guess

1.4K 127 4
                                    

Jisung dan Mark sudah kembali ke Korea, dan sekarang Jimin sedang memikirkan cara yang dapat dilakukan mengenai masalah Mark. Sudah satu jam kiranya dia memikirkan segala kemungkinan cara, namun tak kunjung ia temukan. Sebenarnya ada satu sih, tapi memiliki resiko besar, fifty fifty lah.

Jimin berniat mengontrol pikiran Ayahnya dengan kekuatan manipulasi kebanggaannya. Jimin akan membuat Ayahnya mengubah keputusannya. Dan resikonya, Jimin tak tahu-menahu apa saja yang Ayahnya mikiki sebagai alat 'pelindung' nya. Bisa saja itu sesuatu yang sangat berbahaya bukan? Apalagi kalau misalkan pergerakkan Jimin akan menjadi boomerang baginya.

"Kira-kira apa yang dimiliki Pak Tua itu?"

Jimin bermonolog sendiri. Dan satu jam kembali berlalu.

"Hah.. tak ada cara lain selain mengikuti alur permainannya, sampai aku menemukan petunjuk atau semacamnya."

Seseorang mengetuk pintu balkon kamarnya dari dalam kamar. Sepertinya itu bibi.

"Kesini saja, bi!"

Bibi Junshin keluar ke balkon kamar Jimin. Terlihat rambut Jimin yang berantakan, ditambah laptop, kertas-kertas, dan pensil yang berada di hadapannya.

"Nona, anda sedang apa?"

"Memikirkan rencana."

"Untuk?" tanya Bibi Junshin sambil meletakkan satu piring kecil Strawberry Cheesecake dan segelas teh aroma melati kesukaan Jimin.

"Secret. Bibi engga boleh tahu."

"Jangan aneh-aneh, ya."

"Iya~"

Bibi Junshin kembali masuk kedalam, meninggalkan Jimin yang sedang kebingungan. Tiba-tiba, ada sebuah e-mail masuk ke laptopnya. Ia pun mengeceknya.

Sesuai dugaan, itu dari Ayahnya. Mari siap-siap dengan tumpukan pekerjaan.

Tapi.. setelah diperhatikan baik-baik, isi typing e-mail itu berbeda dengan typing Ayah biasanya.

"Fuck, the typing is the same as Director Jeong's. What does this mean?!"

Masa.. pelakunya Direktur Jeong? Fuh, tak boleh menuduh sembarangan tapi patut dicurigai.

Brak!

"JIMIN!"

Jimin hampir terjungkal dari duduknya karena Jisung dengan tak tahu dirinya mendobrak kencang pintu balkonnya. Jisung hanya sendiri, mengingat Mark sedang menjalani jadwal sibuknya.

"APAAN?! AKU LAGI MIKIR TAHU! MAIN DOBRAK-DOBRAK AJA!"

Jisung cuman nyengir doang.

"Ada apa?" tanya Jimin dengan wajah juteknya.

"Tadi aku mampir ke ruangan Direktur Jeong. Terus, aku ngerasa kayak ada hawa engga enak gitu kan. Terus—"

"Terus-terus mulu. Nanti nabrak loh."

Jisung menampakkan wajah datarnya, "Engga lucu."

"Yaudah lanjut."

"Nah, terus aku coba intip kan, dan aku lihat di dalam ada semacam makhluk hitam gitu. Yang kayak di Harry Potter."

"Yang mana? Makhluk di Harry Potter ada banyak."

"Itu.. yang kena Especto Petronum," Jisung malah bingung sendiri.

"Oohh.. Dementor?" tebak Jimin.

"Nah, iya itu!"

Jimin mengangguk-anggukkan kepala sambil bertopang dagu. Ia terlihat sedang berpikir. Lima menit dengan posisi seperti itu, Jimin menatap serius Jisung.

THE TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang