annyeong pemirsa, hanya mau mengingatkan jangan lupa vote dan comment nya :)
Pagi ini Jimin sudah disibukkan tumpukan dokumen yang satu jam lagi harus disetorkan. Ia juga sudah memberikan Jisung obat untuk meredakan rasa sakit kakaknya itu. Jimin harus cepat berangkat menuju agensi untuk rapat nanti. Dokumen yang hampir ia selesaikan akan disetorkan kepada Direktur Jeong saat rapat itu.
"Hoamm... oh? Nona Jimin? Anda mau pergi kemana pagi-pagi begini?"
Melihat Karina yang bisa dengan santai menguap sambil menguletkan badannya di pagi hari begini membuat Jimin sedikit iri. Ia mana mungkin ada waktu untuk melakukan hal itu.
"Aku ada urusan sebentar dengan agensi. Aku titip Jisung ya."
"Hmm oke. Omong-omong, acara pertukaran pelajaran itu akan dimulai kapan? Kita sudah dua hari disini, tapi tak ada pengarahan selanjutnya."
"Kau bodoh atau gimana sih? Pertukaran pelajar itu hanya alasan supaya kita di Korea. Aku tak tahu apa yang direncanakan Hyongjae brengsek itu sampai harus memanggilmu juga, tapi kurasa dia sudah merencanakan hal besar."
"APAAAA???! KOK SAYA TIDAK KEPIKIRAN KESANA YA?? LA-LALU KITA HARUS APA NONAAA????!! SETELAH KEBANGKITAN LUCIFER SEMALAM, SEMUANYA HANYA AKAN BERAKHIR BURUKKK!"
Buak! Jimin melempar sebuah bantal kepada Karina dan mendarat mulus di wajahnya. Karina tidak terima dilempar bantal oleh Nonanya.
"Kenapa melempar bantal???!"
"Duh, kamu berisik. Kalau Jisung terbangun gimana? Kak Mark sama Renjun sudah mempercayakan Jisung kepada kita untuk kita rawat."
"Tapi kan tak perlu segitunya..." ucap Karina sambil memanyunkan bibirnya.
"Pagi hari membuat perilakumu kekanakkan, biasanya kau bersikap dewasa. Sudah dulu ya, aku harus bergegas."
"Heem, hati-hati di jalan!"
Pintu kamar sudah tertutup rapat. Kini giliran Karina yang harus disibukkan dengan penyelidikannya. Sikapnya tadi mungkin karena ia berusaha menutupi sesuatu dari Jimin. Ia tak terbiasa berbohong, makanya sikapnya tadi agak berbeda.
"Hmm baiklah, Renjun dan Kak Mark! Kalian jangan sembunyi terus! Ayo keluaaaarrrr!"
Karina berteriak kepada ruangan hotel ini seakan Mark dan Renjun akan mendengarnya. Tapi, itu memang kebenarannya. Setelah tujuh detik, muncul lagi portal yang sama persis seperti semalam.
"Kalian lama sekali sih!"
"Tujuh detik itu tidak lama ya!" Renjun tak terima dengan keluhan Karina barusan.
"Hei, tak perlu bertengkar. Nanti Jisung terbangun loh. Kita sebaiknya langsung mulai saja."
Karina mendengus kecil. Tangannya melambai di udara kosong, lalu muncul sesuatu yang mirip cermin. Namun, cermin itu dikelilingi asap putih. Yang awalnya memberikan pantulan layaknya cermin biasa, lama-lama gambar pada cermin itu berubah menjadi Jimin yang sedang berada di depan bangunan SM Entertainment.
"Kita seperti menguntit saja ya."
"Ck ck, Kak Mark ini. Sudah jelas ini bukanlah tindakan menguntit, tapi mengawasi gerak-gerik Nona Jimin. Kalau ada sesuatu yang mencurigakan, kita akan langsung mengentikannya!"
Mark menundukkan kepalanya karena merasa bersalah harus melakukan ini kepada adiknya. Tapi setelah mendengar pengakuan Jimin bahwa ia pernah melakukan perjanjian dengan Ayahnya yang menakutkan itu, mereka harus mengantisipasi kalau-kalau Jimin akan melakukan hal nekat lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TWINS
Fanfictiongimana rasanya punya kembaran idol dengan dirimu sebagai calon CEO agensinya?