Dengan persiapan yang cukup singkat, NCT Dream akhirnya berangkat menuju Indonesia. Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama, Mark kembali menari diatas panggung bersama NCT Dream kembali. SM Entertainment sudah mengumumkan kembalinya Mark seminggu yang lalu, dan respon publik dominan positif.
Tiba di bandara Soekarno Hatta, sudah banyak kamera dan penggemar yang menyambut mereka. Banyak yang histeris saat melihat Mark ikut berjalan dengan enam member lain. Penggemar Mark memang sangat banyak, mengingat dia masuk tiga sub-unit.
"Wah, kak. Banyak banget tadi yang neriakin nama kakak, jadi semangattt! Engga sabar mau ketemu mereka nanti," ucap Chenle saat mereka telah masuk ke dalam mobil.
Mark tertawa, dan yang lain ikut kebagian semangat Chenle.
"Setelah ini kita ke hotel dulu baru ke venue buat checksound."
"Oke, Kak Jiyen!"
Mobil membelah jalan raya Jakarta yang cukup padat. Hotel tujuan mereka ini juga dinaungi oleh perusahaan Lee Hyongje—Ayah Mark, Jimin, dan Jisung. Dan karena Hyongjae tahu anaknya akan menginap disana, ia menyuruh Jimin selaku pemegang semu perusahaan untuk mengurus segala keperluan.
"Kak, nanti seriusan Jimin yang bakal jadi pendampingnya?" tanya Jisung berbisik.
Mark menoleh lalu balas berbisik, "Iya. Jadi engga sabar lihat Jimin ngomong formal ke kita," kikik Mark.
Jisung langsung tertawa. Ia membayangkan Jimin membungkuk lalu bersikap profesional. Jisung yakin dalam hati adiknya itu pasti sudah mengumpat.
"Tapi.. kita boleh ngga sih ke rumah? Mending kita nginap disana tahu. Aku mau ejek Jimin habis-habisan," Jisung tertawa jahat."Nanti kita coba izin ke Kak Jiyen dulu aja."
•••
"Grr.. Pak Tua itu gampang sekali nyuruh-nyuruhnya."
Jimin sedang misuh-misuh sendiri di ruangan khusus miliknya. Padahal ia masih harus sekolah, tapi ayahnya malah menyuruhnya mengurus hotel. Menyebalkan.
Menurut estimasi Jimin, pengunjung baru hotel milik Ayahnya—tapi lebih sering Jimin yang urus—akan tiba sekitar 10 menit lagi.
Ia menggigiti kukunya, membayangkan bagaimana menggelikannya dia yang harus bersikap profesional. Bah! Lihat wajah Jisung saja rasanya mau Jimin benyek-benyek. Dan kalau lihat Haechan, Jimin tak akan tahan untuk tak mengejek pria itu hitam. Dan jangan ditanya bagaimana kalau dia akan bertemu Jaemin! Jimin pastikan orang itu akan terkena pukulan mautnya.
Tok tok tok
Jimin buru-buru merapikan penampilannya. "Masuk!"
Salah satu sekretaris Jimin masuk.
"Nona Jimin, mereka sudah tiba."
Jimin, jaga image mu!
"Hm, baiklah."
Jimin berjalan keluar dari ruangannya dengan high heels yang rasanya ingin Jimin lepas secepatnya. Suara ketukan high heels miliknya yang menggema di sepanjang lorong, ditambah tatapan tajam Jimin, akan memberikan kesan dingin pada orang yang melihatnya.
Dari kejauhan, Jimin sudah melihat sekumpulan orang dengan salah satu orang disana memiliki tubuh yang terlalu tinggi. Cih, itu pasti Jisung.
Jimin sudah semakin dekat dengan sekumpulan orang itu. Senyum yang manis ia paksakan mengembang.
"Selamat datang di Hotel Hyongjae Group. Kenyamanan pengunjung adalah hal yang paling utama disini," ucap Jimin sambil membungkuk.
"Ah, Nona Jimin. Tak perlu formal begitu, saya jadi tidak enak," ucap Kak Jiyen canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TWINS
Fanfictiongimana rasanya punya kembaran idol dengan dirimu sebagai calon CEO agensinya?