****
Aku mencintaimu. Apakah sudah terlambat juga?****
Wendy melangkah mundur, seiring dengan Marvel yang kian mendekati dirinya. Cowok itu memakai kaos hitam dengan jeans robek-robek. Hal yang membuat Wendy ngeri adalah senyuman cowok itu yang entah kenapa terlihat memuakkan bagi Wendy. Mampus. Si jamet ganjen ngapain kesini?!
"Wen?" Panggil Marvel. Menaikkan alisnya begitu melihat Wendy yang terlihat ketakutan.
"Hah?!" Seru Wendy tanpa sadar. "Nga-ngapain lo ada disini?"
"Jemput lo lah, Wen. Apalagi? Gue kangen banget sama elo." Marvel tersenyum manis. Mengedipkan satu matanya pada Wendy.
"Gue gak minta di jemput sama lo." Sahut Wendy. Meraih tangan Jihan untuk mundur bersamanya. Membuat Jihan yang sejak tadi diam saja menyorot tidak mengerti pada Wendy.
"Kenapa, Wen? Terakhir kali, elo keluar dari cafe gue tanpa pamit. Semua itu ... karena Saga, kan?" Marvel terkekeh sinis. "Saga memang Bajingan."
Wendy menelan ludahnya. Entah kenapa, aura yang dikeluarkan oleh Marvel sekarang terasa menyeramkan baginya. Wendy menggeleng. "Lo mending pergi, Vel. Gue-gue belum selesai."
"Gue tungguin, cantik." Marvel tersenyum miring. Baginya, Wendy adalah salah satu gadis yang tak akan ia lepaskan. Apalagi ... Wendy jelas adalah gadis yang Saga telah klaim sebagai miliknya tempo hari. Bukankah menarik? Bisa dibilang ... Marvel sedang menjadikan Wendy sebagai target untuk menjatuhkan Saga.
Wendy melotot. Menggeleng. "Gue ... gue masuk dulu kalo gitu."
Setelah mengatakan itu, Wendy segera menarik Jihan untuk masuk kembali ke dalam Restoran yang masih ramai itu. Untung saja para pegawai dan pengunjung tidak memperhatikan mereka yang terlihat aneh.
"Wen, itu siapa? Kok serem banget. Fans kamu?" Tanya Jihan, memperhatikan Mobil Marvel yang masih terparkir di depan.
"Itu ... dia mantan bos aku, Kak. Emang orangnya serem, makanya aku berhenti." Wendy menggigit ibu jarinya, sembari membuka ponsel. Memilih-milih, siapa yang akan ia hubungi untuk menolongnya sekarang?
"Kamu harus hati-hati sama dia, Wen. Mana angkutan umumnya gak dateng-dateng lagi. Kamu gak bisa pergi." Jihan mendesah lelah.
Wendy mengangguk sekilas, sebelum kembali fokus pada ponselnya. Lalu, entah bagaimana, jarinya secara refleks menekan kontaknya Saga hingga membuatnya terbelalak. Wendy mematikan sambungannya secepat mungkin bahkan sebelum telefonnya tersambung. Tidak, ia tidak akan menelfon Saga. Jika ia menelfonnya, maka perkelahian antara Marvel dan Saga pasti akan terjadi.
Wendy menggeleng. Tidak, ia tidak akan menelfon Saga untuk ini. Lalu siapa? Natan? Tidak juga. Wendy ... rasanya masih sungkan pada Natan setelah pengakuan lelaki itu. Lalu ... siapa?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Sugar Boy
Fiksi Remaja[On-Going | 15+] Genre : Young Adult, Teenfiction, Romance, Comedy, Psikologi. Tentang seorang gadis tangguh yang berusaha bertahan hidup di tengah-tengah perjuangannya mendapatkan cinta dari seorang laki-laki yang memiliki senyum semanis gula yang...