Jimin sudah siap, tapi jam baru menunjukkan pukul 05.10. Ia menghela nafas, kalau masih jam segini, lebih baik ia tidur lagi atau menyicil semua pekerjaannya yang menumpuk. Kalau PR, ia sudah sempat mengerjakannya setelah Jisung pergi. Akhirnya ia memutuskan untuk berbaring sebentar di sofa, dan semoga akan terbangun jam 6 nanti.
Selang beberapa menit...
"Nona, bangun. Sekarang sudah pukul 6 lewat 20 menit. Pak Yanshen sudah menunggu anda sejak tadi. Nona juga akan telat."
Demi mendengar itu semua, Jimin langsung terlonjak bangun dan mengecek arloji ditangannya. Benar saja, sekarang jam sudah menunjukkan pukul 6.20. Ia buru-buru merapihkan rambut dan mengecek wajah di cermin ruang tengah ala kadarnya, dan langsung lari menuju mobil yang sudah siap tancap gas kapanpun.
"Bapak! Ayo cepat jalan!"
Pak Yanshen, supir pribadi Jimin langsung tancap gas. Mobil itu pun keluar dari area rumah besar nan mewah Jimin dan bergabung dengan mobil lain di jalan raya. Perjalanan dari rumah ke sekolah Jimin membutuhkan waktu sekitar 45 menit, sedangkan gerbang saja ditutup tepat jam 7. Hhh.. kalau begini sudah dipastikan Jimin telat dan ini semua salah Jisung.
'Enak saja! Salah sendiri kenapa ketiduran!'
Tiba-tiba suara Jisung lewat dalam pikirannya. Bikin kaget saja.
'Hei, sialan! Ini semua gara-gara kamu pokoknya!'
Dan akhirnya mereka berdebat lewat suara pikiran dengan jarak ribuan kilometer. Hebat juga.
Tiba-tiba mobil berhenti, akhirnya Jimin menghentikan perdebatan tak bermutu itu. Sepertinya ia sudah sampai. Ia melihat keluar jendela mobil, ternyata mereka berhenti karena macet melanda lalu lintas. Hiks, kalau seperti ini Jimin akan sampai ke sekolah tahun depan.
•••
Setelah penantian lama, akhirnya Jimin tiba di depan gerbang sekolah yang telah tertutup. Ia turun dari mobil dengan lunglai, dan duduk menunggu di depan gerbang tinggi itu. Ia harus menunggu sampai 10 menit sebelum Upacara Senin selesai dan gerbang itu baru akan dibuka. Bagi yang telat, mereka harus berdiri di hadapan seluruh siswa yang tengah melaksanakan upacara. Itu akan menjadi pengalaman terburuk bagi Jimin.
Tiba-tiba ia melihat seorang pengendara motor yang mengenakan seragam SMA yang sama sepertinya. Ia memarkirkan motornya asal dan membuka helm full face nya. Sejenak, Jimin terpana. Bukan karena ia mengagumi si pengendara itu, tapi karena motor yang dikendarainya.
Itu adalah motor Ecosse Spirit. Motor ciptaan teknisi handal dua negara, Amerika Serikat dan Inggris, dengan bahan bagian mesin yang ringan, membuat motor itu memiliki kecepatan super tinggi. Motor itu diciptakan dengan mengadopsi teknologi F1, membuatnya memiliki kekuatan yang sangat dahsyat. Harganya pun mencapai $3.600.000, atau setara dengan 48,5 milyar rupiah. Wow, pengendara ini pasti super kaya!
"Ngapain lihat-lihat motorku?" ucap orang itu dengan ekspresi tidak suka.
Bukannya minta maaf karena kelakuannya membuat si pemilik motor itu kesal, Jimin malah balik menatap orang itu dengan sengit. Lima detik, tiba-tiba orang itu malah menatapnya dengan pandangan yang.. berbeda? Bukan berbeda dalam artian pandangan suka atau semacamnya, tapi tatapannya melembut, tak sedingin tadi.
"Eh, maaf-maaf. Kau kaget ya? Duh, kebanyakan first impession ke orang-orang emang engga bagus."
Si tanpa nama itu menjulurkan tangannya, "Kenalin. Karena nama lengkapku panjang, kamu bisa panggil aku mine, honey, atau sayang juga boleh."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TWINS
Fanfictiongimana rasanya punya kembaran idol dengan dirimu sebagai calon CEO agensinya?