Akhirnya pelajaran yang membosankan ini telah berakhir, dan bel sekolah baru saja berbunyi nyaring. Guru yang tengah mengajar mengakhiri pelajarannya dan kembali ke ruangannya. Para siswa buru-buru merapihkan tas masing-masing dan turun ke lobi sekolah bersama temannya untuk menunggu jemputan, atau menghampiri kendaraan pribadi mereka di parkiran khusus.
Sama seperti yang lain, Jimin juga tengah menuruni tangga menuju lobi bersama tiga sahabatnya.
"Kalian, pulang sekolah engga ada rencana mau kemana gitu? Aku bosan di rumah terus. Sudah begitu aku harus sabar menghadapi kejahilan si Randy."
"Randy? Kakak kamu yang ganteng banget itu?"
Rose, sahabat Jimin yang katanya memiliki kakak laki-laki bernama Randy itu mendelik kearah Milla, sahabat Jimin yang lain. Milla ini tipe orang pengagum cowok tampan, makanya dia bisa menjadi pecinta K-Pop. Dan fakta menariknya, bias ultimate nya Milla ini Park Jisung. Iya, Park Jisung kembarannya Jimin itu.
Ketiga sahabat Jimin itu tak tahu kalau sahabatnya ini adalah adik kembar seorang Park Jisung sekaligus adik tiri Mark Lee.Terkadang Jimin penasaran bagaimana reaksi Milla jika idola kebanggaannya itu adalah kembaran sahabatnya sendiri. Wah, pasti menarik.
"Ganteng darimana nya? Nyebelin gitu juga."
"Ish, cakep tahu.."
"Gimana kalau kita ke kafe sebentar? Sekalian mengerjakan PR yang dikasih Bu Freya tadi," ucap Karin—kepada Jimin—mengembalikan topik pembicaraan awal. Diantara semua tiga sahabat Jimin, Karin ini yang paling kalem.
"Boleh tuh. Kita naik mobil aku aja, Pak Yanshen pasti udah nunggu di depan."
Rose dan Milla menghentikan perdebatan kecil mereka dan mengikuti langkah Jimin dan Karin. Walaupun tak tahu mau kemana, mereka ikut-ikut saja.
"Bapak, nanti mampir ke Starbucks dulu ya."Siap, nona."
Diperjalanan mereka hanya membahas gosip yang sedang trending di sekolah. Namanya juga anak gadis, engga bakal jauh-jauh dari menggosip. Nah, kalau urusan gosip, Rose itu pasti nomor satu.
"Apa kau tak sadar saat upacara tadi pagi kau digosipkan pacaran dengan adik kelas itu? Yah, walaupun dia terkenal dan juga cukup tampan, tapi masa kau ingin memacari orang yang lebih muda?"
"Hm? Aku tak menyadarinya," ucap Jimin pura-pura tak tahu. Ugh, hanya mengingat wajah adik kelas sinting itu saja membuat Jimin trauma.
"Heii.. masa kau tak menyadarinya? Satu sekolah padahal membicarakanmu loh," tambah Rose.
"Aku tak memiliki waktu hanya untuk sekedar memikirkan perkataan orang lain. Apalagi yang menyangkut kejadian tadi pagi."
"Yah, dengan sifatmu yang cuek begitu kau pasti tak akan peduli sih. Atau jangan-jangan kau tak sadar jika selama tiga tahun ini kau termasuk siswi most wanted?" ucap Karin.
"Benarkah? Yang kutahu aku hanyalah siswi teladan kesayangan semua guru."
Ketiga sahabat Jimin itu langsung menganga terkejut. Masa dengan segala bisik-bisik kagum tiap kali ia berjalan, berbatang-batang cokelat di dalam loker tiap harinya, ratusan surat dari secret admirer, dan puluhan pernyataan cinta lawan jenis tiap minggu tak cukup menggambarkan betama populernya Jimin? Wah.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE TWINS
Fanfictiongimana rasanya punya kembaran idol dengan dirimu sebagai calon CEO agensinya?