus.

Corvus berusaha untuk menggigit leher orang tersebut dan berusaha untuk mencabik-cabik orang itu. Tetapi dia dapat merasakan seseorang menariknya dan membawanya pergi.

"Jangan bersuara Corvus! Kita harus pergi!"

Corvus menatap ibunya yang sedang memeluknya dengan erat, sang ayah berusaha melindungi mereka dari belakang. Sekumpulan manusia mulai menyerang sang ayah yang membuat Corvus membulatkan matanya.

"Ibu! Kita harus menolong ayah!"

"KALIAN PERGILAH! JANGAN PEDULIKAN AYAH!" sahut sang ayah.

"T-tapi-"

Sang ibu memeluk Corvus dengan erat dan berusaha untuk menenangkannya.

"Ayah akan menyusul kita Corvus, kita harus menyelamatkan diri kita dulu ya? Nanti kita akan makan bersama dan main bersama lagi, tenanglah..."

Corvus memeluk sang ibu dengan erat, "Aku tidak mau ayah mati, bu..."

Sang ibu membelai rambut Corvus, "Tenang Corvus, ayah tidak akan mati, ayah akan menyusul kita ya..."

Corvus menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher sang ibu dan meneteskan air matanya. Dia tidak sebodoh itu untuk tau bahwa sang ayah tidak akan kembali lagi.

Mereka berlari cukup jauh sampai sang ibu merasakan kakinya yang mulai sakit. Dia menurunkan Corvus dan mengusap mata sang anak.

"Ibu masih ada beberapa cadangan makanan, ambil dan larilah, jangan kembali Corvus."

"Ibu... Ibu mau ke mana...?" tanya Corvus dengan mata sembab dan suara seraknya.

"Ibu hanya ingin beristirahat sejenak, Ibu akan menyusulmu Corvus...," ucap sang ibu sambil memeluk anak semata wayangnya.

Second Sight || Markson (DISCONTINUED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang