shout it out!

201 21 2
                                    

Banyak pepatah yang mengatakan kalau 'Diam adalah Emas'. Ada banyak orang yang percaya akan hal itu, termasuk Mark Lee. Ketika kita diam, kita akan terhindar dari kejahatan mulut yang bisa menyakiti orang lain. Dengan diam juga, semua kekuranganmu tak akan terungkap kepada orang lain. Jadi tak akan ada yang membicarakan kejelekanmu.

Sejujurnya Mark sendiri bingung apa yang harus dilakukan untuk terus melakukan hal yang sesuai dengan pepatah itu. Apakah Mark harus diam ketika ada seseorang yang meminta bantuannya? Apakah Mark harus diam ketika melihat Ayahnya selalu menyakiti Ibunya? Apakah Mark harus diam dikala sesosok Ibu yang begitu ia sayangi tewas ditangan Ayahnya sendiri? Atau apakah Mark harus diam juga ketika Ayahnya terus menyakitinya?

"Tuhan, Mark sudah lelah. Apakah Mark boleh mengakhirinya disini? Mark udah kangen banget sama Mama."

Mark selalu menyembunyikan perasaannya. Ia selalu diam, dan tak mau mengutarakannya pada siapapun. Selama ini ia hidup dibawah tekanan Ayahnya yang terobsesi pada sesuatu yang mustahil dimiliki manusia. Ayah Mark selalu menginginkan Kesempurnaan.

"Ini tidak cukup sesuatu yang bisa diberikan kepada manusia tidak akan cukup Apa aku harus meminta bantuan pada makhluk itu?"

Sejak saat itulah, kehidupan Mark yang awalnya bagaikan di penjara berubah. Tidak, tidak bukan menjadi indah seperti yang kalian bayangkan. Kehidupannya kini bagai berada di neraka.

Sosok Ayah yang Mark kenal sudah tak ada lagi. Ia benar-benar berubah menjadi seseorang yang Mark tak kenal. Pria itu sudah menjadi sesosok iblis.

"Tuhan, kenapa? Padahal selama ini Mark sudah menjadi anak baik yang selalu menuruti permintaan Ayah. Bahkan permintaan sulit sekalipun, selalu Mark lakukan. Karena Mark adalah anak yang menghormati orangtuanya."

"Meskipun itu mencuri?"

Sebuah suara muncul. Mark ingat, ini pertama kalinya ia melihat anak seumurannya. Selama ini ia terkurung di neraka ini sendirian. Itu pertama kalinya Mark bertemu dengan Park Jisung dan adik kembarnya, Park Jimin.

"Wah, kau bahkan membunuh? Apa kau betulan anak kecil?"

Apa maksudnya membunuh? Mark hanya menuangkan 3 gram asam sianida ke dalam gelas minuman musuh bebuyutan Ayahnya. Mark tidak membunuh, itu salah asam sianida itu.

"Hei kak, sudah cukup! Jangan mau diperalat oleh Ayah lagi! Aku dan Jimin muak melihat kakak bertingkah seperti itu!"

Tapi, kenapa? Bukankah Diam adalah Emas?

"CUKUP, KAK! KAKAK HARUS SADAR AKAN KEINGINANMU SENDIRI!"

"Kak, terkadang kakak juga harus belajar mengungkapkan perasaan kakak!"

Kalau seperti itu, bagaimana Mark bisa membuat Ayah senang lagi? Ayah hanya menginginkan anak yang penurut dan akan selalu diam, tak akan membantah. Jika dua anak itu meminta Mark untuk merasa senang, Mark sudah merasakannya kok. Ia bahagia di neraka gelap ini.

Plak! Mark mendapat tamparan yang cukup keras di pipinya. Tamparan itu berasal dari tangan mungil adik bungsunya.

"Kak Mark harus sadar! Jangan membohongi dirimu terus-terusan!"

"AYO MARAH! AYO KELUARKAN EMOSIMU! JANGAN DITAHAN LAGI!"

"Kak, kami tahu itu semua terasa menyakitkan. Jadi, ayo kakak harus berubah!"

"DIAM TIDAK AKAN SELALU MENYELESAIKAN MASALAH!"

Ucapan yang terakhir mereka ucapkan berbarengan. Entah kenapa, Mark merasa kalimat itu sungguh memberikan kesan yang mendalam bagi dirinya. Mark bingung kenapa ia bahagia dapat mendengar perkataan itu, seakan ia sudah menunggu seseorang untuk mengatakannya. Ia ingin bebas dari neraka ini.

THE TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang