the past pt. 3

377 43 4
                                    

"Hei Jimin, itu anak yang namanya Raffi bukan?"

"... iya."

"Entah kenapa... aku merasakan suatu energi yang familiar dari dirinya."

"Kamu merasakannya juga? Kupikir ini hanya perasaanku."

"Ngapain dia ke depan kamar kita ya? Kelihatannya dia anak baik-baik, ngga mungkin menguping kan?"

"Doesn't make sense. Buat apa juga dia menguping? Kenal kita aja ngga."

Mereka terus memperhatikan Raffi yang diam saja di depan kamar mereka. Bocah itu membawa sebuah nampan dengan dua gelas susu diatasnya. Sepertinya dia bermaksud memberikan susu itu kepada si kembar tapi bingung cara menyampaikannya.

"Mungkin dia canggung?"

"Buat apa canggung? Tinggal ketuk pintu terus kasih."

"Ckck Jimin... di umur segitu, semua orang itu pemalu dan penakut. Itu saja ngga tahu?"

"I don't care you know."

Waktu hampir menunjukkan pukul 8.30. Sejak tadi Raffi hanya diam di depan kamar tanpa melakukan apapun.

"Lama-lama dia benar-benar terlihat seperti orang yang menguping."

"Besok kita pastikan saja. Kita tinggal panggil dia ke tempat sepi lalu interogasi dirinya."

"Dasar kejam..."

Jimin mengendikkan bahu tanda tak peduli perkataan Jisung.

Prang!

Nampan beserta gelas susu yang dipegang Raffi terjatuh. Walaupun tak terlalu jelas, Jisung dan Jimin dapat melihat ekspresi Raffi yang terkejut sekaligus ketakutan.

"Di waktu ini, kita sedang membicarakan apa deh?"

"Intinya, kita membicarakan bahwa kita bukan penduduk dunia ini."

"Berarti bocah itu tahu rahasia besar kita... Huft, padahal belum sehari kita menempat di dunia ini."

"Aku bisa menghapus ingatannya."

Jisung menatap selidik adik kembarnya itu.

"With your manipulation, again?"

"Right."

"Kamu berbakat banget ya."

"Baru tahu?"

"Dih, sombong."

Malam yang panjang telah berlalu, dan pagi pun tiba. Cahaya matahari menerobos masuk ke dalam panti melalui lubang-lubang bangunan itu. Jisung dan Jimin hampir tak bisa tidur karena banyak sekali tetesan air yang bersumber dari langit-langit kamar. Alhasil, semalaman Jimin sibuk mengendalikan air itu. Air, salah satu dari tiga elemen yang dikuasai Jimin.

"Hei, Jisung! Ayo bangun!! Kalau tidak kusiram kau dengan air hujan semalam yang kuserap ini," Jimin mengguncang badan Jisung sepenuh tenaga.

"Emm lima menit lagi, ma."

"Sembarangan banget. Badan sekecil gini dibilang mama."

Jimin kembali berusaha membangunkan Jisung. Kali ini ia menimpuk Jisung dengan bantal dan guling yang ada di hadapannya.

Tapi usahanya sia-sia.

"Wah, anak ini... minta disiram ya?"

Gadis ini sudah mengangkat tangannya di hadapan Jisung, bersiap menyiram kakak kembarnya itu dengan air hujan semalam yang ia serap. Air ini pasti sudah bercampur dengan berbagai macam kotoran dari atap. Memikirkan bagaimana banyaknya bakteri di dalam air yang dikendalikannya saja sudah membuatnya jijik.

THE TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang