in danger

596 77 5
                                    

"Apa yang ayah lakukan disini?" tanya Mark ragu-ragu.

"Kau tak berhak untuk tahu."

Mark pun diam. Jujur, ia benar-benar bingung bagaimana bisa ayahnya muncul tiba-tiba di kamar Jisung. Lee Hyongjae tidak bisa berteleportasi seperti Jisung. Ayahnya itu manusia normal dengan hati sedingin kitub—ralat, ia bahkan bak manusia yang tak punya hati. Ia terlalu bengis untuk dikatakan manusia memiliki hati.

Beda dengan Mark yang amat segan dan tak percaya diri di hadapan Lee Hyongjae, Jisung bahkan takut dengan pria itu. Entah sejak kapan, Jisung selalu merasa ada sesuatu yang gelap nan menyeramkan di dalam diri Hyongjae. Bahkan saat ini Jisung sedang sembunyi di punggung Mark.

'Jimin please help us...'

"Jisung," panggil Hyongjae dingin, seakan memperingati Jisung agar tetap diam dan jangan coba-coba memanggil bantuan.

Jisung yang baru saja mengirim pesan lewat telepati kepada Jimin langsung diam membeku. Mark langsung sadar adiknya itu tengah amat ketakutan. Ia menggenggam erat tangan Jisung.

"Don't be scared Jisungie. I will always beside you," bisik Mark sambil tersenyum berusaha menenangkan Jisung yang sedang ketakutan setengah mati.

"Pfft. Menggelikan sekali kalian berusaha menghibur diri satu sama lain. Dan apa-apaan tangan kalian itu? Menjijikkan."

"Ayah, apa yang ayah lakukan disini?"

"Bukankah sudah kukatakan bahwa kau tak berhak untuk tahu, Mark Lee?"

Flinch!

Bahkan sekarang Mark ikut terdiam. Tatapan Hyongjae saat ini benar-benar mengintimidasi.

"Kalian ini kaki tanganku yang tidak berguna. Tak bisakah kalian mencontoh adik bungsu kalian? Dia melakukan banyak hal sampai perusahaanku ini menyebar ke seluruh dunia.

"Pekerjaan kalian hanya menari sambil menyanyi lalu menjual wajah kalian. Kalian pikir itu menghasilkan banyak uang untukku?! Kalian kuberi pekerjaan ini bukan untuk bersenang-senang selayaknya orang tolol yang baru saja mendapatkan uang satu juta! Cobalah cari usaha lain! Uang yang kalian dapatkan itu harusnya kalian lipat gandakan lagi!"

Menunduk. Hanya itu yang bisa dilakukan Jisung dan Mark. Segala ucapan pedas dilontarkan kepada mereka. Tiap mereka berdua bertemu dengan sosok Hyongjae, hanya perkataan kasar yang terucap. Sejak lalu, hingga sekarang.

Tapi walaupun sering mendapatkan perlakuan seperti ini, sepertinya hati mereka terlalu lembut untuk menerima segala perkataan kejam itu.

•••

"Ukh!"

"Kak Jimin, kakak baik-baik aja?"

Jimin yang sejak tadi sibuk memukuli Raffi mendadak merasakan sakit kepala yang amat sangat.

'JiMin, pLeaSe HeLp uS!'

Jimin khawatir. Sejauh ini Jimin maupun Jisung tak pernah merasakan sakit kepala saat telepati. Walau telepati dengan jarak yang lumayan jauh sihir magis dikerahkan berlebih, tapi tak sampai membuat kepala sakit. Suara dari telepati barusan juga kurang jelas, seperti suara telepon di tempat minim sinyal. Tapi untungnya, Jimin masih bisa menangkap maksud pesan Jisung.

Jisung meminta tolong. Ia menyebut 'us' yang berarti 'kami'. Sejak tadi kakak kembarnya itu hanya di dalam kamar bersama Mark, berarti 'us' merujuk Jisung dan Mark.

THE TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang