Sugar Boy 34 - Sebuah Lagu Untuk Saga

1.3K 165 244
                                    

*Sangat disarankan untuk memutar lagunya atau menontonnya terlebih dahulu sebelum masuk di bagian Wendy nyanyi, ya! ;)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*Sangat disarankan untuk memutar lagunya atau menontonnya terlebih dahulu sebelum masuk di bagian Wendy nyanyi, ya! ;)

****
Terkadang, seseorang akan terlihat berarti disaat ia sudah pergi.

****

Kevin melangkahkan kakinya dengan santai di sebuah kantor milik pemerintah ini. Dengan bermodalkan riwayat pencarian dari Kakeknya mengenai Tante Nira, Kevin memutuskan untuk memulai langkahnya dari sini. Tempat dimana Ayahnya menemukan seseorang terdaftar dengan nama yang sama disana setahun yang lalu.

Untuk pertama kali dalam hidupnya, Kevin menginjakkan kakinya di kantor pusat kependudukan nasional.  Meski sedikit terpaksa, Kevin harus melakukannya untuk menuntaskan rasa penasaran serta misi yang diberikan dari sang kakek.

Kevin bahkan sampai harus meninggalkan latihan basketnya di sekolah. Kevin hanya bisa berharap tak ada kejadian heboh yang terjadi selama ia tidak masuk. Rugi. Tapi gapapa, Kakeknya sudah berjanji memberikan Susu Beruang dua kulkas padanya. Ia akan melakukan ini dengan bersungguh-sungguh!

Kevin datang sendirian saja kali ini, ia belum berniat melibatkan siapapun selama dirinya masih bisa seorang diri. Sahabat-sahabatnya? Untuk saat ini, mereka belum berguna bagi dirinya. Mereka bisanya nyusahin aja, kata Kevin. Laknat emang.

Begitu sampai di meja resepsionis, ia disambut oleh perempuan cantik muda dengan senyum ramah. Ia memiliki rambut sebahu dengan polesan make up natural. "Ada yang bisa saya bantu, Pak?"

"Saya bukan bapak-bapak." Kevin mendengus. Memangnya, tampang kerennya dengan celana jeans, kaos, Jaket, serta Topi hitamnya itu terlihat seperti Bapak-bapak?!

"Oh, maafkan saya." Perempuan itu kemudian menatap Kevin dengan seksama. Sedikit menunduk untuk melihat wajah Kevin yang sedikit tertutup topi, lalu ... menahan nafas. Sungguh, laki-laki di depannya untuk terlihat sangat tampan sekarang. "Ah, namanya siapa kalau boleh tahu?"

Kevin tidak menjawab, ia hanya merogoh dompetnya. Kemudian mengambil sesuatu darisana, sebelum melemparkan sebuah kartu nama di depan meja perempuan itu.

Alhasil, perempuan tersebut pun mengecek kartu nama itu sebelum terbelalak. "Ke-keluarga Bramantio?!"

"Hm. Saya mau ketemu pimpinannya." Jawab Kevin cuek. Ia sudah tidak peduli, atau lebih tepatnya sudah terbiasa dengan ekspresi berlebihan yang seringkali ditunjukkan oleh orang-orang yang baru mengetahui namanya. Tepatnya, nama belakangnya.

Sudah biasa. Kevin sudah berhasil beradaptasi menjadi salah satu keturunan konglomerat yang paling berpengaruh pada dunia bisnis di seluruh dunia. Tak heran jika banyak yang menghormati dirinya setelah tahu. Meski sedikit terasa miris bagi Kevin bahwa .... jaman sekarang, para manusia seolah mengukur derajat seseorang dari ... uang.

"Baik." Perempuan itu mengangguk segera. Memanggil seorang pegawai laki-laki yang segera mendekatinya, Sebelum berbisik pada pegawai tersebut.

Kevin hanya memasang wajah datarnya saja, bahkan ketika ia melihat pegawai laki-laki itu terbelalak di tempatnya. Kevin tersenyum hambar. Mengapa orang-orang begitu terkejut hanya karena keluarganya? Karena harta dan tahtanya? Aah .. mungkin saja. Padahal, harta dan tahta ini sama-sama hanyalah titipan Tuhan.

My Sugar BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang