something that hasn't been revealed

172 25 2
                                    

"Nona Jimin, Anda merasakannya bukan?"

"Ya, energi sihir tadi begitu besar. Energi sebesar itu hanya pernah sekali kurasakan... dan itu adalah saat Lucifer menyerang kerajaan kita."

"Apakah Lucifer kembali bangkit?"

Kebangkitan Lucifer adalah mimpi buruk, skenario terburuk, sebuah ketakutan terbesar, dan juga musuh terkuat. Bahkan bagi si kembar Jisung dan Jimin, Lucifer tak akan mudah dikalahkan. Dan memangnya, apa hal itu mungkin? Pria itu adalah pendiri Kerajaan Eimurdock. Kalau diibaratkan, akan seperti melawan Uchiha Madara, great villain pada serial Naruto Shippuden yang merupakan pendiri Konoha. Membayangkan akan melawan musuh sekuat itu membuat Jimin ragu akan kekuatannya.

Bzzt bzzt! Sebuah portal merah muncul di tengah-tengah kamar hotel Jimin dan Karina. Dari portal sebesar ukuran manusia dewasa itu keluar Renjun dan Mark yang menggendong tubuh besar Jisung di punggung.

"A-apa yang terjadi pada Jisung?!" Jimin langsung berlari menghampiri Jisung yang ternyata tak sadarkan diri. Kini semburat hitam yang sebelumnya pernah muncul dari dada Jisung nampak semakin besar. Keringat bercucuran deras membuat baju yang ia kenakan setengah basah.

"Saat gelombang sihir dahsyat itu muncul, tiba-tiba saja Tuan Jisung pingsan. Ini belum pasti, tapi saya merasa kalau Tuan Jisung bereaksi dengan sihir itu."

Jisung direbahkan diatas kasur. Lalu, Jimin dan Karina serempak mengeluarkan sihir penyembuh terbaik mereka. Keduanya fokus pada sihir penyembuhan mereka. Mark dan Renjun hanya memperhatikan dua orang itu tanpa berniat menginterupsi.

"Nona, bolehkah saya bertanya?"

"Karina, aku sedang fokus."

"Maaf Nona, tapi ini berkaitan dengan kondisi Tuan Jisung saat ini."

"Then, go on," Jimin mempersilakan Karina angkat bicara.

"Apakah Tuan Jisung pernah terlibat dalam suatu perjanjian kontrak? Maafkan saya apabila saya lancang bertanya seperti ini."

Deg! Pertanyaan Karina barusan membuat Jimin mengingat sesuatu yang hampir ia lupaka—tidak, justru ia ingin sekali melupakan kejadian itu. Mari kita kembali ke belasan tahun yang lalu dimana adanya suatu peristiwa yang belum diceritakan.

•••

Lagi-lagi hujan badai melanda Kota Seoul. Semenjak kedatangan Jisung dan Jimin ke panti asuhan, kesialan selalu saja datang. Contohnya seperti hujan saat ini yang membuat bangunan panti semakin lapuk seakan bisa roboh tertiup angin kapan saja. Perundungan terhadap Jisung dan Jimin pun semakin menjadi-jadi.

"Hei sialan! Kenapa harus tinggal di panti ini sih?! Menyebalkan!"

"Kalian bahkan membuat Mama Sarang pilih kasih! Kami hanya mendapat setengah dari porsi makan yang biasanya! Kalian kira kami tidak kelaparan?!"

Buk! buk! Dua pukulan keras melayang ke perut Jisung kecil. Jimin yang ada disampingnya ingin sekali membalas perbuatan Seojun dengan kekuatan dua kali lipatnya. Namun, Jisung menahan Jimin yang sudah siap maju.

"Jangan, Jimin. Kau sembunyi saja di belakangku," ucapnya sambil tersenyum.

"Tapi mereka sudah kelewatan!"

"Ini bukan salah mereka. Aku bisa merasakan ada sesuatu yang salah. Seperti ada seseorang yang mengendalikan alur ini."

"Jisung... aku tak mau terus bersembunyi di belakangmu."

Jimin menyingkirkan tangan Jisung yang sejak tadi melindunginya. Ia berlari keluar dari panti reot itu dengan bertelanjang kaki di hari yang hujan nan dingin ini. Jisung mengejarnya sambil terus memanggil nama adiknya itu, namun Jimin mengacuhkannya. Bahkan Jimin memutus kontak telepati mereka membuat Jisung semakin frustasi karena tak tahu dimana lokasi Jimin.

THE TWINSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang