Sudah satu bulan semenjak kejadian kaburnya Mark dan Jisung. Direktur tentu saja marah besar, tapi sekarang sudah membaik. Dan sekarang dua orang itu sedang sibuk-sibuknya. Jisung sibuk mempersiapkan world tour, sedangkan Mark sibuk dengan kegiatan SUPER M dan juga NCT 127.
"Baiklah, waktunya istirahat. Kita sambung lagi selesai jam makan siang. Kakak mau ke ruangan direktur dulu."
"Baik, kak.."
Kak Jiyen—manajer Dreamies—beranjak dari duduknya dan keluar dari ruang latihan. Mereka baru saja membahas persoalan world tour yang sekiranya sebulan lagi akan NCT Dream lakukan. Mulai dari lagu apa saja yang akan ditampilkan, beberapa kosakata dasar negara yang akan mereka sambangi, dan sisanya hanya mengobrol ringan.
Dalam hati Jisung sudah bersorak senang karena mereka betulan akan mengunjungi Indonesia. Kemungkinan besar ia akan menginap di rumah, tak ikut dengan para member lain yang menginap di hotel. Atau kemungkinan member lain malah ikut dengan Jisung.
Sekarang keenam member NCT Dream itu hanya mengobrol sambil sesekali bercanda ditemani dengan camilan yang baru saja dibeli oleh Chenle dan Renjun. Sampai tiba-tiba, Direktur Jeong menelpon Jeno, entah karena apa. Suasana pun menjadi tegang. Walaupun Direktur Jeong adalah perempuan cantik nan anggun, ia terkenal dengan sifat galaknya.
"Jen.. kamu bikin masalah?" selidik Renjun.
"Engga sum–"
Perkataan Jeno terputus karena panggilan tersebut berhenti, dan itu membuat mereka semakin tegang. Bagaimana tidak? Sebuah telpon dari direkturmu atau bosmu sendiri malah diabaikan sampai panggilan itu berhenti.
"Jeno gila! Kenapa engga langsung diangkat?!"
"Panik, Jaem!"
"Hei, lihat. Ada notifikasi baru."
Jeno membuka notifikasi itu dan melihat ada sebuah pesan dari Direktur Jeong.
Direktur Jeong
Jeno, bisa tolong suruh Jisung ke ruangan saya?
Semua orang sontak menatap Jisung, sedangkan orang yang ditatap terlihat santai saja dengan mulut yang penuh dengan es-krim cokelat. Jisung balik menatap teman-temannya itu dengan wajah bingung nan polosnya.
"Kenapa pada lihatin?"
Jeno pun memperlihatkan pesan singkat itu kepada Jisung. Jisung pun membacanya dan langsung terkejut sampai tersedak es-krim yang masih berada di mulutnya tadi. Berhubung Jaemin paling dekat dengan dispenser, ia mengambilkan air dan menyuruh Jisung meminumnya.
"Ekhem, uhuk-uhuk. Astaga, itu serius? Buat apa aku harus menemui perempuan ular itu? Hih, tak sudi."
"Jisung, jangan bicara sembarangan. Mata-matanya berada dimanapun," peringat Haechan. Bagaimana dia tahu? Tentu saja karena ia pernah melihatnya.
"Bodoamat. Yaudah, aku kesana dulu ya. Baibai."
Jisung pun keluar darisana dan menghampiri ruang direktur yang berada di lantai paling atas gedung ini dengan langkah kelewat santai. Hah, buat apa ia takut? Wanita itu hanyalah satu dari sekian banyak orang kepercayaan Ayahnya, membuat Jisung semakin malas berurusan dengan wanita itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE TWINS
Fanfictiongimana rasanya punya kembaran idol dengan dirimu sebagai calon CEO agensinya?